Home Berita Shalat Campur Pria dan Wanita Al Zaytun, Muslimat NU: Bukan Begitu Cara...

Shalat Campur Pria dan Wanita Al Zaytun, Muslimat NU: Bukan Begitu Cara Muliakan Wanita Ajaran Nabi Muhammad

Sholat Id di Ponpes Al-Zaytun, Perempuan Campur Laki-Laki

JAKARTA, Sumbawanews.com. — Rasulullah SAW adalah pribadi yang sangat memuliakan perempuan. Bahkan pada masa di mana kedudukan perempuan dianggap lebih rendah dari laki-laki, Rasulullah SAW justru mengangkat derajat perempuan dengan sikap dan tindakannya yang menghormati perempuan.

Namun, cara dan bentuk penghormatan kepada perempuan bukan dengan tidak mengikuti panduan-panduan yang diajarkan Nabi Muhammad SAW, misalnya, dalam sholat. Sebagaimana yang dipraktikkan oleh Pondok Pesantren Al Zaytun Indramayu bahwa menempatkan seorang wanita di barisan laki-laki sebagai bentuk penghormatan pemilik pesantren itu kepada wanita tersebut.

Baca juga: Panji Gumilang: Shalat di Al Zaytun  Perempuan Shaft Didepan, Bermahzab Bung Karno

Baca juga: Inilah Hubungan Khusus Moeldoko dengan Panji Gumilang Ponpes Al Zaytun Indramayu

Banyak pihak yang menanggapi kekonyolan ini, termasuk dari alumni Al-Zaytun sendiri yang merasa malu dan merasa harus ikut sibuk mengklarifikasi apa yang dilakukan oleh pendiri pesantrennya itu.

Muslimat Nahdlatul Ulama juga turut buka suara dan meminta agar Al-Zaytun melakukan penghormatan kepada wanita dengan tidak melenceng dari tata cara yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.

baca juga: Terkait Shalat Jamaah Pria Campur Wanita, MUI sudah Endus Ajaran Sesat di Al-Zaytun Sejak 2002

“Nabi SAW juga sangat menghormati martabat perempuan. Bentuk penghormatan kepada perempuan ketika shalat berjamaah ya seperti yang Nabi lakukan, karena ini ibadah formal ya jangan ditambah atau dikurangi,” ujar Ketua Pimpinan Pusat Muslimat NU, Mursyidah Thahir, kutip Sumbawanews.com dari Republika, Jumat (28/4/2023).

Sebagaimana yang pernah Mursyidah sampaikan kepada Republika bahwa tata cara shalat berjamaah yang diajarkan Nabi Muhammad SAW adalah barisan pertama diisi oleh jamaah laki-laki dewasa dan barisan di belakangnya adalah jamaah anak laki-laki, kemudian jamaah anak perempuan dan barisan terakhir diisi oleh jamaah perempuan dewasa.

Baca juga: Pasca di Hempas Jokowi, Prabowo Rajai Survei Poltracking Indonesia

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Shaf yang paling baik bagi laki-laki adalah shaf yang paling awal, sedangkan shaf yang paling buruk bagi mereka adalah shaf yang paling akhir. Dan shaf yang paling baik bagi wanita adalah shaf yang paling akhir, sedangkan shaf yang paling buruk bagi mereka adalah shaf yang paling awal” (HR Muslim).

Mursyidah lantas mengirimkan sebuah video yang berisi suara dari Ustadz Ammi Nur Baits. Dalam cuplikan video tersebut, dai muda ini menyampaikan bahwa jika manusia dibebaskan dalam melakukan ibadah dengan cara mereka sendiri-sendiri. Ini sama saja mereka tidak butuh Nabi, yang sejatinya adalah utusan dari Allah untuk memberikan petunjuk-petunjuk kepada manusia.

baca juga: Inilah 10 Cara Jokowi Menjegal Anies Baswedan Sebagai Capres 2024

“Jika manusia dalam beribadah dibebaskan dalam melakukannya dengan cara mereka sendiri-sendiri, berarti sebenarnya mereka tidak butuh Nabi. Adanya Nabi sebagai konsekuensi bahwa mereka perlu penjelasan tentang bagaimana cara beribadah kepada Allah dengan benar. Karena itulah menaati Rasul SAW sama dengan menaati Allah. Sebab menaati utusan sama dengan mentaati yang mengutus,” kata Ustadz Ammi.

Allah SWT berfirman:

مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ

“Barang siapa yang mentaati Rasul, hakikatnya dia menaati Allah,” (QS an-Nisaa ayat 80).

Ustadz Ammi melanjutkan bahwa dalam beribadah kita juga diminta untuk mengikuti sesuai petunjuk yang Allah turunkan.

. ٱتَّبِعُوا۟ مَآ أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّنرَّبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ مِن دُونِهِۦٓ أَوْلِيَآءَ ۗ قَلِيلًا مَّا تَذَكَّرُونَ

“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu ikuti pelindung selain Dia. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran” (QS Al-A’raf ayat 3).

Baca juga: Muhammadiyah Phobia

“Ikuti apa yang telah diturunkan dari Rab kalian kepada kalian dan jangan mengikuti selain Allah, siapa pun orangnya. Sehingga dengan bimbingan inilah mansuia ketika beribadah akan menghasilkan pahala yang maksimal, pahala yang diterima Allah. Sebaliknya, ketika orang itu berbadah kepada Allah tapi tanpa didasari pada panduan tentu, potensi kerusakannya lebih besar dibandingkan potensi kebaikannya,” kata Ustadz Ammi.

Polemik tata cara sholat Idul Fitri yang diselenggarakan Pondok Pesantren Al-Zaytun ini telah memancing beragam pertanyaan dari berbagai pihak dan kembali mengingatkan catatan-catatan negatif yang dimiliki Al-Zaytun pada masa lalu.(republika/sn03)

Previous articlePasca di Hempas Jokowi, Prabowo Rajai Survei Poltracking Indonesia
Next articleTernyata Pimpinan Pesantren Al-Zaytun Panji Gumilang Dibui Karena Kasus Pemalsuan
Kami adalah Jurnalis Jaringan Sumbawanews, individu idealis yang ingin membangun jurnalistik sehat berdasarkan UU No.40 Tahun 1999 tentang PERS, dan UU No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi. Dalam menjalankan Tugas Jurnalistik, kami sangat menjunjung tinggi kaidah dan Kode Etik Jurnalistik, dengan Ethos Kerja, Koordinasi, Investigasi, dan Verifikasi sebelum mempublikasikan suatu artikel, opini, dan berita, sehingga menjadi suatu informasi yang akurat, baik dalam penulisan kata, maupun penggunaan tatabahasa.