Home Berita Riset LSI Denny JA: Hobi Ganjar Nonton Video Porno Menjadi Blunder sehingga...

Riset LSI Denny JA: Hobi Ganjar Nonton Video Porno Menjadi Blunder sehingga Tingkat Elestabilitas Semakin Menurun

Ganjar Pranowo dan Miyabi Sumber : Kolase tvOnenews

Jakarta, Sumbawanews.com.- Hobi bakal calon Presiden Ganjar Pranowo yang doyan menonton video porno menjadi blunder dan kendala serius yang menyebakan tingkat elektabilitas Ganjar semakin menjauh dari Bacapres Prabowo.

Demikian salah satu temuan penting dari riset terbaru LSI Denny JA. LSI Denny JA melakukan survei tatap muka (𝘧𝘢𝘤𝘦-𝘵𝘰-𝘧𝘢𝘤𝘦 𝘪𝘯𝘵𝘦𝘳𝘷𝘪𝘦𝘸) dengan menggunakan kuesioner kepada 1.200 responden di seluruh Indonesia. Dengan 1.200 responden, 𝘮𝘢𝘳𝘨𝘪𝘯 𝘰𝘧 𝘦𝘳𝘳𝘰𝘳 survei ini sebesar 2.9%.

Baca juga: Ganjar Pranowo Bakal di Dukung Novel Bamukim jika Bertobat dari Nonton Bokep dan Tidak Ngadu Ayam

Survei dilakukan pada tanggal 3 – 15 Juli 2023. Selain survei dengan metode kuantitatif, LSI Denny JA juga memperkaya informasi dan analisa dengan metode kualitatif, seperti analisis media, 𝘪𝘯-𝘥𝘦𝘱𝘵𝘩 𝘪𝘯𝘵𝘦𝘳𝘷𝘪𝘦𝘸, 𝘦𝘹𝘱𝘦𝘳𝘵 𝘫𝘶𝘥𝘨𝘦𝘮𝘦𝘯𝘵 dan 𝘧𝘰𝘤𝘶𝘴 𝘨𝘳𝘰𝘶𝘱 𝘥𝘪𝘴𝘤𝘶𝘴𝘴𝘪𝘰𝘯 .

Mengapa disebut blunder? Menurut Denny dalam riset ini, blunder diistilahkan untuk tindakan yang mengurangi tingkat elektabilitas capres. Sedangkan langkah cantik untuk manuver yang menambah elektabilitas capres.

baca juga: Setelah Ganjar Akui Suka Nonton Film Porno, Ini Pengakuan soal Tersebar Fotonya dengan Bintang Bokep Jepang Miyabi

𝘽𝙡𝙪𝙣𝙙𝙚𝙧 𝙥𝙚𝙧𝙩𝙖𝙢𝙖, 𝙬𝙖𝙬𝙖𝙣𝙘𝙖𝙧𝙖 𝙂𝙖𝙣𝙟𝙖𝙧 𝙢𝙚𝙣𝙤𝙣𝙩𝙤𝙣 𝙫𝙞𝙙𝙚𝙤 𝙥𝙤𝙧𝙣𝙤.

Wawancara Ganjar dengan Deddy Corbuzier yang menyatakan apa salahnya menonton video porno selaku orang dewasa, segera menyebar dan viral kembali menjelang pemilu presiden 2024. Itu video lama yang diangkat kembali.

Publik yang menyatakan kurang wajar/tidak wajar sama sekali terhadap capres yang suka menonton video porno mencapai 86.1%.

Baca juga: Meskipun Hobi Nonton Bokep dan Terkait Korupsi E-KTP, Survey SMRC Ganjar Paling Taat Beragama dan Terjujur

Ketidaksukaan publik terhadap video porno, selain karena alasan agama, bisa juga disebabkan karena banyak berita ahli yang menyatakan menonton video porno merusak kesehatan.

Ganjar menyatakan pernyataannya soal video porno itu dipenggal. Tapi banyak media memberitakan berbeda. Contohnya adalah pemberitaan di tempo.co pada tanggal 4 Desember 2019.

Baca juga: Romi / Eks Napi Korupsi Telah Berdusta Atas Nama Imam Al Mawardi, Hanya Untuk Mendukung Bokeper Ganjar Pranowo?

Di artikel berita tersebut, bahkan menjadi judul, “Ganjar Pranowo : Kalau Saya Nonton Film Porno, Salahnya di Mana?” Publik terlanjur mempercayai pernyataannya Ganjar yang menyatakan ia suka menonton film porno.

Soal Ganjar mengaku menonton video porno bahkan kini dijadikan sayembara nasional. Wanita Perisai sebagai pemrakarsa sayembara nasional ini menyatakan bahwa isu menonton pornografi jangan dianggap sepele.

Baca juga: Ganjar Sambangi Gus Baha, Warganet: Sunah Nonton Bokep

Para tokoh dan segmen yang tak suka Ganjar Pranowo menemukan satu isu sensitif untuk dikampanyekan: Blunder Ganjar soal pernyataannya untuk menonton video porno.

Di internet, maraknya isu ini terlihat dari banyaknya potongan video wawancara Ganjar dengan Deddy Corbuzier yang Ganjar menyatakan: “Kalau saya nonton film porno itu salah saya di mana? Saya dewasa.” Beramai-ramai tokoh lain berkomentar, termasuk tokoh agama yang mengecam.

Baca juga: Warga Sumut Ikut Pelatihan Mandi Junub yang Diadakan Relawan Ganjar, Warganet: Sejalan dengan Hobby Sang Idola

Di satu sisi, Ganjar menyatakan sebuah kejujuran. Hal yang biasa terjadi jika orang dewasa pernah menonton video porno.

Namun seorang tokoh yang kini menjadi Capres menyatakan kejujuran soal nonton video porno di publik itu kontroversial. Para lawannya dengan mudah menyatakan: “Tak apa kita menonton video porno. Itu pak Ganjar saja yang menonton video porno bisa jadi Capres kok.”

Ganjar perlu lebih hati-hati soal komentarnya di publik soal menonton video porno. Isu ini terus digulirkan di publik melalui sayembara nasional yang digerakkan kaum perempuan Wanita Perisai. Ini dapat menggerus dukungannya terutama di segmen pemilih perempuan dan penganut agama Islam yang taat.

Baca juga: Milenial Kuatir Jika Ganjar Jadi Presiden

𝘽𝙡𝙪𝙣𝙙𝙚𝙧 𝙠𝙚𝙙𝙪𝙖 𝙖𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙡𝙖𝙗𝙚𝙡 𝙥𝙚𝙩𝙪𝙜𝙖𝙨 𝙥𝙖𝙧𝙩𝙖𝙞.

Megawati menyebut presiden (capres Ganjar) adalah petugas partai. Megawati berulang-ulang mengatakannya ke publik. Dulu ia katakan itu untuk Presiden Jokowi. Kini ia katakan untuk Capres Ganjar.

Di satu sisi, istilah petugas partai itu separuh benar. Capres memang tokoh yang ditugaskan oleh partai.

Baca juga: Survei LSI, Capres Petugas Partai di Tolak Pemilih PDIP

Tapi jika sudah menjadi Presiden, lalu Presiden masih dipersepsikan sebagai petugas partai, ini memberi kesan partai politik lebih tinggi dibandingkan lembaga presiden. Atau seorang Presiden seolah bawahan atau petugas dari ketua umum partai yang mencalonkannya. Ini yang salah dan fatal.

Publik tidak suka dengan istilah Presiden petugas partai. Publik yang tidak setuju Presiden disebut petugas partai mencapai 69.9%.

Presiden memang sejatinya bukan merupakan petugas partai dan bukan bawahan ketua umum partai. Prinsip demokrasi modern menyatakan ketika menjadi presiden, kesetiaan seorang pemimpin kepada bangsa dan negara, bahkan jika itu bertentangan dengan kepentingan partainya.

Baca juga: Elektabilitas Ganjar Usai Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia, Pengamat: Berdampak Negatif

𝘽𝙡𝙪𝙣𝙙𝙚𝙧 𝙠𝙚𝙩𝙞𝙜𝙖, 𝙗𝙖𝙩𝙖𝙡𝙣𝙮𝙖 𝙥𝙞𝙖𝙡𝙖 𝙙𝙪𝙣𝙞𝙖 𝙁𝙄𝙁𝘼 𝙐-𝟮𝟬.

Ganjar dipersepsikan ikut membuat batal Piala Dunia FIFA U-20. Ganjar menjadi tokoh paling tinggi yang disalahkan atas batalnya piala dunia U-20. Sebesar 16.6% menyalahkan Ganjar.

Beberapa pihak sebenarnya sudah mengklarifikasi. Batalnya Piala Dunia U 20 tak berhubungan dengan ketidaksetujuan Ganjar atau tokoh PDIP lainnya. FIFA memiliki alasan berbeda.

Namun opini publik terbentuk yang merugikan Ganjar Pranowo.

Baca juga: Ganjar Bingung Dicuekin Heru Soal Aduan Pedagang Jakarta: Kok Dibully Ya?

𝘽𝙡𝙪𝙣𝙙𝙚𝙧 𝙠𝙚𝙚𝙢𝙥𝙖𝙩, 𝙂𝙖𝙣𝙟𝙖𝙧 𝙙𝙞𝙖𝙣𝙜𝙜𝙖𝙥 𝙘𝙖𝙬𝙚-𝙘𝙖𝙬𝙚 “𝙢𝙚𝙣𝙚𝙜𝙪𝙧” 𝙋𝙅 𝙂𝙪𝙗𝙚𝙧𝙣𝙪𝙧 𝘿𝙆𝙄 𝙅𝙖𝙠𝙖𝙧𝙩𝙖.

Komentar yang muncul dalam analisa kualitatif misalnya, Ganjar dianggap berlagak seperti Presiden ketika ia menelepon PJ Gubernur Jakarta menyampaikan keluhan pedagang Pasar Warakas Tanjung Priok.

Sekali lagi, Ganjar Pranowo juga sudah memberikan penjelasan. Ia hanya menyampaikan keluhan dari warga yang ia jumpai. Apa salahnya?

Baca juga: Gegara Benci Anies Nyapres, Jokowi Intimidasi Para Menteri…

Tapi di era menjelang pemilu presiden, langkah seorang Capres akan selalu menjadi sorotan.

Mayoritas publik menganggap Ganjar, sebagai sesama Gubernur, tak seharusnya menyampaikan keluhan ke PJ Gubernur Jakarta. Sebanyak 74.7% menganggap Ganjar tak pantas menyampaikan keluhan itu. Hal ini karena “cawe-cawe” Ganjar terhadap PJ Gubernur Jakarta tersebut terpublikasi.

Baca juga: Anies Pamer Photo Bersama Alumni SMP 5 Yogyakarta, Warganet: Teman dan Ijazah Asli ya Pak

𝗛𝗲𝗮𝗱-𝘁𝗼-𝗵𝗲𝗮𝗱 𝗣𝗿𝗮𝗯𝗼𝘄𝗼 𝗦𝘂𝗯𝗶𝗮𝗻𝘁𝗼 𝘃𝘀 𝗚𝗮𝗻𝗷𝗮𝗿 𝗣𝗿𝗮𝗻𝗼𝘄𝗼

Kini, di bulan Juli 2023, jarak elektabilitas Prabowo Subianto vs Ganjar Pranowo mencapai double digit (10.4%). Elektabilitas Prabowo sebesar 52%. Elektabilitas Ganjar sebesar 41.6%.

Dari tracking survei tahun 2023 bulan Januari, Mei, Juni, Juli bisa terlihat tren elektabilitas Capres. Prabowo menanjak. Sedangkan elektabilitas Ganjar turun-naik.

Baca juga: Habib Umar Alhamid: Anies Dipasangkan dengan Siapa Saja Insyaallah Menang

Bulan Januari 2023, elektabilitas Prabowo 38.5%. Bulan Mei naik menjadi 44.5%. Bulan Juni naik kembali menjadi 50.4%, dan Bulan Juli juga naik menjadi 52%.

Elektabilitas Ganjar pada bulan Januari 2023 sebesar 43.1%. Bulan Mei turun menjadi 38.1%. Bulan Juni berhasil 𝘳𝘦𝘣𝘰𝘶𝘯𝘥 menjadi 43.2%. Akan tetapi bulan Juli turun menjadi 41.6%.

Baca juga: Buzzer Klaim Ribuan Tukang Becak Bogor Dukung Ganjar, Warganet: Bego! Jalanan Bogor Naik Turun, Mana Ada Ribuan

Selisih elektabilitas 𝘏𝘦𝘢𝘥-𝘵𝘰-𝘏𝘦𝘢𝘥 Prabowo vs Ganjar semakin melebar. Bulan Januari 2023 selisih 4.6% untuk keunggulan Ganjar.

Bulan Mei 2023 berbalik keunggulan untuk Prabowo dengan selisih 6.4%. Bulan Juni 2023, selisih naik menjadi 7.2% untuk keunggulan Prabowo.

Bulan Juli 2023, selisih semakin melebar menjadi 10.4% untuk keunggulan Prabowo. (sn01)

Previous articleMenulis Adalah Warisan Terbaik Masa Depan
Next articleKetua Umum DPP PEPABRI Hadiri Peringatan Ke-76 Hari Bakti TNI AU di Yogyakarta
Kami adalah Jurnalis Jaringan Sumbawanews, individu idealis yang ingin membangun jurnalistik sehat berdasarkan UU No.40 Tahun 1999 tentang PERS, dan UU No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi. Dalam menjalankan Tugas Jurnalistik, kami sangat menjunjung tinggi kaidah dan Kode Etik Jurnalistik, dengan Ethos Kerja, Koordinasi, Investigasi, dan Verifikasi sebelum mempublikasikan suatu artikel, opini, dan berita, sehingga menjadi suatu informasi yang akurat, baik dalam penulisan kata, maupun penggunaan tatabahasa.