Sumbawa Besar, sumbawanews.com – Setelah ditemukan adanya indikasi ternak di Dusun Krida, Desa jamu, Kecamatan Lunyuk terjangkit Septicemia epizootica (SE) atau ngorok, maka Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Kabupaten Sumbawa akan melakukan registrasi dan faksinasi ulang di wilayah setempat. Sebelumnya Rabu (04/8), UPT. Prokeswan Lunyuk telah melakukan kegiatan registrasi dan vaksinasi di Dusun Krida Desa Jamu.
“Registrasi dan vaksinasi yang kemarin itu, tidak semua ternak bisa dihadirkan oleh pemilik di lokasi. Jadi tidak bisa semuanya divaksin. Kita sudah komunikasikan dengan kepala desanya, mudah-mudahan bisa dikumpulkan ternaknya. Jadi di registrasi ulang,” kata Kepala Disnakeswan Kabupaten Sumbawa, melalui PLT Kepala Bidang Kesehatan Hewan, drh. Rini Handayani, di ruang kerjanya Senin (09/08).
Diungkapkan, dari keterangan petugas medic veteriner setempat, ditemukan ternak mati dan terindikasi mengidap penyakit Ngorok. Dan wilayah setempat, diketahui merupakan daerah endemic penyakit ngorok, karena kerap muncul penyakit yang sama.
“Ini memang sudah ada keterangan dari petugas medic veterinernyanya yang bertugas di lunyuk. Jadi ini memang besar kemungkinan adalah SE, karena memang Dusun Krida, Desa Jamu itu, memang daerah endemic. Dari tahun ke tahun, memang sering ada kasus. Itu bisa diatasi dengan vaksinasi,” jelasnya.
Menurutnya, vaksinasi ternak bertujuan untuk membentuk kekebalan kelompok, sehingga bisa menghentikan penularan. “Kalau tidak divaksinasi, ini bisa menular. Karena ini merupakan tentang kekebalan kelompok, bukan kekebalan individu. Jadi ternak yang ada di lokasi itu yang divaksin, karena merupakan kekebalan kelompok. Kalau yang terjangkit ini, kita obati dulu sebelum di vaksin. Karena vaksin itu untuk yang sehat, dia sifatnya mencegah,” jelasnya, juga menambahkan, penularan bisa terjadi melalui air liur, ingus atau kotoran ternak yang jatuh ke rumput, dan kemudian rumput tersebut di makan oleh ternak lain.
Kronologi Penemuan Kasus
Ia membeberkan, penemuan kasus diawali pada Rabu (04/08) saat UPT Prokeswan Lunyuk melakukan kegiatan registrasi dan vaksinasi di Dusun Krida Desa Jamu. “Ada laporan dari salah satu peternak kepada paramedis bahwa, ternak sapi yang dimilikinya mati. Dan paramedis menuju ke padang penggembalaan,” jelasnya.
Di padang penggembalaan, ditemukan 2 ekor sapi yang mati dengan kondisi perut membengkak dan tubuh kaku, dan diperkirakan sapi tersebut telah mati selama 6-7 jam. “Lokasi penggembalaan sendiri adalah sawah tadah hujan yang terletak di antara bukit-bukit sehingga memerlukan waktu untuk bisa di jangkau. Kemudian dari keterangan pemilik ternak, ternaknya dalam keadaan kurang sehat dan ditemukan mati pada pagi harinya,” ucapnya.
Kemudian peternak meminta petugas puskeswan untuk melakukan penyuntikan vaksin terhadap ternak yang masih sehat. “Karena sapi tidak ada satupun yang diikat, maka petugas puskeswan kesulitan melakukan vaksinasi secara maksimal. Namun demikian ternak sapi telah dapat tervaksin sebanyak 10 ekor,” bebernya.
Dari hasil investigasi kepada beberapa peternak lain, ditemukan ternak sapi yang menunjukkan gejala sakit yaitu keluar cairan hidung kental dan ada juga yang sudah menunjukkan gejala ngorok yang merupakan gejala khas penyakit SE. Namun, karena ternak tidak diikat maka petugas tidak dapat melakukan tindakan pengobatan kepada ternak tersebut. Demikian pula dengan ternak lainnya yang masih sehatpun tidak dapat dilakukan vaksinasi, sedangkan jumlah populasi terancam di wilayah gembala tersebut diperkirakan mencapai ratusan ekor.
“Kami telah menyampaikan hal tersebut diatas kepada pihak desa, sehingga pihak desa dapat mengambil kebijakan dengan mengatur ulang jadwal vaksinasi dan meminta kepada semua peternak untuk menghadirkan seluruh ternaknya masing-masing agar dapat dilakukan vaksinasi secara benar dengan syarat menyiapkan kandang jepit untuk kelancaran kegiatan vaksinasi,” ucapnya. (Using)