Jakarta, Sumbawanews.com. – Peradaban Mesir Kuno menyimpan berbagai rahasia melalui struktur peninggalannya yang berusia lebih dari 4.000 tahun. Beberapa di antara peninggalannya berhasil menyingkap misteri.
Proses geologi alami menyebabkan pergeseran debu dan sedimen yang bekerja untuk melapisi dan mengubur setiap permukaan bumi.
Maka dari itu, arkeolog sering menggali lebih dalam untuk menemukan jawaban atas reruntuhan yang berusia lebih dari 2.000 tahun di Mesir Kuno tersebut.
Baca juga: Inilah 11 Adab Makan dan Minum dalam Islam Yang Kamu Harus Tahu!
Melansir World Atlas, berikut ini beberapa penemuan arkeolog dari Mesir Kuno yang menyingkap misteri.
5 Penemuan Mesir Kuno yang Penuh Misteri
1. Pengobatan Mesir Kuno
Salah satu aspek yang penting pada peradaban Mesir Kuno adalah pengobatan yang menunjukkan pemahaman akan anatomi manusia dan pendekatan inovatif terhadap perawatan kesehatan.
Pengobatannya terkenal karena adanya perpaduan antara spiritualitas, pengobatan alami dan observasi empiris. Hal tersebut menyebabkan pengobatan Mesir memungkinkan para praktisi untuk mengatasi berbagai macam penyakit.
Profesional medis di Mesir Kuno seperti dokter, ahli bedah dan pendeta dokter akan mengandalkan farmakope yang luas dari tumbuh-tumbuhan, mineral, dan ekstrak hewan.
Mereka akan menggunakan teknik diagnostik seperti palpasi dan auskultasi serta perawatan pragmatis seperti penjahitan luka, pengaturan patah tulang dan trepanasi.
Baca juga: Kebenaran Alquran, Ilmuwan Temukan Bukti Kisah Pemuda Tidur 309 Tahun di Gua
Papirus Edwin Smith yang ditemukan pada tahun 1862, bertanggal sekitar tahun 1600 SM membuktikan kecanggihan pengetahuan medis Mesir kuno.
Ditulis dalam skrip hieratik terdapat 48 riwayat kasus yang menawarkan wawasan tentang diagnosis, prognosis, dan pengobatan berbagai luka dan penyakit.
Teks tersebut menekankan pendekatan pengobatan yang rasional dan sistematis serta menggabungkan pengamatan ilmiah dan solusi praktis.
2. Tinta Hitam
Manusia di era Mesir Kuno dikreditkan dengan penemuan tinta hitam yang merupakan sebuah terobosan yang merevolusi dunia penulisan dan seni.
Sebelum perkembangan tinta hitam, penulisan biasanya digunakan menggunakan pigmen merah atau coklat.
baca juga: Studi Psikolog: Pria Miskin Lebih Suka Perempuan Berdada Besar
Penggunaan pigmen tersebut dinilai kurang fleksibel dan lebih mudah pudar jika dibandingkan dengan tinta hitam. Formula tinta hitam sendiri merupakan rahasia yang dijaga ketat dan hanya diketahui oleh juru tulis elit dan seniman yang terlatih dalam pembuatannya.
Tinta hitam dibuat dengan menggiling karbon hitam dan mencampurnya dengan bahan pengikat berupa gom arab atau putih telur untuk menghasilkan campuran yang halus dan tahan lama. Karbon hitam berasal dari berbagai sumber seperti kayu hangus, tulang dan gading.
Diketahui tinta hitam dengan cepat menjadi media menulis dan menggambar yang disukai di Mesir Kuno karena lebih mudah dibaca dan lebih tahan lama dibandingkan pigmen tinta yang sebelumnya digunakan.
Penemuan tinta hitam juga memungkinkan kreasi artistik yang lebih detail dan ekspresif, seperti hieroglif yang rumit dan mural menakjubkan yang masih memikat kita hingga saat ini.
3. Batu Rosetta
Artefak Mesir Kuno ini berhasil mengungkap misteri bahasa yang pernah hilang serta menjelaskan peradaban misterius yang menciptakannya.
Batu ini ditemukan pada tahun 1799 oleh tentara Prancis yang berupa prasasti dalam tiga aksara yaitu hieroglif, demotik dan Yunani Kuno.
Jean-François Champollion seorang sarjana Prancis, memegang peran penting dalam mengungkap rahasia batu ini.
Ia membandingkan ketiga skrip yang terdapat dalam batu rosetta tersebut. Kecerdasan yang ia miliki membuat ia mampu mengenali bahwa hieroglif mewakili bunyi fonetik dan simbol ideografis.
Karya inovatifnya selesai pada tahun 1822 sehingga memungkinkan bagi para sarjana untuk membaca dan memahami teks-teks Mesir Kuno untuk pertama kalinya dalam lebih dari sepuluh abad.
Batu rosetta bertindak sebagai jembatan linguistik yang mengungkapkan aspek budaya, agama dan sejarah masyarakat Mesir Kuno.
Selain itu, batu ini juga memberikan wawasan yang tak ternilai tentang kehidupan firaun, pembangunan piramida, dan pemujaan dewa.
Bahkan artefak tersebut memberikan jendela ke lanskap politik yang kompleks pada periode Ptolemeus dan Romawi serta menerangi interaksi dinamis antara kekuasaan dan pengaruh.
4. Firaun Perempuan
Di Mesir Kuno, beberapa wanita luar biasa mampu untuk melampaui batasan gender serta mengambil jubah Firaun. Hal tersebut menunjukkan kepemimpinan yang luar biasa di dunia yang didominasi pria.
Seorang firaun wanita jarang ditemukan tetapi membawa perubahan yang signifikan. Pemerintahan mereka ditandai dengan kecakapan diplomatik, pencapaian arsitektur, dan kemajuan budaya.
Hatshepsut merupakan penguasa wanita paling terkenal di Mesir yang memerintah dari 1478-1458 SM. Ia merebut kekuasaan sebagai bupati untuk anak tirinya yang masih muda yaitu Thutmose III, dia akhirnya memproklamirkan dirinya sebagai Firaun.
Ia mengadopsi tituler kerajaan dan mengenakan regalia pada pria. Pemerintahan Hatshepsut memberikan hasil pada proyek pembangunan yang luas seperti kuil agung Deir el-Bahri dan ekspedisi perdagangan yang sukses.
Nefertiti, ikon ratu Akhenaten diketahui memerintah bersama suaminya selama Periode Amarna (1353-1336 SM).
Meskipun statusnya sebagai Firaun masih diperdebatkan, bukti menunjukkan bahwa ia mungkin mengambil alih kekuasaan setelah kematian Akhenaten.
Nefertiti berkontribusi pada revolusi agama di Mesir, mempromosikan pemujaan Aten, atau cakram matahari.
Terdapat seorang firaun wanita yang kurang dikenal yaitu Sobekneferu yang memerintah dari tahun 1806-1802 SM dan Twosret, yang memerintah dari tahun 1191-1189 SM.
Para firaun wanita ini menavigasi lanskap politik yang kompleks, menjaga stabilitas dan kemakmuran di dalam kerajaan mereka.
5. Layanan Pos
Layanan pos Mesir Kuno adalah bukti kecerdikan dan organisasi manusia yang memainkan peran penting dalam administrasi peradaban Lembah Nil. Pos itu didirikan sekitar 2400 SM selama Kerajaan Lama.
Sistem yang digunakan dalam layanan pos ini mengandalkan jaringan kurir untuk transmisi informasi yang cepat dan andal.
Para kurir ini mahir melintasi medan yang menantang, memanfaatkan berbagai moda transportasi seperti perahu di Sungai Nil, keledai, dan kehebatan fisik mereka sendiri.
Beroperasi dari stasiun relai yang ditempatkan secara strategis mereka memfasilitasi komunikasi antara Firaun, gubernur daerah, dan personel militer.
Inti dari layanan pos ini terletak pada Per-aa, merupakan pusat administratif yang terletak di pusat yang mengkoordinasikan pengiriman dan penerimaan surat.
Hub ini terutama berurusan dengan korespondensi pemerintah, intelijen militer penting, dan catatan pajak. Namun, ia juga melayani kebutuhan individu kaya dan pejabat tinggi yang memungkinkan untuk mereka mengirim pesan pribadi.
Layanan pos Mesir memamerkan sistem pencatatan yang luar biasa. Para juru tulis dengan cermat mendokumentasikan semua korespondensi pada gulungan papirus, memastikan warisan abadi dari komunikasi tertulis peradaban.
Meskipun sistem pos Mesir tidak seluas iterasi selanjutnya di budaya lain tetapi sistem pos ini membentuk cetak biru untuk komunikasi yang efisien dan terorganisir yang meletakkan dasar bagi layanan pos modern. (sn04)