Naypyidaw, sumbawanews.com – Kementerian Urusan Kemanusiaan dan Manajemen Bencana Myanmar, Minggu (30/03) menyebutkan, Jumlah korban tewas terus meningkat dalam waktu 48 jam setelah gempa bumi dahsyat di Sagaing. Gempa susulan juga terjadi di Mandalay, Nay Pyi Taw, dan Bago, serta gempa bumi berkekuatan 5,1 skala Richter di dekat Nay Pyi Taw pada siang hari kemarin, gempa bumi berkekuatan 4,2 skala Richter di dekat Shwebo pada pagi hari dan gempa bumi berkekuatan 5,1 skala Richter di dekat Sagaing sore ini.
Baca Juga: Dilanda Bencana, Junta Myanmar Minta Militer Lakukan Bantuan Kemanusiaan Hentikan 2 Minggu
Operasi penyelamatan tertunda karena kurangnya tenaga kerja dan peralatan, dan juga, peluang untuk bertahan hidup bagi orang-orang yang hilang sangat jarang. Selain itu, ada banyak tantangan dalam memberikan perawatan medis kepada orang-orang yang terluka, dan, hingga saat ini, hanya tim Pencarian dan Penyelamatan (SAR) internasional yang telah tiba.
Tidak hanya tim SAR tetapi juga Tim Medis Darurat (EMT) dari negara-negara tetangga sangat dibutuhkan. Di daerah perkotaan, ada kesulitan dalam penanganan jenazah akibat gempa bumi. Pemadaman listrik yang meluas merupakan penyebab utama kekurangan air, dan gangguan internet oleh SAC membatasi akses informasi. Orang-orang yang rumahnya hancur kini tinggal sementara di biara-biara dan tempat penampungan informal lainnya, dan ada kebutuhan mendesak untuk menyediakan makanan siap saji, air minum, tempat berlindung sementara, dan barang-barang pribadi bagi mereka yang terkena dampak.
Tantangan yang dihadapi saat ini yakni Kurangnya listrik menyebabkan kekurangan pasokan air. Karena penutupan toko, rumah sakit dan klinik, timbul tantangan dalam mengakses makanan, obat-obatan dan perawatan. Bantuan darurat dan respons yang kurang mendapat perhatian karena ketakutan militer dan pasukan keamanannya terhadap penangkapan. Sangat dibutuhkan tenaga ahli dan peralatan terampil untuk memindahkan bangunan yang runtuh dan tenggelam.
Kemudian, Sangat dibutuhkan sejumlah besar personel penyelamat di wilayah Sintgaing, Paleik, Tada-U, Kyaukse, Myittha, Yamethin, Sagaing dan Madaya. Masyarakat yang terkena dampak gempa bumi menghadapi kesulitan untuk meminta bantuan dan mencari dukungan tanggap darurat karena pembatasan Internet dengan VPN. Akses terhadap informasi yang tepat waktu dan akurat sangat terbatas. Bahkan dalam bencana yang dahsyat, wajib militer terus menerus mengakibatkan terbatasnya partisipasi dan dukungan dari para pemuda.
Dari bencana gempa, sementara sebanyak 1.614 meninggal, 1.376 hilang dan 1.557 terluka. (Using)