Home Berita Patut di Contoh, Kisah dokter di Cianjur yang Rela Dibayar dengan Sampah...

Patut di Contoh, Kisah dokter di Cianjur yang Rela Dibayar dengan Sampah Botol Plastik

Klinik Harapan Sehat di Cianjur, Indonesia. Klinik ini terkenal karena program berobat dengan pembayaran sampah. (Foto: CNA/Wisnu Agung Prasetyo)

CIANJUR, Sumbawanews.com.- Bagi banyak orang, botol-botol plastik mungkin dianggap sampah yang tidak berguna. Tapi bagi sebagian warga di sebuah kota kecil di provinsi Jawa Barat, Indonesia, botol plastik bisa menjadi penyelamat nyawa dan membuka jalan bagi perawatan medis dengan biaya terjangkau.

Sejak 2009, Klinik Harapan Sehat – sebuah fasilitas kesehatan seluas 2.000 meter persegi di jalanan yang berliku di luar kota Cianjur – telah menyediakan perawatan kesehatan dan obat-obatan bagi warga kurang mampu dengan bayaran sepuluh sampah botol plastik.

Baca juga: Sampaikan Aspirasi Pedagang, Ganjar Dicuekin Pj. Gubernur DKI Heru Budi, “Maaf Mas, Saya Sedang Kondangan”

“Saya ingin membuat suatu program berkelanjutan yang bisa membantu masyarakat, tapi masyarakat juga berkontribusi untuk membuat bumi ini jadi lebih baik. Saya berdiskusi dengan istri saya, dan berpikir bahwa satu masalah (yang bisa kami atasi) adalah sampah,” kata dr. Yusuf Nugraha, 43, pendiri dan direktur Klinik Harapan Sehat, dalam perbincangan dengan CNA dikutip Sumbawanews.com, Minggu (25/6/2023).

Sampah plastik adalah masalah besar di Indonesia. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI menyebutkan, tahun lalu 270 juta penduduk Indonesia menghasilkan 12,6 juta ton sampah plastik.

Baca juga: Ada Dugaan Tindak Pidana dan Keamanan di Ponnpes Al-Zaytun, Mahfud MD: Polri Akan Menangani

Sementara studi organisasi lingkungan Aliansi Zero Waste Indonesia menyebutkan bahwa hanya sembilan persen sampah plastik di Indonesia yang didaur ulang, sisanya menumpuk di tempat pembuangan akhir atau mencemari sungai dan lautan.

“Saya ingin warga Cianjur peduli pada pemanasan global dan perubahan iklim, tapi isu ini terlalu jauh untuk mereka dan terlalu rumit untuk dipahami.”

“Mengurangi penggunaan plastik, mendaur ulang plastik dan menghentikan pencemaran plastik terhadap lingkungan adalah pintu masuk bagi mereka agar lebih peduli pada alam sekitar mereka,” kata dr. Yusuf.

Baca juga: Pendeta Saifudin Ngoceh, Bongkar Dugaan Cabul Anak Panji Gumilang Al Zaytun

Yusuf menyadari program mereka berdampak sangat kecil bagi upaya pengurangan sampah plastik di Indonesia. Jika klinik sedang ramai, pasien Harapan Sehat hanya bisa mengirim hingga 400 botol ke dua perusahaan daur ulang plastik yang bermitra dengan Harapan Sehat.

Jumlah itu ibarat setetes air di lautan jika dibandingkan dengan 210 ton sampah yang diproduksi warga Cianjur setiap harinya, berdasarkan data dinas lingkungan hidup kabupaten Cianjur.

Meski kontribusinya bagi lingkungan sangat kecil, namun dampak program ini bagi warga sekitar tidak bisa dianggap remeh.

Baca juga: Dampingi Anies, Khofifah Terancam?

Program berobat dengan pembayaran sampah sangat menarik bagi warga-warga miskin yang bekerja di sektor informal, pengangguran dan mereka yang menganggap premi asuransi – termasuk iuran BPJS Kesehatan – terlalu mahal dibanding pendapatan mereka yang rendah.

Setiap harinya, ada hingga 40 pasien yang memanfaatkan program berobat dengan pembayaran sampah di Klinik Harapan Sehat. Keluhan yang diderita mereka beragam, mulai dari penyakit ringan seperti demam dan batuk tak kunjung sembuh, hingga penyakit yang mengancam nyawa seperti stroke dan serangan jantung.

Baca juga: Cawe-Cawe Jokowi, Muslim Arbi: Bawaslu Berpihak ke Penguasa

Klinik Harapan Sehat hanya memiliki izin sebagai fasilitas kesehatan penyedia perawatan medis kelas dasar. Namun pelayanan yang diberikan klinik tersebut bagi pasien seakan tanpa batas.

Kepada CNA, pasien Klinik Harapan Sehat, Sumiati, mengatakan bahwa dia awalnya enggan membawa putrinya yang jatuh sakit pada 2021 ke dokter. Putrinya, Kayla, kala itu terlihat pucat, nafasnya pendek, dan terlalu lemah untuk beranjak dari tempat tidur.

Sumiati, yang saat itu baru kehilangan pekerjaan di pabrik sepatu karena pandemi COVID-19, khawatir pengobatan Kayla akan memakan biaya besar.

Baca juga: Selain Pungli, Novel Baswedan Ungkap Petugas Rutan KPK Lecehkan Istri Tahanan

“Ketika saya dengar tentang program (berobat dengan pembayaran sampah) di Harapan Sehat, saya langsung membawa anak saya ke klinik,” kata Sumiati kepada CNA.

Klinik itu kemudian melakukan beberapa tes dan menemukan bahwa Kayla mengidap talasemia, penyakit yang disebabkan rendahnya kadar protein pembawa oksigen di dalam darah.

“(Dokter) bilang anak saya harus dirujuk ke rumah sakit. Saya menolak karena terkendala biaya, saya orang tidak mampu. Tapi dr. Yusuf menyarankan saya harus pergi ke sana dan memberi saya sejumlah uang,” kata Sumiati.

Baca juga: Terkait Selingkuh di KPK, Novel Baswedan: Firli dan Dewas ingin Rusak KPK

Yusuf juga memastikan agar keluarga Sumiati membayar semurah mungkin ketika Kayla dirawat di RSUD Sayang, Cianjur. Dia mendaftarkan gadis itu pada program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), dan membantu Sumiati melengkapi persyaratan untuk mendapatkan asuransi tersebut.

Bahkan Yusuf juga membayarkan premi asuransi Kayla.

“Tidak bisa diungkapkan, saya berutang budi banget sama Klinik Harapan Sehat,” kata Sumiati.

Kepada CNA, dr. Yusuf mengatakan dia banyak menemui pasien dengan penyakit serius yang tidak mampu ditangani di klinik.

“Kami mencoba membantu mereka dengan cara apa pun, seperti merujuk ke rumah sakit, mendaftarkan ke program JKN atau membayarkan biaya pengobatan,” kata dia.

Baca juga: Soal Anies Segera Jadi Tersangka, Pimpinan KPK: Itu kan Katanya Denny Indrayana

Klinik tersebut bahkan membantu para pasien yang tinggal di rumah berdindingkan triplek dengan membangunkan mereka rumah baru dari batu bata yang terbuat dari campuran semen dan biji plastik.

“Saat dr. Yusuf datang dan bertanya apakah saya bisa membuatkan batu bata dari sampah plastik, saya sempat bingung,” kata Entang, pekerja di pabrik batu bata yang terletak lima menit berkendara dari klinik, kepada CNA.

“Tapi ketika kami mengujinya, batu bata dengan campuran plastik ternyata lebih kuat dan tidak mudah rapuh, karena plastik memberi struktur tambahan pada batu bata. Plastik juga bercampur dengan baik dengan semen.”

Entang mengatakan bahwa pabrik tempat dia bekerja kini hanya membuat batu bata dengan campuran plastik. Setiap harinya, pabrik itu bisa memproduksi dan menjual sekitar 1.000 batu bata untuk program donasi klinik Harapan Sehat dan pelanggan lainnya.

MASA KECIL YANG SEDERHANA

Dr. Yusuf berujar, sejak kecil dia selalu ingin membantu sesama. Dia tumbuh di keluarga sederhana. Ibunya yang telah bercerai harus menghidupi lima anaknya sendirian.

“Ekonomi keluarga waktu itu kurang begitu mampu. Saat itu ada satu ketakutan, saya takut sakit, bukan hanya penyakitnya, tapi dari mana biayanya,” kata dia.

“Di usia 10 tahun waktu itu saya ingin menjadi dokter. Saya ingin jadi dokter, ingin membantu masyarakat yang memang tidak mampu secara ekonomi, sehingga mereka tidak harus takut kalau sakit.”

Tekad untuk membantu sesama semakin kuat setelah dia mengantongi izin untuk praktik.

Setelah kuliah kedokteran di Cimahi, Jawa Barat, dan menjadi dokter pada sebuah rumah sakit di Nusa Tenggara Timur, dr. Nugraha pulang ke Cianjur pada 2008 dan mendirikan tempat praktiknya sendiri di kamar seluas tiga kali empat meter dalam rumahnya.

Sedari awal, dr. Yusuf sudah berbulat hati untuk merawat semua pasien yang datang kepadanya tanpa memandang kondisi keuangan mereka.

“Saya berkata: ‘Saya ingin membantu masyarakat, tetapi jangan sampai masyarakat itu menjadi ‘tangan di bawah’. Mentalitas ini yang ingin saya ubah. Saya ingin pasien juga memberikan kontribusi, bukan untuk saya, tapi untuk masyarakat,” kata dia.

Lalu setahun setelah Yusuf menjalankan praktik sendiri, lahirlah program berobat dengan pembayaran sampah.

RENCANA PENGEMBANGAN KLINIK
Keuntungan dari biaya pengobatan yang dibayarkan pasien reguler digunakan dr. Yusuf untuk mensubsidi pasien yang kurang mampu. Sampai saat ini, model bisnis tersebut masih dijalankan di kliniknya.

Yusuf mengatakan, ada kalanya klinik merugi dan dia terpaksa menguras tabungan pribadinya untuk membeli obat-obatan, membayar gaji staf dan biaya operasional lainnya. Dia tetap bertahan kendati orang-orang di sekitarnya ragu upayanya akan berhasil dan menyerukannya untuk berhenti.

“Alhamdulillah, seiring waktu operasional kami tidak lagi merugi,” kata dia.

Program tersebut membuat klinik dr. Yusuf menjadi terkenal. Dia dan kliniknya mendapat berbagai penghargaan dan pujian dari media lokal dan pejabat pemerintah.

Ketenaran itu tersebar dari mulut ke mulut, membuat pasien reguler berdatangan untuk berobat sehingga menghasilkan keuntungan bagi klinik. Dari keuntungan tersebut, dr. Yusuf jadi bisa membantu lebih banyak lagi pasien dari masyarakat tidak mampu.

Yusuf akhirnya mampu membelikan ibunya rumah di tempat lain, sementara rumahnya yang dulu diubah menjadi klinik.

Klinik Harapan Sehat terus berkembang. Sekarang, klinik itu memiliki delapan dokter dan sekitar 50 perawat dan staf. Mereka juga telah memiliki laboratorium, unit gawat darurat, ruang rawat, apotek dan optik sendiri.

Karena berstatus fasilitas kesehatan dasar, maka semua dokternya adalah dokter umum.

Namun dr. Yusuf tengah mengupayakan agar klinik itu naik status menjadi poliklinik, agar mampu memberikan perawatan umum dan spesialis untuk berbagai jenis penyakit.

“Dengan cara ini, kami bisa melayani dengan lebih baik dan merawat berbagai macam pasien, terutama mereka yang kurang mampu,” kata dia.(CNA/sn04)

Previous articleAda Dugaan Tindak Pidana dan Keamanan di Ponnpes Al-Zaytun, Mahfud MD: Polri Akan Menangani
Next articleRespons Cepat Pasukan Ajusta Tanggap Penanganan Bencana
Kami adalah Jurnalis Jaringan Sumbawanews, individu idealis yang ingin membangun jurnalistik sehat berdasarkan UU No.40 Tahun 1999 tentang PERS, dan UU No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi. Dalam menjalankan Tugas Jurnalistik, kami sangat menjunjung tinggi kaidah dan Kode Etik Jurnalistik, dengan Ethos Kerja, Koordinasi, Investigasi, dan Verifikasi sebelum mempublikasikan suatu artikel, opini, dan berita, sehingga menjadi suatu informasi yang akurat, baik dalam penulisan kata, maupun penggunaan tatabahasa.