Home Berita Temuan KOPMAS, Banyak Ibu Berikan Kental Manis Sebagai Pengganti Susu

Temuan KOPMAS, Banyak Ibu Berikan Kental Manis Sebagai Pengganti Susu

Diskusi Media bertajuk “Salah Kaprah Susu, Kesehatan Anak, dan Peran Media Sosial”.

JAKARTA, Sumbawanews.com.- Kental Manis yang seharusnya di peruntukan sebagai topping makanan dan minuman justru pemanfaatannya banyak digunakan sebagai pengganti susu terutama untuk balita.

“Selama ini saat tim KOPMAS terjun langsung ke lapangan pada tahun 2020 – 2022, kami menemukan banyak masyarakat terutama orang tua yang masih memberikan kental manis sebagai pengganti susu untuk anaknya. Hal ini sangat kami sayangkan,dan ini menandakan masih minimnya tingkat edukasi dan literasi di kalangan masyarakat hingga kurangnya akses informasi bagi masyarakat.” Jelas Sekjen Koalisi Perlindungani Kesehatan Masyarakat (KOPMAS), Yuli Supriaty dalam Diskusi Media bertajuk “Salah Kaprah Susu, Kesehatan Anak, dan Peran Media Sosial”.

Baca juga: Dampak Konsumsi SKM, Jangan Sampai Ada Arisandi Lain

Diskusi ini membahas pentingnya keselarasan antara edukasi dan sosialisasi seputar nutrition fact produk kental manis belum dipahami secara luas oleh masyarakat. Hadir pula dalam kesempatan tersebut Devie Rahmawati, pengamat Sosial; dr. Agnes Tri Harjaningrum, Msc., S.pA., dokter spesialis anak.

Yuli pun meminta berbagai pihak terkait berkolaborasi terkait pencanangan peningkatan literasi gizi untuk masyarakat seputar temuan konsumsi kental manis.

Lebih lanjut Yuli menjelaskan jika temuan dari KOPMAS ini karena kurangnya literasi gizi dan minimnya sosialisasi bagi masyarakat, terutama para ibu.

Baca juga: PP Muslimat NU: Selama ini Terjadi Salah Persepsi, SKM Tidak untuk Diminum

“Kedepannya semua pihak dan stakeholder harus satu suara dalam mengedukasi para orang tua mengenai pemberian kental manis bagi anaknya yang ternyata kandungan didalamnya yang lebih banyak gula,” Tegasnya.

Sebagai organisasi masyarakat yang memiliki jaringan relawan di seluruh wilayah Indonesia, KOPMAS telah mengumpulkan banyak temuan lapangan mengenai kesalahan konsumsi kental manis oleh masyarakat, terutama pada balita dan anak-anak. Selain alasan harga produk kental manis yang ekonomis serta tersedia dalam kemasan sachet, pada umumnya masyarakat mengaku tidak paham alasan kental manis tidak baik diberikan sebagai susu untuk anak.

Temuan ini menunjukkan bahwa edukasi dan sosialisasi gizi belum menjangkau masyarakat secara luas. Selain itu, transparansi kandungan gula dalam produk kental manis minim. Produsen juga tidak melakukan edukasi kandungan produk serta marketing dan promosi produk yang hingga saat ini masih kerap menyasar ibu dan balita.

Sebelumnya dalam Video seorang ibu memberikan kental manis untuk anaknya yang masih berusia 7 bulan viral beberapa waktu lalu. Tak hanya netizen dan pakar kesehatan yang mengecam, Presiden Joko Widodo bahkan turut mengingatkan agar seluruh kader Posyandu dan BKKBN lebih gencar memberi penyuluhaan kesehatan kepada masyarakat.

Dokter spesialis anak, dr. Agnes Tri Harjaningrum, Msc., S.pA., menyampaikan anak yang diberi kental manis secara terus-menerus secara tidak langsung akan memengaruhi tumbuh kembang anak tersebut.

“Kalau bayi atau anak-anak yang mengkonsumsi kental manis ini memang tidak berdampak langsung, tapi melalui proses sehingga pada akhirnya menjadi diabetes,” Jelas dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Permata Depok.

Lebih lanjut dokter spesialis anak tersebut menjelaskan berdasarkan data dari World Health Organization, kandungan gula yang harusnya dikonsumsi yaitu dibawah 10% dari total kalori.

Baca juga: Iklan SKM Kerap Menyesatkan, YAICI –  Aisyisyah Lakukan Edukasi

“Sedangkan kalau kental manis sendiri, tambahan gulanya sekitar 19 gram, kalau di konversi sekitar 58 persen. Ini sudah sangat jauh dari batasannya,” Tutur dr. Agnes.

Senada dengan Yuli, dr. Agnes menjelaskan bahwa kandungan yang terdapat dalam kental manis, bukan merupakan susu, tapi sirup rasa susu.

Pengamat Sosial, Devie Rahmawati, mengatakan fenomena orang tua terutama ibu dalam memberikan kental manis bagi anaknya berawal dari ketidaktahuan masyakarat akan kandungan yang terdapat dalam kental manis.

“Masifnya informasi di media sosial dan rendahnya literasi masyarakat menjadi salah satu bukti bagaimana masyarakat masih salah persepsi terkait kental manis, ” Ujar Devie.

Pengamat Sosial dari Universitas Indonesia ini pun menuturkan pemanfaatan media sosial yang efektif harus terus disosialisasikan kepada masyarakat, hal ini untuk memperluas jangkauan sosialisasi masyarakat. (sn01)

Previous articleBPBD Sumbawa Barat: 30.000 Jiwa Terdampak Banjir Taliwang – Brang Rea KSB
Next articleAmman Mineral Salurkan Bantuan Untuk Korban Banjir Bandang Taliwang – Brang Rea KSB
Kami adalah Jurnalis Jaringan Sumbawanews, individu idealis yang ingin membangun jurnalistik sehat berdasarkan UU No.40 Tahun 1999 tentang PERS, dan UU No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi. Dalam menjalankan Tugas Jurnalistik, kami sangat menjunjung tinggi kaidah dan Kode Etik Jurnalistik, dengan Ethos Kerja, Koordinasi, Investigasi, dan Verifikasi sebelum mempublikasikan suatu artikel, opini, dan berita, sehingga menjadi suatu informasi yang akurat, baik dalam penulisan kata, maupun penggunaan tatabahasa.