Investasi besar tidak berkolasi pada penyediaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan. Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) adalah buktinya.
Ada investasi jumbo Rp 55 T di KSB berupa pembangunan smelter milik PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) justru tingkat pengangguran terbesar ketiga se-NTB. Kota Kota Mataram 4,78%, dan 3,57% Kota Bima beda tipis dengan KSB 3,54%. Di atas pengangguran provinsi “hanya” 2,80%.
Di samping soal investasi pembangunan smelter, di kabupaten ini juga bercokol perusahaan tambang emas terbesar kedua di Indonesia PT AMNT. Tetapi justru tidak memberikan dampak signifikan pada lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan yang masih di angka 12,23% atau 21 ribu jiwa. Kendati pun telah berproduksi hampir seperempat abad.
Padahal secara normative perusahaan ini patuh membayar pajak dan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNPB), bagi hasil dan hasil bersih DBH dan DBHB. Belum lagi ada dana Program Pemberdayaan Masyarakat PPM ratusan Milyar tiap tahun. Di luar belanja modal Capital Expenditure (Capex) dan belanja operasional perusahaan dengan tenaga kerja lebih 6000 orang. Di mana masalahnya ?
Seperti juga merata di kabupaten dan kota lain se NTB, berjumlah 10 daeran Tingkat II, trend penurunan kemiskinan juga terjadi. Begitu pula KSB, bahkan cenderung lebih lambat dibandingkan kabupaten/kota lain yang bukan daerah penghasil. Artinya dalam waktu yang lama 24 tahun, tambang emas AMNT, serta pembangunan smelter dengan investasi jumbo tidak memberikan pengaruh signifikan bagi ekonomi setempat.
Satu-satunya yang membedakan dengan daerah lain indeks pembangunan Manusia (IPM) nomor 2 setelah Kota Mataram angkanya pun tidak mencolok 74,84 dan Kota Mataram 81,15. Dan ketergantungan produk Domestik Regional Bruto (PDRB) lebih 85% pada tambang.
Dari gambaran tersebut, bahwa belanja modal dan belanja operasional barang dan jasa perusahaan tidak ngefek kepada Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidak ngefek kepada penyediaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan, atau yang biasa disebut sebagai fenomena kebocoran regional (regional leakeges). Atau jangan2 pengadaan itu hanya menguntungkan segelintir elit daerah ?
Saat ini perushaan sedang menyelesaikan pembangunan smelter pengolahan emas dan tembaga direncanakan 2025 sudah dapat beroperasi. Kabupaten Sumbawa bersiap menerima ekspansi perushaan raksasa ini untuk menggarap titik baru di kabupaten Sumbawa. Semoga saja kondisi ini membuka mata para elit daerah, dan pusat. (Mada Gandhi)