New York, sumbawanews.com – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan Hampir 11.000 orang saat ini bekerja di misi United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL/Pasukan Sementara PBB di Lebanon). tersebut, termasuk sekitar 10.000 personel militer, serta sekitar 550 warga sipil lokal dan 250 warga sipil internasional.
Baca Juga: Sirine Meraung, Hizbullah Luncurkan Ratusan Roket ke Israel
Sekitar 50 negara menyumbangkan pasukan untuk misi tersebut. Saat ini, Indonesia merupakan penyumbang terbesar dengan lebih dari 1.200 personel berseragam.
UNIFIL dibentuk oleh Dewan Keamanan pada bulan Maret 1978 setelah invasi Israel ke Lebanon. Mandatnya adalah untuk mengonfirmasi penarikan pasukan Israel dari Lebanon, memulihkan perdamaian dan keamanan internasional, serta membantu Pemerintah Lebanon dalam memulihkan otoritas efektifnya di wilayah tersebut.
Misi penjaga perdamaian PBB UNIFIL telah beroperasi di sepanjang “Garis Biru” yang memisahkan Lebanon dan Israel sejak tahun 1970-an, dan mandatnya baru saja diperbarui untuk satu tahun lagi oleh Dewan Keamanan PBB.
Israel baru menarik diri dari Lebanon pada tahun 2000. Karena tidak adanya kesepakatan mengenai perbatasan, PBB menetapkan garis penarikan sejauh 120 km yang dikenal sebagai Garis Biru, yang dipantau dan dipatroli oleh UNIFIL.
Setelah konflik mematikan selama 30 hari antara Israel dan Hizbullah pada tahun 2006, Dewan meningkatkan misi tersebut dengan resolusi yang diperbarui. Resolusi 1701 memperluas mandat awal untuk mencakup pemantauan penghentian permusuhan.
Dalam konflik terbaru yang terjadi saat ini, Sekjen PBB, Antonio Guterres mengatakan, Anggota pasukan penjaga perdamaian di Lebanon terus melaksanakan mandat mereka sejauh yang dimungkinkan. Misi ini bergantung pada kepatuhan penuh dari semua pihak. Dan Semua pihak harus memastikan keselamatan dan keamanan mereka. (Using)