Yudhie Haryono
CEO Nusantara Centre
Apa yang tak hadir di era reformasi? Tentu banyak jawaban. Tetapi dari sekian banyak jawaban itu, yang paling genting adalah absennya pemimpin yang kuat, berwibawa dan mendunia. Habibi, luas pengetahuan tetapi lemah dukungan. Abdurahman, luas perkawanan tetapi lemah kekuatan. Megawati, luas kekuatan tetapi lemah pengetahuan. Susilo, luas jaringan tetapi lemah perkawanan. Joko, lemah ingatan sekaligus lemah moral dan minus akhlak.
Sejak kelahirannya pemimpin hari ini sempurna cacatnya, tak berpartai tak bernilai; tak bergagasan tak bernalar jenius. Sedikit bisa jualan tak bisa berproduksi.
Singkatnya, kita terlalu banyak melahirkan pemimpin dan kepemimpinan lemah.
Apa buktinya? Saat penjajah bercinta dan tamasya, kita yang terjajah berdoa dan ziarah. Ketika penjajah serakah dan kaya, kita yang terjajah ikhlas dan malas. Itu semua karena tak ada pemimpin kuat yang memberi teladan: pikiran dan tindakan. Tak ada pemimpin kuat yang tangguh dan melawan.
Sekarang, bagi kalian yang muda, kubagi renungan pagi. Dalam sejarahnya, ketika usia masih 30-an, kalian pasti tidak pernah berpikir, jika diberi umur panjang oleh Tuhan Sang Pencipta, hari tua akan diisi oleh berbagai macam penyakit dan penderitaan. Kalian akan menjadi sahabat dokter dan pengkonsumsi berbagai macam racun pembunuh penyakit. Manakala semuanya sudah tidak mampu, nyawa kalian akan melayang kembali ke alam baka. Padahal warisan buat bangsa belum ada. Bekal menghadap Tuhan masih minus tergerus.
Saat usia 30-an, tidak pernah berpikir kelak kekuatan akan berganti dengan ketidakmampuan. Tak pernah menganggap pribahasa di atas awan masih ada langit atau tiada pesta yang tanpa akhir, sebagai ungkapan yang benar. Padahal, sekali hidup sesudah itu mati. Walaun bermilyar kematian bertrilyun kehidupan. Lalu, apa pahala yang akan kita bawa?
Mari kita belajar dari Jenghis Khan, legenda pemimpin kuat. Terkuat di Asia bahkan dunia.
Sejarah Jenghis Khan adalah sejarah perealisasian gagasan. Idenya mematrialisasi dalam dunia yang profan ini. Apa saja idenya? Pertama, hidup adalah perjuangan dan perlawanan. Sejak bayi, ide ini sudah tertanam di benak Khan. Tak ada tindakan Khan yang lahir dari ruang hampa. Kejeniusannya diakui lawan dan kawannya.
Kedua, gagasan kekuasaan. Tak ada ide yang realistis kecuali dengan berkuasa, begitulah Khan berfilsafat. Maka, penaklukan dan perang jadi jalan hidupnya: sepanjang usia.
Ketiga, ide penguasaan dan penciptaan “jalur sutra” ke dalam lingkungan politik yang berkesinambungan. Ide inilah yang memungkinkan peningkatan komunikasi dan perdagangan dengan Peradaban Barat, Timur Tengah dan Asia, yang memperluas pandangan kebudayaan antara ketiga area budaya tersebut.
Keempat, ide Khan mempertahankan teori meritokrasi (sistem pemerintahan berdasarkan prestasi dan loyalitas) dalam pemerintahannya. Ini bertentangan dengan praktek kekuasaan yang berbasis pada feodalisme, fasisme, agamaisme, parokialisme bahkan demokratisme.
Kelima, bhineka agama adalah kekuatan. Khan itu sangat toleran terhadap berbagai agama dan kepercayaan yang tumbuh plus berkembang saat itu. Khan adalah pengiman Tuhan bukan pengiman agama. Makanya Khan bisa dan bahkan melindungi hidup semua agama sepanjang berjuang bersama menegakkan Mongolisme, imperium berbasis nasionalisme awal.
Keenam, detil dan tegas. Khan selalu menjelaskan keputusannya dengan jelas kepada semua prajuritnya dan tegas sekali terhadap hasilnya. Yang bagus dipromosikan, yang buruk dihukum.
Ketujuh, ide pasukan anti kerumunan. Bagi Khan, merebut dan mempertahankan kekuasaan tak bisa dikerjakan sendirian. Sebaliknya harus bersama, bersatu dan disiplin dalam satu pasukan.
Kedelapan, ide pembelajar. Khan adalah pribadi rakus ilmu pengetahuan, iptek dan imtaq. Strategi perangnya melimpah, ilmu pemerintahannya dalam, pengetahuan peta dunia seluas samudra, tekhnologi dan industri senjatanya tak terkalahkan.
Kesembilan, ide teka-teki dan kerahasiaan. Bahkan sampai kini, di mana jenazahnya dimakamkan, dunia masih mencarinya.
Jenghis Khan (dieja Genghis Khan, Jinghis Khan, Chinghiz Khan, Chinggis Khan, Changaiz Khan) lahir dengan nama asli Temüjin (dieja Temuchin atau TiemuZhen (1162-1227) adalah pemimpin Mongol dan jenderal militer yang menyatukan serta kemudian mendirikan Kekaisaran Mongolia.
Warisan terbaik Khan bagi kita dan bangsa Mongolia adalah sikap kesatria. Sikap berjuang untuk membawa nama baik bangsanya dengan prinsip yang telah diajarkan.
Sejarah dunia mencatat bahwa Mongolia adalah satu-satunya negara yang kekuasaannya mendekati dominasi atas seluruh dunia.
Kekuasaannya membentang dari China, Mongolia, Russia, Korea, Vietnam, Burma, Kamboja, Timur Tengah, Polandia, Hungaria, Arab Utara, dan India Utara. Kini, pada masa modern di Turki, Jenghis Khan dilihat sebagai pemimpin brilian dan hebat. Khan sangat populer untuk nama laki-laki seperti populernya nama Muhammad dlm tradisi Arabisme bin ontanisme.
Di sini, Prabowo Subianto bisa belajar banyak dari Khan(*)