Home Berita Riset Bahaya BPA di Luar Negeri Ditujukan untuk Botol Susu Bayi

Riset Bahaya BPA di Luar Negeri Ditujukan untuk Botol Susu Bayi

Botol Bayi/ ewg.org

Sumbawanews.com, Beberapa peneliti di luar negeri seperti Eropa dan Amerika mengingatkan akan bahaya Bisfenol A (BPA) terhadap kesehatan manusia khususnya calon bayi ibu hamil dan bayi. Hal itu lebih ditujukan kepada kemasan botol susu bayi dan bukan air kemasan galon, mengingat susu bayi itu mengandung lemak yang bisa melarutkan BPA sehingga bisa mempercepat migrasinya dari kemasan. Tapi jika botol itu hanya berisi air saja, kecil kemungkinan BPA itu akan bermigrasi karena air tidak bisa melarutkan BPA.

“Seberapa banyak BPA yang berpindah ke pangan itu kan bergantung pada beberapa hal. Misalnya suhunya. Kalau suhunya tinggi, BPA yang pindah ke pangan itu akan lebih banyak. Begitu juga untuk produk yang mengandung banyak minyak atau lemak seperti susu bayi. Tapi kalau untuk air, itu kemungkinan untuk terjadi migrasi kecil sekali,” ujar Pakar Teknologi Pangan dari Institut Pertanian Bogor, Dr. Eko Hari Purnomo.

Jadi, kata Eko, sebenarnya isu yang dihembuskan di Indonesia yang mengatakan bahwa BPA yang ada pada galon berbahan Polikarbonat berbahaya bagi kesehatan manusia, itu bukan isu yang riil. Dia menuturkan, di luar negeri BPA ini menjadi isu karena beberapa dari peneliti di sana fokusnya kepada botol bayi.

“Karena kalau terkait botol bayi, itu kan biasanya digunakan untuk membuat susu dengan air panas. Jadi yang lebih dititikberatkan adalah penggunaan botol polikarbonat yang mengandung BPA untuk botol minuman susu bayi. Itu dikarenanya komponen susunya sendiri juga akan mempercepat perpindahan BPA ke minuman susunya. Karena lemak memang merupakan pelarut yang baik untuk BPA, ditambah lagi ditambahkan air panas ke dalam botolnya,” tutur Eko.

Makanya, Eko mengatakan di negara-negara Eropa dan Amerika, mereka cukup konsen terhadap menelitian mengenai BPA ini khusus untuk botol susu bayi. “Tapi untuk kemasan air minum kemasan seperti galon guna ulang, mereka tidak melarang itu,” katanya.

BPOM sendiri merilis kajian Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) menyatakan belum ada risiko bahaya kesehatan terkait BPA. Hal itu karena data paparan BPA yang terlalu rendah untuk menimbulkan bahaya kesehatan. EFSA menetapkan batas aman paparan BPA oleh konsumen adalah 4 mikrogram/kg berat badan/hari. Sebagai ilustrasi, seseorang dengan berat badan 60 kg masih dalam batas aman jika mengonsumsi BPA 240 mikrogram/hari.

Penelitian tentang paparan BPA (Elsevier, 2017) juga menunjukkan kisaran paparan sekitar 0,008-0,065 mikrogram/kg berat badan/hari, sehingga belum ada risiko bahaya kesehatan terkait paparan BPA.

Beberapa penelitian internasional juga menunjukkan penggunaan kemasan PC termasuk galon AMDK secara berulang tidak meningkatkan migrasi BPA.

Selain melakukan pengawasan produk di peredaran, Badan POM juga terus mengedukasi masyarakat terkait keamanan pangan termasuk kemasan pangan, melalui mobilisasi para kader keamanan pangan dan tokoh masyarakat.

Kepada masyarakat, BPOM mengimbau agar menjadi konsumen cerdas dan tidak mudah terpengaruh oleh isu yang beredar. Jika memerlukan informasi lebih lanjut dapat menghubungi Contact Center HALOBPOM 1500533 (pulsa lokal), SMS 081.21.9999.533, WhatsApp 081.191.81.533, Twitter @BPOM_RI, e-mail [email protected], atau Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia.

Previous articleJelang Purna Tugas, Satgas Yonif MR 413 Kostrad Berikan Masyarakat Cinderamata Berupa Topi dan Plakat
Next articleBerita foto : Kasum TNI Hadiri Pelantikan Kepala BNPP/Basarnas