Sumbawanews.com, Kontribusinya dalam berbagai kegiatan pengembangan infrastrukstur besar nasional dan kegiatan mitigasi bencana geologi, telah mengantarkannya menjadi ahli geologi teknik yang sangat dikenal, tidak saja di kalangan ahli geologi, ahli teknik sipil, ahli kebencanaan, namun juga di kalangan peneliti, pendidik, dan juga khalayak luas.
Sangatlah tidak mengherankan jika Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) pun telah memberikan anugrah dan penghargaan profesi tertinggi kepadanya, sebagai Ahli Kehormatan Bidang Geologi Teknik (Honorary Engineering Geologist).
Di bidang kebencanaan, julukan sebagai “pawang” longsoran pun disandangnya. Dia juga telah ikut meramu dan membuat beberapa peta risiko bencana geologi dalam skala nasional untuk pertama kalinya di Indonesia. Sebagai seseorang penerima sertifikat dosen profesional, kiprahnya di dunia pendidikan, penelitian, dan pengembangan institusinya pun tidak kalah signifikan. Atas prestasinya, penghargaan Bidang Pengajaran telah diberikan ITB kepadanya.
Dialah Imam Achmad Sadisun, pria asal Purworejo, Jawa Tengah, pria yang memiliki cita-cita ingin berkarir di dunia infrastruktur ini pun mulai mantap akan ketertarikan dengan bidang geologi saat bertemu dengan mata kuliah geologi teknik. “Bidang ini sangat dekat dengan dunia infrastruktur juga, yaitu aplikasi geologi untuk pengembangan infrastruktur. Karenanya, saya menjadi tertarik dan ingin mendalami lagi geologi untuk infrastruktur ini. Jadi memang sejalan dengan cita-cita awal, senang di dunia infrastruktur yang ada di teknik sipil, dari sisi geologi pun larinya ternyata ke sana juga,” ujar Imam yang sangat menyukai dunia infrastruktur ini.
Pria yang memiliki hobi menggambar ini pun akhirnya berhasil lulus pada tahun 1994. Tapi karena sudah melewati wisuda terakhir tahun 1994, maka ia pun harus mengikuti wisuda tahun 1995. Hal itu ternyata telah membawa keberuntungan baginya. Sambil menunggu waktu wisuda, ia diajak dosennya Profesor Sampurno, yang juga pionir geologi teknik saat itu, untuk ikut sebagai surveyor dalam sebuah proyek untuk penanganan longsoran di Ngarai Sianok, Kota Bukit Tinggi, Sumatera Barat. “Itu proyek pertama yang saya tangani dan isunya longsoran-longsoran sepanjang tebing Ngarai Sianok,” tutur Imam.
Sehabis pulang dari Ngarai Sianok, dia pun diajak lagi untuk melakukan survei lokasi rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Merangin, Provinsi Jambi. Tidak hanya itu, dia juga diikutkan untuk menangani proyek Kawasan Industri Bukit Indah City di Purwakarta. “Jadi dalam enam bulan pertama setelah lulus, sudah ada tiga proyek yang saya kerjakan,” ucapnya.
Sejak saat itu, ia pun semakin menyenangi pekerjaannya di bidang geologi teknik. Imam memutuskan untuk mempertajam ilmunya dengan langsung mengambil S-2 di ITB setelah diwisuda pada 1995, sambil melamar sebagai dosen di sana, dan berhasil menyelesaikannya pada tahun 1998. Tidak puas dengan hanya mengambil S-2, ia pun meneruskan Program S-3 di Kyushu University, Jepang, dan berhasil menyandang gelar Dr. Eng. bidang Earth Resources Engineering pada 2004.
Selain sebagai seorang dosen, banyak karya-karyanya yang sudah disumbangkan kepada negeri ini. Hampir semua jembatan-jembatan besar yang ada di Indonesia, proses rancangan konstruksinya telah melibatkan dirinya. Termasuk proyek Jembatan Pulau Balang, yang menghubungkan Balikpapan dengan calon Ibu Kota Negara (IKN) baru di Penajam Paser Utara yang melintasi Teluk Balikpapan.
Selain proyek-proyek jembatan besar, ia juga ikut mengawal konstruksi proyek Lintasan Rel Terpadu (LRT) Dukuh Atas dan LRT Cililitan. Tidak hanya jembatan, Imam juga diminta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk mengawal proyek terowongan jalan maupun kereta. Termasuk Terowongan Tol Cileunyi, Sumedang, Dawuan (Cisumdawu) di Jawa Barat, yang merupakan terowongan tol pertama dan terpanjang di Indonesia saat ini, Terowongan Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta fase pertama maupun fase kedua, serta 11 terowongan proyek Kereta Cepat Jakarta – Bandung. “Minggu lalu kita juga baru bahas mengenai MRT fase kedua, antara Bundaran HI, Thamrin, yang panjangnya hampir dua kiloan untuk terowongan berikutnya. “Saya memang salah satu yang selalu mendampingi infrastruktur nasional yang hampir semuanya besar-besar,” ucapnya.
Terkini, Imam diminta Kementerian PUPR lagi untuk menjadi salah satu tim panel ahli (expert panel) untuk proyek 6 bendungan super besar, yaitu Bendungan Rukoh di Aceh, Bendungan Tiga Dihaji di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, Sumatra Selatan, Bendungan Bener di Purworejo, Jawa Tengah, Bendungan Karraloe, Pamukkulu di Sulawesi Selatan, dan Bendungan Bulango Ulu di Gorontalo.
Beberapa keterlibatannya dalam pengembangan infrastruktur nasional ini juga dia tuliskan dalam bentuk karya ilmiah, tidak hanya dipublikasikan di tingkat nasional, namun juga internasional. “Sampai saat ini saya masih menjadi representative member untuk asosiasi ahli geologi teknik tingkat internasional atau IAEG,” papar Imam.
Meski sudah terlibat dalam banyak proyek besar di Indonesia, namun Imam masih melihat geologi di Indonesia belum sekuat di luar negeri, misalnya Geoscience Australia (GA) dan United States Geological Survey (USGS). “Nah, saya bermimpi ada lembaga geologi di Indonesia bisa sekuat USGS yang sangat disegani dan perannya sangat strategis. Bahkan USGS itu bukan hanya menjadi acuan geologi Amerika, tapi bahkan dunia. Tidak hanya urusan sumber daya seperti mineral dan migas, kalau terjadi gempabumi di belahan dunia manapun, orang langsung membuka website-nya USGS,” tuturnya.
“Untuk di Indonesia, kita masih menuju ke sana, banyak hal yang perlu kita benahi bersama, tentunya untuk bisa mewujudkan peran geolog yang kuat. Ke depan, saya ingin memperjuangkan agar asosiasi profesi geologi di Indonesia atau IAGI bisa menjadi hub dan wadah sinergisasi antar pemangku kepentingan. IAGI bisa menjadi “rumah” untuk seluruh geolog Indonesia, untuk bisa bergerak bersama, menghimpun seluruh kekuatan guna mewujudkan peran geolog Indonesia yang sangat strategis, tentunya bersama-sama dengan seluruh entitas baik profesional, pemerintah, konsultan, akademisi, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya. Indonesia dengan seluruh keanekaragaman sumber daya geologi menjadi modal dasar utama bagi seluruh geolog negeri untuk bisa berkarya secara profesional, kompeten, dan bereputasi,” tuturnya.
Mengingat pentingnya peran geologi dalam kegiatan pembangunan di Indonesia, termasuk juga pembangunan kota dan infrastruktur publik, diharapkan ke depan Indonesia memiliki undang-undang khusus yang mengatur peran dan fungsi strategis geologi dalam menunjang pembangunan ini. “Ke depan, kita akan usahakan undang-undang kegeologian sebagaimana di berbagai negara lain,” ujar Imam. Hal itu mengingat peran geologi itu sangat luas cakupannya dan seringkali lintas sektoral. Selain itu, perkembangan pembangunan kota serta perubahan iklim yang ditengarai semakin cepat, membutuhkan pembangunan infrastruktur yang bisa menjamin keamanan dan kenyamanan warganya.