Yang Mulia Para Kandidat Presiden dan Kaum Cerdik Pandai
Tidak ada salahnya sebagai anak banga yang mendiami negeri ini, saya menaruh harapan dan sedikit menyampaikan pemikiran sehubungan dengan hingar- bingarnya menjelang dilaksanakan pesta rakyat yang akan dilangsungkan tahun depan.
Pemilihan umum serentak Indonesia 2024 adalah sebuah proses demokrasi untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia untuk masa jabatan 2024 sampai 2029. Selain memilih Presiden dan Wakil Presiden juga memilih anggota DPR RI, DPD dan DPRD seluruh Indonesia dan Kepala Daerah seluruh Indonesia.
Baca juga: Ketum ABRI SATU: Istri Anies, Sosok yang Layak Menjadi Ibu Negara
Pemilu merupakan pesta demokrasi terbesar yang dimiliki rakyat Indonesia yang digelar lima tahun sekali guna menentukan nasib bangsa dan negara kedepanya.
Pesta demokrasi ini juga digelar dengan menggunakan uang rakyat yang tak sedikit mencapai triliunan rupiah sebagaimana yang diberitakan oleh laman https://www.dpr.go.id/berita yang diakses pada tanggal 2 juli 2023 sehingga di harapkan hasilnya setara dengan biaya yang di keluarkan demi kemajuan bangsa dan Negara.
Baca juga: Anies Dikawal Tentara Baret Merah Arab Saudi di Masjid Nabawi, Warganet: Firasat Raja Salman, Anies Presiden
Terkait dengan pemilu yang akan digelar, partai politik sudah mulai memunculkan para kandidat presiden dan wakil presiden yang akan diikut sertakan dalam kontestasi pemilu 2024. Setidaknya sampai dengan hari ini sudah ada beberapa nama calon, sebagaimana diberitakan di berbagai media massa.
Kemunculan para kandidat ini pun memancing berbagai perdebatan dari kalangan para pendukung masing – masing calon. Bila melihat dan membaca perdebatan – perdebatan yang terjadi di berbagai media sosial maka tak jarang kita menemukan perdebatan yang memancing kearah kedengkian dan kebencian.
Seoalah – olah seperti kehilangan identitas sebagai manusia, meski tidak semua orang mau melakoninya. Padahal masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang terkenal santun dan ramah tamah.
Berkaca pada pemilu periode sebelumnya, perdebatan soal kandidat yang akan dipilih di berbagai media sosial telah membantah bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa santun dan penuh keramahtamahan.
Karena perdebatan yang terjadi penuh dengan caci maki, meski tidak semua orang mau melakoninya dan beredar luas di berbagai media yang ditonton oleh jutaan masyarakat Indonesia. Baik generasi muda termasuk anak – anak, karena kebebasan mengakses informasi dan media sosial benar – benar luar biasa bebasnya tanpa batas.
Namun pada kontestasi pilpres kali ini, caci maki mungkin sudah sedikit berkurang dibanding periode sebelumnya. Hanya saja terkadang para kandidat presiden seperti kurang tertarik beradu gagasan soal akan dibawa kemana bangsa dan Negara ini ke depanya.
Tetapi mereka lebih kepada menunjukan prestasi yang mungkin pernah diraih sebelumnya dan mencari celah kelemahan lawan untuk dipublikasikan baik dilakukan langsung oleh para kandidat maupun kaum cerdas yang ada dibelakangnya.
Sebagai orang awam dan penduduk pelosok negeri serta tidak memahami dunia politik, penulis berharap kontestasi pemilihan presiden kali ini bebas dari dunia caci maki. Karena caci maki itu bisa merusak moral generasi muda.
Untuk itu, kegiatan caci maki harus dihentikan oleh masing – masing para kandidat presiden dan kaum cerdik pandai. Kekuasaanpun bisa kalian raih mana mungkin hal seperti ini tidak bisa kalian hentikan. Jika pun ada kandidat yang kalah, bagi kami rakyat kecil, kalian tetap menang karena masih punya power untuk melakukan apa yang kalian kehendaki di negeri ini.
Yang mulia tuan – tuan kandidat calon presiden dan kaum cerdik pandai, kesehatan informasi yang beredar dan bebasnya Indonesia dari dunia caci maki, adalah sesuatu yang berharga dan penting. Karena akan mengurangi pengaruh negative terhadap perkembangan mental generasi muda dan budaya di tengah – tengah masyarakat di masa mendatang.
Mungkin itu tidak masalah bagi segelintir orang di negeri ini karena memiliki akses yang lebih baik ke dunia pendidikan, sehingga persoalan – persoalan perkembangan mental dan kesehatan informasi bagi generasi mudanya bisa tertangani dengan baik.
Tetapi hal itu tidak berlaku bagi masyarakat – masyarakat yang tinggal di pelosok – pelosok negeri dengan akses pendidikan yang rendah, budaya literasi yang rendah sehingga memiliki filter yang rendah terhadap informasi yang beredar. Hal ini tentu bisa saja merusak tatanan kehidupan sosial masyarakat ketika terjadi perbedaan pendapat.
Terakhir, penulis ingin sampaikan bawa apa yang paparkan dalam ulasan singkat ini sesungguhnya adalah sebuah pengharapan kepada para kandidat presiden dan kaum cerdik pandai yang berdiri dibelakangnya.
Apa yang uraikan ini pun tidak layak untuk di bandingkan dengan para pemikir lain yang lebih professional, memiliki landasan keilmuan yang lebih baik. Apalagi dibandingkan dengan penulis, latar belakangnya hanya seorang petani dan bagian dari penduduk pelosok negeri.
Penulis hanya ingin mengungkap isi hati, bahwa menjaga etika moral, budaya, tidak kalah pentingnya dari hingat bingar politik. Jangan sampai pesta demokrasi yang kita cintai ini merasuk ke dalam jiwa penerus bangsa dan mentalnya ikut terbawa kerusakan, karena dimainkan oleh mereka yang tidak mengandalkan nurani dalam sebuah demokrasi.
Penulis Mahyuddin
Pekerjaan Petani
Blog www.keberkupi.com