Home Berita Tantangan Investasi Dalam Konteks Kinerja Ekonomi

Tantangan Investasi Dalam Konteks Kinerja Ekonomi

Oleh: Andhika Wahyudiono*

 

Upaya pemerintah dalam mempromosikan investasi di Indonesia nampaknya belum sepenuhnya membuahkan hasil yang diharapkan. Meskipun investasi dianggap sebagai pilar penting untuk pertumbuhan ekonomi, data menunjukkan bahwa kinerja investasi di tanah air sedang mengalami perlambatan. Bahkan, ekonom senior Faisal Basri menggambarkan bahwa situasi ini bahkan dapat membuat filsuf dan bapak ilmu ekonomi modern, Adam Smith, merasa bingung.

Perlambatan investasi dapat dilihat dari tren pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi. Dalam tahun lalu, investasi tumbuh hanya sebesar 3,9%, angka yang jauh di bawah pertumbuhan investasi satu dekade sebelumnya yang mencapai 9,1%. Faisal Basri bahkan mengungkapkan bahwa ia secara kiasan telah meminta “petunjuk” dari Adam Smith dengan mengunjungi makamnya di Edinburgh, Skotlandia, untuk mencoba memahami alasan di balik perlambatan investasi di Indonesia, meskipun pemerintah telah meluncurkan berbagai upaya besar dalam meningkatkan investasi.

Faisal Basri juga menyoroti struktur birokrasi Indonesia yang telah diperkuat untuk mendukung investasi, dengan kehadiran Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi, serta menteri dan satuan tugas khusus yang fokus pada percepatan investasi. Pemerintah telah mengimplementasikan berbagai kebijakan dan insentif guna mendorong investasi, termasuk pemberian diskon pajak. Namun, dalam konteks ini, Faisal Basri menghadirkan ungkapan bercanda yang menggambarkan betapa kompleksnya situasi. Ia berkisah bahwa Adam Smith “berkata” kepadanya bahwa situasi ini seperti membaca “Wealth of Nations” tanpa memahami “Theory of Moral Sentiments” – dua karya besar yang dihasilkan oleh Adam Smith.

“Wealth of Nations” adalah karya yang memaparkan pandangan Adam Smith mengenai bagaimana suatu negara dapat mengoptimalkan produksi dan kemakmuran ekonomi dengan membebaskan kapasitas produksinya. Sementara itu, “Theory of Moral Sentiments” adalah karya lain yang membahas pandangan Smith mengenai etika dan moralitas manusia sebagai makhluk sosial. Dalam konteks ini, Faisal Basri ingin mengilustrasikan bahwa dalam melihat tantangan investasi Indonesia, ada dimensi yang lebih luas dari sekadar angka-angka dan data, yang juga melibatkan aspek-aspek moral dan etika.

 

Sekalipun Adam Smith adalah tokoh bapak ekonomi modern yang dikenal sebagai pelopor sistem ekonomi kapitalisme, Faisal Basri berpendapat bahwa bahkan pendekatan ekonomi rasional yang diajukan oleh Smith akan merasa bingung jika diterapkan dalam konteks Indonesia saat ini. Tantangan yang dihadapi dalam meningkatkan investasi melampaui semata angka-angka dan kebijakan, melibatkan dinamika sosial dan kebijakan yang lebih luas.

Sebagai kesimpulan, diskusi tentang perlambatan investasi di Indonesia mengingatkan kita akan kompleksitas yang terlibat dalam mengelola perekonomian. Lebih dari sekadar mendorong investasi, perbincangan ini menunjukkan betapa pentingnya menggabungkan elemen-etika, moralitas, dan dinamika sosial dalam membentuk lingkungan investasi yang sehat dan berkelanjutan. Perlambatan investasi menjadi panggilan bagi pemerintah dan para stakeholder ekonomi untuk melihat persoalan ini secara menyeluruh dan bekerja sama untuk menemukan solusi yang tepat demi mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.

Faktor-faktor yang terlibat dalam investasi tidak hanya terbatas pada aspek finansial dan kebijakan ekonomi semata. Kita harus memahami bahwa aspek-etika dan moralitas juga memegang peranan penting dalam membentuk lingkungan investasi yang beretika dan berintegritas. Investasi yang sukses bukan hanya mengukur keberhasilan dalam hal angka dan keuntungan finansial, tetapi juga sejauh mana investasi tersebut memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan secara keseluruhan.

Selain itu, dinamika sosial juga turut berkontribusi dalam membentuk ekosistem investasi yang seimbang. Menyelaraskan kepentingan semua pemangku kepentingan, termasuk masyarakat lokal dan lingkungan, merupakan langkah kunci untuk menciptakan investasi yang berdampak positif. Dengan mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan, pemerintah dan para pelaku bisnis dapat merancang investasi yang berkelanjutan dan memperhatikan kesejahteraan semua pihak yang terlibat.

Perlambatan investasi, dalam konteks ini, adalah panggilan bagi pemerintah dan pemangku kepentingan ekonomi untuk tidak hanya melihat persoalan ini secara parsial, tetapi secara komprehensif. Solusi yang tepat harus muncul dari upaya bersama dalam merumuskan strategi ekonomi yang berkelanjutan. Ini dapat mencakup peningkatan insentif bagi investor, penyederhanaan regulasi, serta pengembangan inovasi yang dapat mendorong pertumbuhan investasi.

Dalam dunia yang terus berkembang dan berubah, ketidakpastian ekonomi dan tantangan global merupakan faktor yang perlu dihadapi. Oleh karena itu, menghadapi perlambatan investasi memerlukan kerjasama lintas sektor dan pemahaman menyeluruh tentang peran investasi dalam perekonomian. Melalui pendekatan yang holistik, pemerintah dan pemangku kepentingan ekonomi dapat menjawab panggilan ini dengan merumuskan kebijakan dan strategi yang mendukung investasi berkelanjutan dan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat secara luas.

*) Dosen UNTAG Banyuwangi

Previous articleHUT Kemerdekaan RI ke -78, Habib Umar Hamid Ingatkan Umat Islam Jangan Bercerai-berai di Pemilu 2024
Next articleKodim 1710/Mimika Hadiri Upacara Tabur Bunga Dalam Peringatan HUT RI Ke-78 Tahun 2023
Kami adalah Jurnalis Jaringan Sumbawanews, individu idealis yang ingin membangun jurnalistik sehat berdasarkan UU No.40 Tahun 1999 tentang PERS, dan UU No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi. Dalam menjalankan Tugas Jurnalistik, kami sangat menjunjung tinggi kaidah dan Kode Etik Jurnalistik, dengan Ethos Kerja, Koordinasi, Investigasi, dan Verifikasi sebelum mempublikasikan suatu artikel, opini, dan berita, sehingga menjadi suatu informasi yang akurat, baik dalam penulisan kata, maupun penggunaan tatabahasa.