Home Berita RR itu Rizal Ramli bukan Dia

RR itu Rizal Ramli bukan Dia

Yudhie Haryono

Rektor Universitas Nusantara

 

Gerimis panjang di Depok rupanya penanda kehilangan. Langit yang mendung, cuaca yang murung serta sisa tahun baru yang cenderung kemrungsung makin terasa temaram saat membaca lini masa medsos dibanjiri berita kepergianmu. Aku, tentu saja kaget dan termenung sendu. Tapi, aku bisa apa selain berdoa dan yakin kini tuan guru sudah di surga.

 

Tentu saja, bang RR bagi kita semua adalah ekonom cum aktifis yang melakukan kerja prima berupa koreksi terus-menerus ke pemerintah, negara dan rakyatnya bahkan ketika demokrasi remuk redam akibat malpraktik. Ia melampaui angka-angka dan matriks-matriks partikulatif ke arah subtantif dengan sangat elegan.

 

Suatu kali, penulis menemani beliau ke Semarang. Bertemu banyak kawan. Formal dan informal. Dari beberapa hari berkeliling, membaca bukunya, mendengar percakapannya, bergurau serta berdebat, akan penulis sampaikan pokok-pokok pikirannya yang masih terus teringat di hati.

 

Pertama dan paling utama, tesis bang RR adalah keberdikarian. Di segala bidang. Itulah pondasi agar negeri ini bukan hanya merdeka, tetapi maju dan kuat di dunia. Kedua, beyond ekonometrika. Baginya, ilmu ekonomi akan berguna jika ia bekerja melampaui batas-batas ekonomi liberal yang menyiksa. Di situ akan terlihat: siapa ekonom palsu dan siapa ekonom ksatria.

 

Ketiga, menguatkan ekonomi lemah dan menjaga ekonomi yang sudah kuat. Bang RR yakin sekali itulah pokok kerja pemerintah. Jika tidak melakukan itu, pemerintah layak diganti. Sebab, prasyarat kemajuan bangsa adalah keberhasilan negara menumpas kemiskinan dan ketimpangan plus pengangguran.

 

Keempat, praktek ekonomi perlindungan, pengentasan dan pemajuan jauh lebih riil dari teori-teori di atas kertas. Untuk tesis ini, bang RR sering berucap, “tidak ada kepentingan lain yang saya miliki kecuali untuk bangsa dan negara. Saya ingin menyumbangkan semua tenaga dan pikiran ini untuk kemajuan Indonesia. Untuk Indonesia yang memberikan perlindungan bagi rakyat kecil.”

 

Kelima, dari ekonom pasar ke ekonom pancasila. Tentu saja, semua ekonom pada awalnya adalah libertarian yang pro pasar. Hal ini karena fakultas ekonomi dan kurikulumnya dikuasai oleh narasi ekonomi pasar. Karena kejeniusan saja, bang RR balik arah: membela rakyat miskin dan melawan oligarki, praktik otoritarianisme, tradisi nepotisme dan agama neokapitalisme sebagai anak kandung para penjajah bin penjarah.

 

Tentu saja, beliau adalah penulis yang sangat baik dan tajam. Bang RR menulis ratusan artikel dan sekitar lima belas judul buku, baik yang sendirian maupun bersama-sama dengan kolega. Satu dari buku yang dahsyat itu berjudul, “Globalisasi Menghempas Indonesia,” yang diterbitkan Pustaka LP3ES Inonesia, tahun 2006. Buku ini dengan sangat keren melukiskan negeri ini sebagai negeri emas yang dihargai sangat murah oleh para elitenya karena “mental pengkhianat” yang makin merajalela.

 

Elite politik yang berkuasa dan dikritik bang RR itu lupa kaidah “ketika politik tidak bisa menyejahterakan dan mengadilkan, maka impian orang-orang miskin, bodoh dan amoral adalah menjadi penguasa yang serakah serta cabul sehingga tidak berkah.”

 

Kami mengenal bang RR dengan bagus tetapi beliau meninggalkan negerinya dalam kondisi tidak bagus. Negeri yang dicintainya dilahap kutu busuk bergerombol di istana.

 

Bang RR meninggal di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada pukul 19.30, hari Selasa, 2 Januari 2024. Pihak keluarga mengabarkan bahwa pemakaman akan dilakukan di TPU Jeruk Purut pukul 10.00 besok, Kamis 4 Januari 2024.

 

Jenazah almarhum kini disemayamkan di rumah duka, Jl. Bangka IX No. 49, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Sejumlah tokoh nasional dan aktivis pergerakan tampak telah datang di rumah duka sejak pagi. Penulis juga telah datang untuk salat dan berdoa. Tentu sangat sedih. Semua larut dalam duka.

 

Kami terus teringat prestasi beliau saat menjadi Menko Bidang Kemaritiman 2015-2016, Kabulog dan Menteri Keuangan semasa Pemerintahan Presiden Abdurrachman Wahid dan lainnya. Juga saat bersenda gurau menertawakan diri dan sesama di seputaran kekuasaan yang fana. Selamat jalan bopo guru. Terberkati selalu.(*)

Previous articleTingkatkan Perekonomian Petani, HMS Bagikan Alsintan di Kabupaten Sumbawa
Next articleMason Bisnis Degil di Republik
Kami adalah Jurnalis Jaringan Sumbawanews, individu idealis yang ingin membangun jurnalistik sehat berdasarkan UU No.40 Tahun 1999 tentang PERS, dan UU No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi. Dalam menjalankan Tugas Jurnalistik, kami sangat menjunjung tinggi kaidah dan Kode Etik Jurnalistik, dengan Ethos Kerja, Koordinasi, Investigasi, dan Verifikasi sebelum mempublikasikan suatu artikel, opini, dan berita, sehingga menjadi suatu informasi yang akurat, baik dalam penulisan kata, maupun penggunaan tatabahasa.