Home Berita Rekor! 24 Jam Pertama, Ungkap Kecurangan Pemilu 2024, Film Dokumenter Dirty Vote...

Rekor! 24 Jam Pertama, Ungkap Kecurangan Pemilu 2024, Film Dokumenter Dirty Vote Tembus 7 juta Penonton

Jakarta, Sumbawanews.com.- Film Dokumenter Dirty Vote memecahkan rekor penonton terbanyak yang paling banyak ditonton diawal tahun 2024 ini selama 24 jam pertama, untuk film dokumenter produksi Indonesia.

Sumbawanews.com, pada Senin (12/2) pukul 11.50 wib mengakses kanal youtube Dirty Vote dengan judul DIRTY VOTE – Full Movie (OFFICIAL) jumlah penonton telah menembus 3.908.486 dan kanal PSHK Indonesia dengan jumlah penonton 2.865.237, dan jika digabungkan keduanya jumlah penonton mendekati 7juta penonton.

Baca juga: Sentuh 3 Juta Penonton, Film Dokumenter Dirty Vote Ubah Pilihan Swing Voters Dalam Pemilu 2024

Dalam kanal Dirty Vote julah subscriber 85,5ribu dan kanal PSHK Indonesia sebanyak 48,1ribu subscriber.

Kanal lain di Youtube juga banyak menayangkan film dokumenter ini setelah pihak Dirty Vote official merilis secara resmi pada hari Ahad (11/2 pukul 11.00 wib kemarin.

Film Dirty Vote berdurasi 1 jam 57 menit itu mengungkap berbagai kecurangan yang terjadi secara terstruktur, sistematis, dan masif yang mengarah dilakukan ke salah satu paslon Pilpres 2024.

Baca juga: Ungkap Skandal di Balik Wacana Pemilu 1 Putaran: 6 Jam Ditayangkan, Film Dokumenter Dirty Vote Ditonton lebih dari Setengah Juta Orang

“Film ini dianggap akan mampu mendidik publik betapa curangnya pemilu kita dan bagaimana politisi mempermainkan publik pemilih hanya untuk memenangkan kepentingan mereka,” kata Feri Amsari.

Film Dirty Vote dokumenter yang disampaikan oleh tiga ahli hukum tata negara yang membintangi film ini yakni Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti, dan Feri Amsari. Ketiganya mengungkap berbagai instrumen kekuasaan telah digunakan untuk tujuan memenangkan pemilu dan merusak tatanan demokrasi.

Baca juga: Media Asing MSN ungkap Prabowo Diduga Gunakan Duit Korupsi Pembelian Pesawat untuk Kampanye

Penggunaan infrastruktur kekuasaan yang kuat, tanpa malu-malu dipertontonkan secara telanjang di demi mempertahankan status quo. Bentuk-bentuk kecurangannya diurai dengan analisa hukum tata negara.

Ahli Hukum Tata Negara Zainal Arifin Mochtar di dalam film dokumenter Dirty Vote mengungkap berbagai bentuk skandal dalam pemilihan umum (Pemilu). Pengajar hukum di Universitas Gadjah Mada (UGM) itu menyatakan bahwa pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 terus memimpin dalam berbagai lembaga survei.

Baca juga: Politikus PDIP: Makzulkan Jokowi Sekarang Juga 

Tren survei yang belakangan ini tembus di atas 50% memicu optimisme dari kubu Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka untuk menyelenggarakan Pemilihan Presiden alias Pilpres 2024 satu putaran.

Adapun Zainal jika pemilu berlangsung 2 putaran, hal itu tidak akan menguntungkan kubu 02 karena bisa berpotensi kalah. “Kembali pertanyaannya soal mengapa satu putaran? dua putaran itu membuat risiko kekalahan bagi orang yang sedang memimpin itu menjadi besar,” katanya, di film tersebut.

Dia menjelaskan bahwa sebenarnya secara ilmu politik dan hukum tata negara bahwa pertarungan Pemilu itu seringkali melahirkan dikotomi (membagi dua kelompok).

Baca juga: Anies – Muhaimin Unggul di Polling Twitter Sumbawanews dan ILC Pasca Debat Capres Terakhir

“Dikotomi antara status quo dan perubahan, antara orang yang jualannya adalah melanjutkan yang terdahulu, dengan orang yang jualannya adalah ingin melakukan perubahan atau perbaikan secara mendasar,” ujarnya.

Kemudian, dia menegaskan bahwa dikotomi ini bukan khas Indonesia, tetapi bisa terjadi di berbagai belahan negara di dunia. Bahkan, dia mengungkap bahwa dalam tingkat yang lebih lokal pernah terjadi dikotomi, dalam konteks Pilkada DKI Jakarta.

“Kalau Anda lihat Pilkada DKI Jakarta, menurut data survei secara konstan sebenarnya pasangan Ahok dan Djarot yang kita ketahui didukung juga oleh Presiden Jokowi senantiasa secara konstan memenangkan posisi paling atas dari semua survei,” ucapnya.

Dia menjelaskan bahwa jika dilihat dari hasil putaran pertama, memang Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) dan Djarot memenangkan paling atas, diikuti oleh Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, serta kemudian Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Silviana.

“Tetapi yang terjadi adalah putaran kedua keadaan tersebut berbalik, mengapa berbalik? karena bersatunya kekuatan pengkritik atau bersatunya kekuatan yang melawan orang yang paling teratas itu Anies dan AHY, seakan-akan memiliki angka penjumlahan antara jumlah suara Anies dan AHY pada saat itu,” ujarnya.

Menurutnya, itu sebabnya kemudian pasangan yang didukung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat itu, yaitu Ahok dan Djarot harus kalah. Sementara itu, dia mengatakan bahwa ada lagi yang harus diingat bahwa munculnya gerakan yang namanya “gerakan empat jari”.

“Gerakan 4 jari itu seakan-akan menjadi tawaran seakan-akan menjadi simbol bahwa ke depan dalam Pilpres kali ini adalah penggabungan kekuatan 01 dan 03 melalui gerakan empat jari atau gerakan 04,” ujarnya.

Seperti diketahui, bahwa paslon nomor urut 2, Prabowo-Gibran mengklaim selalu mendapatkan lebih dari 50% dalam survei, dan meyakini akan satu putaran Pemilu. Sementara, muncul gerakan empat jari, yang diduga paslon nomor urut 01 dan 03 akan bergabung dan berkoalisi melawan 02 di putaran kedua.

Mau tonton versi full film ini, silakan simak dibawah ini:

 

(sn01)

 

Previous articleSemua Pasangan Pilpres Memiliki Peluang Menjadi Pemenang Dalam Satu Putaran
Next articleKasdim 1710/Mimika Bersama Pihak Polri Dan Pemda Mimika Monitoring Sekaligus Mengawasi Pendistribusian Pemilu 2024
Kami adalah Jurnalis Jaringan Sumbawanews, individu idealis yang ingin membangun jurnalistik sehat berdasarkan UU No.40 Tahun 1999 tentang PERS, dan UU No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi. Dalam menjalankan Tugas Jurnalistik, kami sangat menjunjung tinggi kaidah dan Kode Etik Jurnalistik, dengan Ethos Kerja, Koordinasi, Investigasi, dan Verifikasi sebelum mempublikasikan suatu artikel, opini, dan berita, sehingga menjadi suatu informasi yang akurat, baik dalam penulisan kata, maupun penggunaan tatabahasa.