Rokhim Alnusantarae
Peserta Program KKK Nusantara Centre
Diskusi dan aksi dalam program KKK, semoga tidak hanya sekedar pertemuan. Namun bagian dari usaha merajut dan menjalarkan isi dan sari pemahaman. Memantapkan dalam memegang prinsip-prinsip pembentukan karakter building. Agar menjadi satria-satrianya bangsa yang lebih hormat dan beradab terhadap ibu dan boponya. Terhadap tanah air diri dan alamnya. Lebih hormat dan adab terhadap leluhur dan para pendahulunya.
Tentunya bersama untuk bersatu dan maju. Guna menfungsikan sapu jagat dan angin pada setiap diri. Menjadi lebih kokoh dan tangguh. Menjadi lebih bermanfaat dalam memaknai menjadi sebuah bangsa. Sebagaimana dicontohkan samudra dan gelombang. Matahari dan bintang-bintang. Termasuk setiap aku diri menjadi kita dan kami yang berjanji, berbhakti dan mengabdi.
baca juga: Tantangan Pancasila adalah Penghianatan
Ini harapan terusannya. Sebagaimana obat nyamuk bakar yang melingkar, ketika sudah dinyalakan semoga terus bisa memutar. Bersingah dengan tetap membawa cahaya api pancasila itu ke setiap sudutnya. Hinggap di setiap jiwa anak bangsa, dan bisa mempengaruhi gelap remang menjadi terang di setiap sektornya. Termasuk menjadikan terusirnya para nyamuk yang membikin peristirahatan tidak bisa nyaman sebagaimana mestinya.
KKK adalah bagian dari permulaan, tentunya perlu mengalami rute perjalanannya. Agar bara dan asapnya api cahaya pancasila semakin berkobar-kobar dan menyala-nyala. Menjadi mendung dan membangun hujan. Menyirami dan mengalirkan. Memberikan rahmat buat pertumbuhan apapun jenis pepohonan manusia yang ditanam di alam dunia. Meskipun, sesekali harus menyambarkan gemuruh halilintar guna membangunkan yang lainnya.
Baca juga: Spiritualitas Dalam Pancasila
Membangun gorong-gorong gerilya, itu niscaya. Jangan lihat aliran itu pergi kemana, namun lihatlah siapa yang membuat rute jalannya. Sebab aliran sudah pasti akan mengikuti irama alam kepada tempat yang lebih rendah. Sebagaimana yang kuat harus mengalir ke yang lemah. Yang kaya ke yang miskin, yang cendikia dan berlimu mengalir ke yang sebaliknya. Termasuk yang tinggi pangkat derajatnya kepada yang papa. Meskipun di sisi lain ember-timba harus mendekat ke sumur.
Maka, ingatlah agar jangan berhenti melihat bangsa ini seperti apa sekarang dan ke depannya. Namun lihatlah siapa yang mendesainnya, rute aliran mana yang dipakai guna menyuburkan tanaman yang dikehendakinya. Apakah memang benar berdasarkan dorongan keinginan luhur, atau justru tanaman keinginan-keinginan liar yang dirawat dan dibesarkan. Apakah tanaman para leluhur yang adi luhung, atau malah tanaman pengetahuan yang menjauh dari jati diri bangsanya, bahkan membunuhnya.
Maka selaku pemegang ilmu, kuasa dan kehendak harus tetap menjalankan fungsinya untuk menyirami dan menyuburkan. Membasuh setiap benda, benih dan tanaman. Bergotong-royong dengan unsur hidup lainnya menyelimut bumi dan menjadi perisainya. Guna menangkis segala ancaman dari mana saja yang bisa merusak habitat alam dan kehidupan bumi selalu sebagai rumah manusia.
Rute perjalanan yang dilakukan program KKK mesti dilanjut dan dirawat. Biar tidak hanya berhenti di enam maupun tujuh kali pertemuan saja. Namun perlu dibuatkan rute bersama, agar persaudaraan tertap terjaga dan menguat. Sampai tiba waktunya nyala dan asap obat nyamuk bakar habis dan ada yang membantu mentongkatestafetkannya.
Hal yang harus dilakukan tentunya bisa membuat acara bergantian, semisal dosen-dosen yang terlibat di program KKK membut acara di kampusnya dengan dihadiri teman dan mahasiwa sebagai pesertanya. Atau berdasarkan kesepakatan bersama yang tentunya didukung para mentor yang menjadi pemateri dalam acara KKK. Kita harus bergantian membuat peristiwa dilintas lembaga. Tentu agar menjawab istilah: “aku mengenalmu tidak hanya tahu siapa namamu, namun aku/kami tahu di mana rumahmu, siapa saudaramu dan orang tuamu. Sampai kami mengenalmu maka di situ aku/kami belajar mengenal diriku/kami sendiri.” Mari kita berpisah untuk bertemu dan terus begitu untuk berjuang agar Indonesia membaik dan jaya raya. Semoga.(*)