Sumbawa Besar, sumbawanews.com – Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Nasional Demokrat (Nasdem) menolak wacana pemilu system proporsional tertutup. Sebab system tersebut akan menempatkan masyarakat untuk memilih kucing dalam karung.
“Kami PKS, Pusat sudah memutuskan, maka kami jelas secara garis partai menolak itu. Kami berada di posisi menolak. Sekarang partai sudah memutuskan, PKS termasuk didalam 8 partai yang menolak tertutup itu,” kata Muhammad Takdir, Ketua DPD PKS Kabupaten Sumbawa, di kediamannya Kamis (11/01).
Menurutnya, dengan system terbuka, maka masyarakat dapat memilih yang dikenal. “Karena memang mungkin berdasarkan peta lapangan, masyarakat menginginkan agar siapa yang mereka pilih itu mereka kenal. Jadi mereka tiak memilih kucing dalam karung. Sehingga jelas siapa yang mereka pilih, siapa yang menjadi wakil mereka di parlemen,” jelasnya.
Namun ia memandang, system pemilihan proporsional tertutup juga terdapat sisi positifnya. “Semua ada plus-minusnya, dan kita tahu apa plus-minusnya. Ada juga memang sisi posisitif dari tertutup itu. Artinya partai bisa menempatkan siapa kira-kira orang yang menurut partai itu sudah mumpuni disitu, dari kapasitasnya. Tapi kemudian, apakah masyarakat sudah terwakili dengan itu apa tidak,” ucapnya.
Selain itu, dengan system tertutup maka biaya pemilu tidak jadi membengkak. “Ketika berjuang itu gak main-main. Full fight. Kemudian apakah kader-kader partai yang full fight tadi itu mampu bertarung dengan pengusaha-pengusaha yang punya modal besar. itu satu persoalan lagi kalau itu terbuka,” paparnya.
DPD Nasdem Kabupaten Sumbawa
Ditempat berbeda, Candra Wijaya Rayes, Sekretaris DPD Nasdem Kabupaten Sumbawa mengatakan, Partai Nasdem menolak keras system pemilihan proporsional tertutup. Sebab dengan sistem terbuka yang telah diterapkan tiga kali, tidak ada yang merasa dirugikan.
“Kami prinsipya orang di daerah, kami sami`na wami`na dengan yang diperintahkan oleh DPP. Kebetulan DPP Nasdem keras dan jelas-jelas menolak system ini dirubah menjadi tertutup. Karena proporsional terbuka sudah tiga kali di lakukan didalam pemilu kita, dan kami yang ada didaerah tidak merasa kesulitan, atau merasa dirugikan dengan system terbuka ini sebagai partai politik. Enjoy-enjoy saja,” tegas dia.
Ia menilai, dukungan atau penolakan terhadap system proporsional tertutup terletak pada sudut pandang masing-masing partai politik. Dan di Partai Nasdem melihat peluang untuk duduk di parlemen merupakan peluang Bersama. Bukan peluang untuk individua tau elit partai saja.
“Tentu itu sejauh mana kita memaknai diri saja, sejauh mana keberadaan kita di partai politik. Masing-masing kita, mungkin hanya sudut pandang saja. Kalau Sebagian partai politik, mungkin merasa senang dengan system tertutup. Karna apabila ada kursi, tentunya kader terbaik di parpol itu pastinya para pimpinan. Sehingga dia berpeluang untuk masuk dulu ke DPR,” kata Wira, sapaan akrabnya.
Ia menambahkan, system terbuka sangat selaras dengan roh terbentuknya Partai Nasdem yang memberikan kesempatan kepada semua putra-putri terbaik bangsa dan daerah. Agar dapat berjuang dan berkontribusi kepada bangsa dan negara, serta daerah.
“Misalnya H.Mo pun kemarin bukan kader nasdem yang kita usung. Dan sekarang menjadi ketua golkar. Itu biasa di kami Nasdem. Dan itu ndak ada masalah, karena doktri DPP bahwa partai ini jangan sekali-kali dimiliki oleh individu-individu bahkan mereka yang menyatakan dirinya pimpinan partai politik. Buka selebar-lebarnya, ajak sebanyak-banyaknya anggota masyarakat yang berpotensi. Anak-anak bangsa yang punya kapasitas integritas, niat untuk membangun bangsa dan daerah. Kita ajak ke nasdem, terbuka sekali. Bahkan kami dilarang bicarakan senior dan Yunior di partai. Sehingga menjadi penting untuk system terbuka ini dipertahankan,” jelas dia.
Dan dengan system tertutup, maka peluang masyarakat untuk memilih dan dipilih itu menjadi dibatasi. Dan akhirnya partai politik yang memiliki kewenangan untuk menunjuk siapa yang duduk di parlemen.
“Masyarakat jadi beli kucing dalam karung. Tidak tahu persis figure, calon, dan tidak punya banyak informasi. Tapi kalau terbuka maka calon ini akan muncul dari lapisan paling bawah dari masyarakat kita,” tutur Wira. (Using)