Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai indikator ekonomi, menunjukkan dalam 10 tahun terakhir ekonomi NTB pernah tumbuh tertinggi pada 2015, 2022, dan IPM kategoti tinggi 2023. Sebaliknya persentase penduduk miskin terendah terjadi pada 2022.
Mencermati data statistik periode tahunan, menunjukkan pada 2018 mengalami kontraksi minus – 4,46 %. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kategori sedang pada 2013 pada skor 63,76 dan naik kategori tinggi 2023 sebesar 72,37 (data 2024 belum keluar).
Sekadar mengingatkan sejumlah peristiwa penting pada 10 tahun tersebut adalah 2018 serentetan gempa bumi yang memakan korban jiwa 460 orang, 7.733 korban luka-luka, 417.529 orang mengungsi.
Pada akhir 2019 hingga 2022 terjadi bencana covid-19. Ekonomi NTB alami fluktuasi dan anjlok pada minus – 0,62 % pada 2020 dan kembali tumbuh positif hampir 7% pada 2022 (di atas Nasional).
Beberapa daerah yang ekonominya anjlok cukup dalam pada tahun tersebut: Bali minus – 9,31%, Kepri minus – 3,8, Provinsi Banten minus – 3,38 % Kaltim minus – 2,85%. Yogyakarta minus – 2,69%, Jateng minus – 2,65%. Namun recovery tidak secepat NTB.
Mengapa dalam selang waktu satu tahun NTB bisa naik cukup tinggi 6,95 %?. International event pada 2022 ternyata ngefek pada sub sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (hotel/pariwisata) dari sebelumnya minus – 28,24 % pada 2020 melonjak positif 24,68 % pada 2022.
Dalam jangka panjang ketergantungan eksport pada konsentrat tambang PT AMNT sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah ini. Pertengahan 2023 misalnya Ketika ijin eksport terlambat keluar sehubungan progres smelter menyebabkan anjlok 1,80 % salah satu terendah se Indonesia. Namun pulih seketika kran ekspor dibuka. (Per triwulan III/2024 sudah berada di angka 7,90 %).
Adapun menyangkut Penduduk miskin tertinggi pada 2013 (17,25%) bandingkan tahun 2022 sebesar 13,82%. Penduduk miskin secara agregat mengalami penurunan dalam 10 tahun terakhir.
Perlu diingat perbandingan 1 % saja penduduk miskin turun, sama dengan lebih dari 50 ribu orang yang terentaskan. Penurunan dan pertumbuhan PDRB 1 % saja sama dengan Rp 1,5 triliun.
Adapun Indeks Pembangunan Manusia diukur berdasarkan empat kategor i, yaitu: IPM rendah (IPM < 60), IPM sedang (60 ≤ IPM < 70), IPM tinggi (70 ≤ IPM < 80), IPM sangat tinggi (≥ 80).
(Mada Gandhi)