Home Berita Pancasilais Gadungan

Pancasilais Gadungan

Yudha Geminz

Peserta Program KKK Nusantara Centre

Mohon maaf, walau judul ini sangat skeptis/nyinyir, namun judul tersebut faktual sekali. Sebab, jika kita hayati betul-betul, terlalu sering tingkah pancasilais gadungan dapat kita saksikan setiap hari di kehidupan ini. Mungkin mereka memang “belum selesai dengan dirinya.” Lakunya munafik. Kalimatnya modus penipuan. Kerjanya pencitraan. Jika sikap ini terpelihara maka yang ada hanyalah sandiwara berpancasila alias pancasilais gadungan. Dalam elaborasi kehidupan sehari-hari kita, maka sikap-sikap pancasilais sejati dan pancasilais gadungan, prosentasenya lebih banyak mana, harus terus kita introspeksikan agar nilai-nilainya bener bin pener.

Baca juga: Pancasilaku dan Garudaku

Lebih jauh dalam spektrum politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain juga harus kita cerminkan pada nilai-nilai pancasila. Sudahkah berkesesuaian dengan nilai-nilainya secara kaffah/menyeluruh. Atau hanya 99%, 90%, 50%, 10%, bahkan cuma 1%. Hanya diri pribadi kita yang lebih dulu mengetahuinya bagi yang paham perspektif-perspektif subtantif. Dan, bagi yang belum paham perspektif-perspektif subtantif itu memang butuh panduan informasi-informasi mengenainya.

Baca juga: Mentradisikan Pancasilaisme

Tetapi, kepahaman tentang nilai-nilai subtantif juga bukan jaminan nilai-nilai tersebut menggejala dalam perilakunya. Artinya, orang bersikap pancasilais gadungan dalam kaitan sistem ekonomi misalnya, adakalanya bukan karena tidak paham nilai-nilai subtantif ekonomi yang harus berkerakyatan. Tetapi karena menggadaikan ilmunya untuk kepentingan makna-makna pribadi dan golongan tersebut.

Terkhusus kepada yang belum paham 100% terkait nilai-nilai subtantif pancasila itu maka sikap pancasilais gadungannya tidak terlalu parah. Karena tidak paham. Sedangkan yang pro-sistem kapitalisme penghisap dapur-dapur ekonomi rakyat, pro-slogan-slogan sesat yang memaksakan kehendak golongannya dan lain sebagainya harus segera dihentikan. Sehingga kegadungannya kelak ada harapan untuk diluruskan agar berpancasilanya benar.

Menghadapi para gadungan memang tak mudah. Dalam bahasa Islam, kita bisa menyebutnya para munafikun. Itu adalah terminologi untuk merujuk pada mereka yang berpura-pura mengikuti, tetapi sebenarnya hati mereka memungkirinya. Sekelas pembohong, pendusta, penculas. Tidak menyatunya hati dan pikiran serta perbuatan.

Dalam bahasa Arab, pengertian munafik artinya orang yang berpura-pura, nyamar, berbedanya kata (janji) dan perbuatan (laku). Orang bermental munafik ini lebih berbahaya dibanding musuh yang tegas. Jika mengacu kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, pengertian munafik ialah upaya berpura-pura percaya atau setia dan sebagainya kepada lainya. Akan tetapi, sebenarnya dalam hatinya tidak. Mereka selalu mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya serta bermuka dua.

Ada banyak ciri orang munafik. Ini penting diketahui agar kita waspada. Ciri yang pertama dan utama adalah suka berdusta atau berbohong. Berdusta sendiri merupakan sifat tercela yang dibenci semua manusia. Tentu, karena ia suka dusta maka selanjutnya adalah suka ingkar janji. Seseorang yang gemar ingkar janji akan tidak bisa dipegang perkataannya dan juga tidak pernah menepati janjinya yang sudah ia tebarkan ke orang lain. Padahal, menepati janji hukumnya wajib ditepati. Ketika seseorang itu membuat janji maka ia sudah seharusnya menepati apa yang telah ia janjikan.

Ciri orang munafik berikutnya adalah gemar berkhianat, yaitu orang yang tidak miliki komitmen dengan apa yang akan dijalankannya dan tidak pernah menepati perkataan yang telah diucapkan tanpa adanya kejelasan. Seseorang yang tidak bisa dipercaya dalam memegang amanah nantinya disebut sebagai orang yang munafik. Orang seperti ini biasanya jika berbicara lebih banyak mengandung kebohongan, apabila berjanji akan sering berdusta, dan apabila diserahi amanah maka akan berkhianat.

Selanjutnya, ciri lainnya adalah gemar melakukan tipu daya. Tipu daya yang sering dilakukan orang munafik adalah dalam sikapnya, yang biasanya tampak baik di permukaan tapi dalam hatinya busuk. Tipu daya ini biasa dilakukan untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dengan segala cara. Maka, ia pasti bermuka banyak, yang juga miliki arti tak miliki pendirian tetap. Sifat ini muncul akibat kebingungan mereka terhadap kebenaran. Karena bimbang dengan keyakinan, ia menjadi ragu, lalu riya (pamer), suka instan (jalan pintas), dengki, malas, KKN (korupsi, kolusi, nepotisme), lalu jadi suka menggunjing (ngerumpi hal-hal tidak subtantif). Dan, yang terparah dari ciri orang munafik adalah mereka gemar membuat kerusakan di bumi pertiwi dengan alasan untuk mengadakan perbaikan dan pembangunan. Orang dengan tipe ini biasanya akan sangat pandai untuk memutarbalikkan fakta dan menipu orang-orang seakan sedang mengusahakan suatu perbaikan, faktanya tidak.

Tentu kita akan basmi para gadungan itu. Sampai ke akar-akarnya. Dengan pendidikan dan tradisi pancasila. Dengan keteladanan dan hukum yang kuat. Dengan keadilan dan kesentosaan yang merealitas.(*)

Previous articlePancasilaku dan Garudaku
Next articleBerbeda dengan Swedia, Putin Bakal Hukum Orang yang Berani Bakar Al-Qur’an di Rusia
Kami adalah Jurnalis Jaringan Sumbawanews, individu idealis yang ingin membangun jurnalistik sehat berdasarkan UU No.40 Tahun 1999 tentang PERS, dan UU No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi. Dalam menjalankan Tugas Jurnalistik, kami sangat menjunjung tinggi kaidah dan Kode Etik Jurnalistik, dengan Ethos Kerja, Koordinasi, Investigasi, dan Verifikasi sebelum mempublikasikan suatu artikel, opini, dan berita, sehingga menjadi suatu informasi yang akurat, baik dalam penulisan kata, maupun penggunaan tatabahasa.