Home Berita Pancadusta

Pancadusta

Yudhie Haryono
Presidium Forum Negarawan

Banjir pengkhianat dan pengkhianatan makin nyata. Bumi manusia makin surplus peternak dusta dan pendusta. Mereka mulai dusta pada Tuhannya. Dusta pada semesta. Dusta pada sesama. Dusta pada keluarga. Dusta pada dirinya. Ini dusta yang lima: pancadusta sebagai anti tesa pancasila.

Ini agak janggal karena bumi ini adalah tanah suci dilahirkannya pancasila yang jujur dan pusat spiritual dunia. Inilah bumi nusantara, di masa tengah. Inilah bumi atlantik, di masa purba. Inilah bumi lemuria, di masa pra-sejarah.

Baca juga: Resensi Buku: Melogikakan Pancasila dan MemPancasilakan Logika

Lemuria merupakan peradaban pra-sejarah yang muncul sebelum Atlantis, sekitar 75.000 SM-11.000 SM. Sedangkan peradaban Atlantis merupakan peradaban purba, kuno dan enigmatis yang melanjutkan lemuria, 11.000 SM-4 SM.

Setelah itu, peradaban Nusantara. Dalam arti yang lebih luas, Nusantara dalam bahasa modern meliputi Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand Selatan, Kepulauan Andaman dan Nikobar, Brunei, Filipina, Timor Timur, Papua Nugini, Solomon Utara, Kepulauan Selat Torres, serta pulau pulau kecil di samudra Hindia seperti Pulau Natal, Kepulauan Cocos (Keeling), dan pulau Pasir. Semua terhubung dengan samudra Atlantik dan benua Atala yang menjadi induk peradaban Atlantik yang mistis, spiritualistik, gigantik, tetapi tertelan disaster dan paregreg lalu dihabisi kolonialisme.

baca juga: Resensi Buku: Menghidupkan Pancasila dengan Karya

Kini, mungkin mereka lupa bahwa kekuasaan itu buta, menyengsarakan siapa saja. Terutama kekuasaan yang KKN dan anti tanah suci. Menyiksa yang mendapatkannya maupun yang menyumpahinya. Tetapi, ia memang diperebutkan nyaris tiap detik dan di sembarang tempat dengan giat.

Kini, mungkin mereka lupa bahwa dusta itu candu, membawa pelakunya semi orgasme dan ketagihan. Orang jawa menyebutnya “tanduk” dan kemelekatan. Ia singgah di mana saja, dari rumah ibadah sampai istana. Dan, ia mengundang pelaku untuk mengulanginya. Terus dan (maunya) tak putus.

Memang, di zaman penjajahan lama, yang jahat dan rakuslah yang berkuasa menyiksa plus tega. Sedangkan di zaman modern, yang dusta, bohong dan yang munafik itulah yang mendominasi, menguasai, memperkosa dan semau-maunya.

Maka, kewarasan, keidealan, kepancasilaan sudah terkubur di perut Bumi dan dilarung di sungai untuk sampai lautan. Dilupakan dan dijadikan sampah yang tak layak dikenangkan. Kehadirannya diharamkan. Mereka dimusiumkan tanpa ingatan. Ini keterlaluan. Karenanya, teorama aku berdusta maka aku ada, harus diganti menjadi aku berpancasila maka aku mengada. Sekarang juga.

Sungguh, tanpa perjuangan yang gigih untuk memerdekakan diri, mengangkat harkat dan martabat sebagai punggawa tanah leluhur, menyucikan kembali tanah-tanah sorga dan bumi manusia serta rumah kaca tempat mengabdi, kita hanya akan dianggap kotoran oleh kekuasaan oligarki yang kemaki.

Kini, mari kita bangkitkan kembali. Dengan mengkontektualisasikan konstitusi yang dimulai dengan proklamasi kemerdekaan kedua. Proklamasi. Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia yang kedua. Hal-hal yang mengenai penggunaan Pancasila dan UUD45 yang asli d.l.l, akan diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.(*)

Previous articleAktivis 98 Heran, Semua Capres Bungkam Soal Korupsi BTS dan Basarnas
Next articleSeptember Periode 1 Zul-Rohmi Berakhir (Bag. 2): Fakta-Fakta IPM NTB Selama 13 Tahun
Kami adalah Jurnalis Jaringan Sumbawanews, individu idealis yang ingin membangun jurnalistik sehat berdasarkan UU No.40 Tahun 1999 tentang PERS, dan UU No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi. Dalam menjalankan Tugas Jurnalistik, kami sangat menjunjung tinggi kaidah dan Kode Etik Jurnalistik, dengan Ethos Kerja, Koordinasi, Investigasi, dan Verifikasi sebelum mempublikasikan suatu artikel, opini, dan berita, sehingga menjadi suatu informasi yang akurat, baik dalam penulisan kata, maupun penggunaan tatabahasa.