Gubernur NTB Lalu Muhammad Iqbal (LMI) mentargetkan setiap minggu ada event besar guna mengangkat kontribusi sektor pariwisata bagi ekonomi daerah. Gubernur LMI perlu lebih cermat membaca data sehingga pilihan skala perioritas dan sektor strategis untuk menciptakan multy player effect selaras satu sama lain.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) NTB 2024 sebesar Rp 182,3 triliun. Kontribusi terbesar sektor pertanian Rp 39 triliun atau 21,45 %. Pertambangan urutan kedua Rp 36,7 triliun atau 20,12 %. Sementara sektor pariwisata (akomodasi dan makan minum) hanya Rp 3,Triliun atau 1,75 % (tidak sampai 2%), masih sangat kecil kontribusinya bagi ekonomi NTB.
Kontribusi pariwisata, sebesar itu diperoleh dari kunjungan 3,6 juta kunjungan. Untuk mencapai minimal 10% saja kontribusi terhadap PDRB berapa banyak kunjungan wisata yang harus ditarik ? Pastinya sangat-sangat besar. Event dan strategi macam apa yang dapat menarik puluhan juta orang selama 5 tahun?
Ketimpangan pembangunan infrastruktur di Pulau Sumbawa dan P Lombok untuk kepentingan pariwisata adalah fakta yang tak terbantahkan. Fasilitas umum, hanya terkonsentrasi di ibukota provinsi (P. Lombok), sementara kabupaten dan kota lain di Pulau Sumbawa akan terseok-seok di belakang untuk mengejar ambisi pengembangan pariwisata sebagai sektor andalan.
Jangan pula lupa, bahwa ‘DNA”-nya NTB sesungguhnya adalah pertanian yang mencakup peternakan, kehutanan dan kelautan. Kontribusi pertanian urutan teratas, itu pun belum melakukan hilirisasi/industrialisasi secara optimal untuk meningkatkan nilai ekonomis dan membuka peluang usaha baru.
NTB provinsi relatif kecil di banding provinsi lain, tapi memiliki bendungan terbanyak di Indonesia. 74 buah. Sejak lama menjadi lumbung pangan Nasional. Ternak (sapi) menjadi pemasok utama untuk kebutuhan Nasional terutama pada hari raya. Perikanan, hasil laut termasuk rumpul laut salah satu pemasok utama Nasional. Adalah juga fakta-fakta yang terbantahkan. Produk pertanian P. Lombok dan SumBawa hampir berimbang dan merata. Hanya tinggal meningkatkan produktivitas saja.
Tetapi apalah arti semua itu jika tidak ngefek pada Pendapatan Asli Daerah (PAD), tidak ngefek kepada ekonomi setempat karena hanya menjual barang mentah. Business model selama ini pun tidak ngefek kepada kesejahteraan nelayan, karena keutungan terbesar terbang di bawa oleh pemiliki yang berasal dari luar daerah NTB.
Hilirisasi pertanian dan sektor terbarukan mendesak. Tambang akan habis. Peta jalan pengembangan hilirisasi sudah ada dan berlaku hingga 2034 berupa peraturan daerah/Perda.
Ekosistem pengembangan ekonomi rakyat melalui pengembangan sektor UMKM, sebagai bagian dari mesin hilirisasi/industrialisasi adalah jalan terbaik untuk mengejar ketertinggalan provinsi ini terhadap daerah lain.
Tidak ada jalan lain, selain menjadikan masyarakat produktif, melalui pengembangan unit-unit produksi dalam skala kecil hingga besar. Paling tidak gunakan untuk kebutuhan sendiri, walaupun dengan harga yang sedikit lebih mahal dari produk massal.
Gubernur LMI saya yakin akan melakukan itu karena telah menjadi bagian dari program unggulannya, tinggal bagaimana memastikan eksekutor dilakukan perangkatnya di lapangan (Mada Gandhi).