Jakarta, Sumbawanews.com. – Pengobatan alternatif Ida Dayak selalu ramai dan masyarakat berbondong-bondong ke sana. Seorang pakar pun mencoba menganalisis, mengungkap alasan di balik antusiasme warga terhadap Ida Dayak.
Baca juga: Viral! Minyak Bintang Ida Dayak: Pengobatan Alternatif, Mengapa Diminati?
Sosiolog Universitas Nasional (Unas) Sigit Rochadi mengatakan apa yang membuat masyarakat tertarik adalah praktek gaib yang dilakukan Ida Dayak. Praktek gaib biasanya hampir tidak bisa dilihat oleh mata telanjang, namun Ida Dayak dianggap mampu menampilkannya ke khalayak.
Baca juga: Pesulap Merah: Ida Dayak Ahli Pijat Tulang Pada Umumnya
“Lalu, ibu itu menunjukkan kepada publik dengan mata telanjang bahwa sesuatu yang selama ini dipahami tidak mungkin oleh akal sehat, bahkan ditolak para ahli kedokteran ortopedi, ternyata bisa dilakukan orang yang tidak belajar kedokteran,” ujar Sigit kepada detikINET melalui sambungan telepon.
Baca juga: Dituding Menipu, Ida Dayak: Langsung Ketemu, Tidak Ada Pendaftaran, Tidak Pakai Uang
Yang semakin menarik, Ida unjuk gigi kemampuan supranaturalnya di era modern. Ini yang kemudian menarik orang untuk menonton dan memviralkannya. Sigit menyebutkan, rasa penasaran dan keingintahuan terhadap sesuatu yang tidak logis dan melawan akal sehat lah yang membuat orang berbondong-bondong ke tempat praktek Ida Dayak.
Baca juga: Viral Ida Dayak di Depok, Kemenkes: Kita Nggak Ngikutin Viralisme
“Mengapa menjadi viral, itu karena ada rasa kekaguman dari mereka yang menonton, dari masyarakat biasa, akan ilmu atau kemampuan yang dimiliki Ibu Ida ini. Bahwa ilmu supranatural itu memiliki makna positif, yang selama ini dipahami sebagai hal negatif, menyeramkan, tidak sempurna, buat ngerjain orang, memperdaya bahkan membunuh orang,” ucapnya.
Ida Dayak adalah pelaku pengobatan tradisional. Saat melakukan praktiknya, dia bakal menjalani ritual menari, memakai pakaian tradisional, sambil mengurut pasiennya dengan minyak merah yang disebutnya sebagai ‘Minyak Bintang’.
Minyak Bintang konon sudah dikenal lama oleh Suku Dayak Kalimantan sebagai obat tradisional yang digunakan secara turun menurun.(dtk/sn03)