Home Berita Dewan Pakar PKS Rame-Rame Bedol Desa, Mundur dari PKS

Dewan Pakar PKS Rame-Rame Bedol Desa, Mundur dari PKS

Oleh : Ahmad Khozinudin

Sastrawan Politik

Ternyata, PKS harus membayar ‘harga tambahan’ atas manuvernya gabung ke KIM Plus. Setelah rame dikritik Netizen, kini giliran elemen internal PKS bergolak.

Sejumlah Dewan Pakar PKS, melalui pernyataan bersama menyatakan mundur dari PKS. Pernyataan dibacakan oleh Jenderal (Purn) Sunarko, Mantan Danjen Kopasus. (Senin, 26/8/2024).

Baca juga: Lepas dari Bayangan KIM, PKS Usung Ahmad Syaikhu – Ilham Habibie di Pilkada Jabar 

Alasan pengunduran diri mereka, sangat rasional. Mereka, orang yang ingin terlibat dalam partai dalam perjuangan, bukan sekedar untuk berburu kekuasaan.

Manakala mereka menilai jalan perjuangan PKS telah melenceng dari orientasi perjuangan, mereka segera mengambil inisiatif untuk mundur. Langkah mereka, berbeda dengan Eggi Sudjana, yang mengkritik kebijakan DPP PKS yang gabung ke KIM Plus, tanpa perlu melakukan pengunduran diri. Keduanya, dalam konteks mengkritisi PKS, hanya dengan cara berbeda.

Sementara kebijakan PKS, selama ini hanya berbasis pada dalih ‘maslahat’. Sebab, konsistensi berada di KIM Plus dengan alasan tak cukup kursi untuk berjuang sendiri di Pilkada Jakarta misalnya, terbantahkan pasca putusan MK. Di Pilkada Jakarta, PDIP yang kursinya hanya 15 dibawah PKS saja bisa maju sendiri.

Sikap politik Dewan Pakar PKS ini, patut dijadikan teladan. Sikap ini menunjukan, loyalitas pada partai berangkat dari keamanan visi perjuangan. Manakala visi itu bergeser, loyalitas pun dicabut.

Sikap ini juga harus konsisten dimiliki oleh semua rakyat. Jangan hanya karena mengidolakan tokoh atau partai tertentu, tak lagi bisa menentukan sikap dan pilihan langkah perjuangan.

Baca juga: Setelah di Hujat Netizen, PKS Akhirnya Usung Ruhama-Shinta di Pilkada Tangsel

Tanpa tokoh dan partai, perjuangan harus tetap dilanjutkan. Sementara taklid buta pada tokoh dan partai, meski telah melenceng dari rel perjuangan, akan berakibat fatal yakni menjadi korban pengkhianatan.

Karena itu, umat harus memiliki parameter yang jelas dalam berjuang. Yakni, syariat Islam. Sepanjang tokoh dan partai memperjuangkan syariat Islam dan ada pada jalur kebenaran, maka umat memberikan dukungan dan pembelaan.

Namun, manakala tokoh dan partai melenceng dari memperjuangkan syariat Islam dan keluar dari jalur kebenaran, maka tugas umat mengoreksi dan saat tetap membangkang maka umat harus segera menarik dukungan dan pembelaan.

Itulah interaksi umat, taat dan mendukung saat tokoh dan partai taat syariat. Mengoreksi dan meluruskan, saat tokoh dan partai melenceng dari syariat. Bukan taklid buta, dengan memberikan loyalitas tanpa batas kepada tokoh dan parpol. [].

Previous articleLepas dari Bayangan KIM, PKS Usung Ahmad Syaikhu – Ilham Habibie di Pilkada Jabar 
Next articleInilah Nama 14 Calon Kepala Daerah Kab/Kota se-Sumut yang diusung PDIP
Kami adalah Jurnalis Jaringan Sumbawanews, individu idealis yang ingin membangun jurnalistik sehat berdasarkan UU No.40 Tahun 1999 tentang PERS, dan UU No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi. Dalam menjalankan Tugas Jurnalistik, kami sangat menjunjung tinggi kaidah dan Kode Etik Jurnalistik, dengan Ethos Kerja, Koordinasi, Investigasi, dan Verifikasi sebelum mempublikasikan suatu artikel, opini, dan berita, sehingga menjadi suatu informasi yang akurat, baik dalam penulisan kata, maupun penggunaan tatabahasa.