Home Berita Menlu RI: Indo-Pasifik Pusat Pertumbuhan Bukan Rivalitas, Hindari Isu Sustainability Jadi Proteksi...

Menlu RI: Indo-Pasifik Pusat Pertumbuhan Bukan Rivalitas, Hindari Isu Sustainability Jadi Proteksi Perdagangan

Brussels, sumbawanews.com – Dalam Pembukaan pertemuan EU Indo-Pacific Ministerial Forum ke-3, Sabtu (02/02), Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi mengatakan, tantangan yang dihadapi dunia dari tahun ke tahun semakin besar. Mulai dari perang di Ukraina, situasi Gaza, rivalitas kekuatan besar yang terus berlanjut, hingga kesenjangan kapasitas antar-negara yang menghambat pencapaian SDGs.

“Forum ini adalah penguatan kolaborasi, kerja sama, dan kemitraan untuk memajukan kesejahteraan dan stabilitas di Indo-Pasifik. Kita tidak ingin melihat kawasan Indo-Pasifik menjadi medan rivalitas. Yang kita inginkan adalah Indo-Pasifik sebagai pusat pertumbuhan,” ucapnya.

Baca Juga: Tegaskan Indonesia Tidak Akan Diam, Retno Marsudi Minta Uni Eropa Gunakan Nurani Hentikan Kekejaman Israel

Itulah mengapa ASEAN di bawah keketuaan Indonesia tahun lalu menjadikan kolaborasi di Indo-Pasifik sebagai prioritas. Termasuk melalui penyelenggaraan ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF) dan memperkuat hubungan dengan Pacific Islands Forum (PIF) dan Indian Ocean Rim Association (IORA).

Ia menekankan, kerja sama di Indo-Pasifik harus inklusif, konkret, dan berpegang teguh pada hukum internasional dan paradigma kolaborasi. Prinsip-prinsip ini tertuang di AOIP sebagai panduan ASEAN dalam menavigasi dinamika di kawasan dan berinteraksi dengan mitranya dari luar kawasan.

Pada AMM Retreat di Luang Prabang, Laos, yang diselenggarakan 29 Januari lalu, ASEAN sepakat untuk melanjutkan pengarusutamaan AOIP di semua mekanisme ASEAN. UE adalah mitra penting bagi Indonesia dan juga bagi ASEAN dalam mewujudkan Indo-Pasifik yang damai, stabil, dan sejahtera.

Pada sesi Roundtable I ymengenai geopolitik dan keamanan Ia menekankan, Indonesia dan ASEAN berkomitmen untuk terus menjadi kontributor utama dalam menciptakan dan menjaga perdamaian serta kemakmuran di Indo-Pasifik. ASEAN telah memiliki konsep yaitu AOIP dan ASEAN juga telah mulai mengimplementasikannya pada saat keketuaan Indonesia di ASEAN tahun lalu.

Dikatakan, ASEAN membuka pintu untuk bermitra dengan semua pihak termasuk dengan Uni Eropa. Dan prioritas-prioritas kerja sama yang diinginkan ASEAN sesuai AOIP, yaitu konektivitas, infrastruktur, pencapaian SDGs, perdagangan, dan investasi.

Sedangkan pada pertemuan ASEAN-EU Ministerial Meeting ke-24, Menlu RI menyatakan, ASEAN-UE harus menjadi mitra untuk kemakmuran. Semua data menunjukkan bahwa EU adalah salah satu mitra penting ASEAN. Dengan lebih dari 650 juta penduduk, ASEAN juga merupakan mitra penting bagi Uni Eropa. Karakter ekonomi ASEAN dan Uni Eropa adalah saling melengkapi.

Ditegaskan, kebijakan Uni Eropa yang dapat menghalangi kemitraan dengan ASEAN, misalnya terkait kelapa sawit dan EUDR (EU Deforestation Regulation). Dan ASEAN juga peduli dengan kelestarian lingkungan.

“Penndekatan yang diambil haruslah saling membantu, bukan menghukum,” tegas dia.

Ia menekankan, standar “one-size fits all” tidak dapat diberlakukan. Jika bertujuan untuk memperkuat kerja sama, maka pilihannya hanya satu. yaitu saling bekerja sama, saling membantu, dan menghindari isu sustainability digunakan untuk alat proteksi di dalam perdagangan.

Selain itu, ASEAN dan Uni Eropa harus menjadi mitra perdamaian dan stabilitas. “Dunia saat ini sudah penuh dengan konflik dan tidak perlu menambah konflik baru. Sekali lagi saya tekankan pentingnya penghormatan terhadap prinsip, nilai, dan hukum internasional secara konsisten,” ucap Menlu, dan mengajak semua pihak untuk gunakan moral compass dalam upaya untuk memperkuat kemitraan bagi terciptanya perdamaian dan stabilitas serta kemakmuran. (Using)

Previous articleWarga Erambu dan Toray Bersama Satgas Pamtas Siap Mensukseskan Pemilu 2024 yang Aman dan Damai
Next articleIndeks SPM Pelayanan Dasar Kabupaten Sumbawa Tahun 2023 Meningkat Signifikan
Kami adalah Jurnalis Jaringan Sumbawanews, individu idealis yang ingin membangun jurnalistik sehat berdasarkan UU No.40 Tahun 1999 tentang PERS, dan UU No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi. Dalam menjalankan Tugas Jurnalistik, kami sangat menjunjung tinggi kaidah dan Kode Etik Jurnalistik, dengan Ethos Kerja, Koordinasi, Investigasi, dan Verifikasi sebelum mempublikasikan suatu artikel, opini, dan berita, sehingga menjadi suatu informasi yang akurat, baik dalam penulisan kata, maupun penggunaan tatabahasa.