MATARAM, – Yayasan Abipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bekerja sama dengan Badan Khusus Perempuan (BKP) PGRI di Nusa Tenggara Barat (NTB) menyelenggarakan Seminar dalam rangka memperingati hari PGRI sekaligus menjalankan beberapa pilar YAICI yaitu mengenai pendidikan dan kesehatan. Tema dari Seminar ini adalah “Peran Aktif Guru Melalui Edukasi Kesehatan Dalam Rangka Membantu Pemerintah Mencegah Penyebaran COVID-19 di Lingkungan Sekolah “Menyongsong Era Back To School”
Arif Hidayat, selaku ketua harian YAICI memberikan sambutan sekaligus membuka acara seminar tersebut. “Di era digital saat ini kita dimudahkan dalam mengakses segala macam informasi. Oleh karena itu sebagai orang tua sekaligus guru, bapak ibu harus pandai-pandai dan bijaksana dalam mengakses informasi baik berupa berita maupun dalam bentuk iklan produk pangan yang terkait dengan kesehatan,” kata Arif.
Ia juga menjelaskan salah satu temuan YAICI bahwa terdapat oknum guru yang memberikan tugas berupa video dengan membuat kental manis, yang kemudian video tersebut diupload di youtube agar mendapatkan nilai. “Padahal yang kita ketahui kental manis ini bukan susu, tapi diperuntukan sebagai topping atau tambahan untuk makanan dan minuman. Oleh karena itu, pentingnya guru sebagai garda terdepan dalam melindungi anak didik melalui cara-cara yang tepat, benar dan bijak,” jelas Arif.
Masa pandemi ini membuat berbagai kegiatan mengharuskan dilakukan di rumah, begitu pun aktivitas sekolah. Maka dari itu, Indonesia membuat berbagai aturan agar proses pembelajaran tetap berjalan. Begitu pun NTB, provinsi ini memiliki peraturan penyelenggaraan pembelajaran yang diatur surat edaran dari Gubernur Nusa Tenggara Barat. “Surat edaran ini menindaklanjuti SKB 4 Menteri, nomor 420/3320.UM/Dikbud Tentang Penyelenggaraan Pembelajaran di Satuan Pendidikan pada Tahun pelajaran 2020/2021 di masa pandemi covid-19,” kata Aidy Furqan selaku Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB.
Ia juga menjelaskan bagaimana proses pembelajaran sekolah tahun ajaran 2020/2021, yaitu dengan fase new normal. “Fase new normal terdiri dari pembelajaran dengan shift/block, penilaian dengan shift/block, pengaturan BDR dan shift block, serta mengontrol aktivitas anak ke orang tua atau wali,” ujar Aidy.
Menurut Hj. Niken Saptarini Widyawati selaku Tim Penggerak PKK Provinsi NTB, guru memiliki peran yang sangat penting selama pandemi ini. “Peran guru selama pandemi ini adalah, guru harus jadi teladan pencegahan penularan covid-19, sebagai motivator, guru juga harus terus berinovasi, mengevaluasi proses pembelajaran selama pandemi, serta harus terus mensosialisasikan protokol pencegahan penularan covid-19,” imbuhnya.
Ia juga menjelaskan bahwa para guru, khususnya perempuan harus mengembangkan program kerja sama dengan organisasi dibidang pendidikan dan kemasyarakatan. “Tugas perempuan PGRI adalah mengembangkan program-program kerjasama dengan lembaga dan organisasi perempuan, serta organisasi di bidang pendidikan dan kemasyarakatan,” kata Niken.
Tidak hanya guru, petugas program kesehatan (Promkes) juga memiliki peran agar proses pembelajaran di sekolah tetap memperhatikan protokol pencegahan covid-19. “Promkes puskesmas memiliki peran dalam pencegahan covid-19 baik di pondok pesantren, maupun di sekolah atau madrasah,” kata Firdha Putri Utami selaku tenaga kesehatan.
Firdha juga menjelaskan kecemasannya terhadap konspiransi dan hoax mengenai covid-19. Ia menjelaskan bahwa ke dua hal tersebut berpotensi mengganggu penanganan covid-19. “Teori konspirasi ini akan memengaruhi kepercayaan terhadap pemerintah hingga kepatuhan terhadap protokol kesehatan menurun. Akibatnya, masyarakat tidak mau melakukan protokol kesehatan hingga tidak mau diberikan vaksin Covid-19,” tegasnya.