Home Berita Membangun Optimisme Dengan Pancasila

Membangun Optimisme Dengan Pancasila

Krisyanto

Peserta Program KKK Nusantara Centre

Mungkin kita semua pernah mengalami, bagaimana di sekolah disampaikan bahwa bangsa ini adalah bangsa yang besar. Bukti kebesaran itu ditunjukkan dengan beragamnya budaya, kuliner, bahasa, jejak dan berbagai kesenian yang kita miliki. Kita juga memiliki banyak candi di mana Borobudur disebutkan sebagai salah satu candi terbesar di dunia.

Lalu disampaikan juga nama Majapahit sebagai kerajaan yang selalu disebut sebagai bukti bahwa kita ini bangsa yang besar karena wilayah kekuasaannya yang sangat luas. Di generasi yang mengalami sekolah di masa orde baru, mendapatkan materi ini di pelajaran sekolah. Saya adalah salah satunya. Tapi saat itu, sebenarnya saya agak bingung karena materi itu ada di pelajaran sejarah dan Pendidikan Moral Pancasila (PMP), mata pelajaran yang saat ini tidak ada lagi.

Baca juga: Apakah Pancasila Itu Dasar Negara Indonesia?

Menariknya, mata pelajaran ini adalah salah satu yang bisa membuat kita tidak naik kelas jika nilainya di bawah standar. Bahasa Indonesia, Agama dan PMP adalah 3 pelajaran utama yang ketiganya harus minimal nilainya 6. Agak aneh juga ketika itu, saya pikir karena ketiga mata pelajaran itu isinya hafalan yang menurut saya menghafal itu tidak sesulit matematika dan fisika yang harus paham rumus dan menganalisa.

Jadi saya heran jika sampai ada yang tidak naik karena gagal di salah satu dari 3 mata pelajaran wajib itu. Tetapi, saya tidak mengerti mengapa 3 pelajaran itu begitu penting dan tidak bisa menjadikan ketiga pelajaran itu sebagai gengsi jika skornya tinggi.

baca juga: Arus Baru Generasi Pancasilaisme

Saya ingat, di masa orde baru upacara bendera masuk sebagai jam pelajaran. Umumnya jam pertama setiap Senin. Tradisi itu tidak lagi saya temui tetapi masih diadakan di setiap hari nasional. Mungkin di lembaga-lembaga negara masih ada. Mungkin loh.

Di sinilah saya mengenal pertama kali yang namanya hening cipta. Kala itu siswa diarahkan untuk menundukan kepala mengenang perjuangan para pahlawan. Dalam hati, saya bertanya,”bagaimana kita bisa mengenang orang yang tidak dikenal?” Pertanyaan itu terus saya bawa sampai akhirnya menemukan jawaban dengan laku saya fokus dalam pemulihan tanah dan air menggunakan metode organic Sigma Farming yang didapat di Pusaka Indonesia.

Baca juga: Tantangan Pancasila adalah Penghianatan

Dari sini saya paham apa itu hening cipta yang sebenarnya. Hening cipta itu menyadari sepenuhnya apa yang sedang kita rasakan saat ini dan di mana berada. Pikiran hanya digunakan untuk menikmati nafas natural, bukan nafas yang diatur apalagi yang ditahan.  Bagi saya ini tidak mudah karena saya terlanjur dididik untuk selalu berpikir menganalisa dan meragukan apa-saja. Tapi inilah yang dialami, ketika saya aktif di kegiatan-kegiatan pemulihan tanah, berkesenian dan mencoba untuk berdikari tanpa ambisi ternyata rasa pesimis saya hilang dan kembali jayanya bangsa ini terkikis serta berubah menjadi optimis.

Rasa optimisme itu menjadikan saya paham ketika mendengar langsung dari petani yang dijumpai kesulitan mendapatkan pupuk kimia karena subsidi mulai dikurangi dan harganya semakin mahal. Di sinilah saatnya mereka beralih pakai pupuk organik yang bahannya tidak perlu beli. Rasa optimisme juga membuat saya paham bahwa ada skenario besar yang dibuat untuk membuat bangsa ini tidak besar yang salah satunya adalah butuh kemandirian pangan.

Hening cipta memahami pancasila, sejarah dan keikhlasan membuat saya menemukan jawaban-jawaban bagaimana membangun kembali Indonesia yang jaya. Dari sini saya paham akan Mr. Soekarno dengan pemikiran-pemikirannya yang tak egoistik untuk Indonesia. Beliau akan keras dan lurus jika soal kolonialisme dan antek-anteknya. Kalau yang lainnya, sangat keindonesiaan. Hening cipta membuat saya paham mengapa Pancasila dikatakan sakti dan saya beruntung memilih Pusaka Indonesia sebagai sarana belajar. Ini merupakan wadah yang memang disediakan untuk mempraktekan hening cipta yang sebenarnya.

Rupanya di sinilah letak kekurangannya selama ini soal Pancasila, yaitu menghafalkan. Ya, saya bisa mengatakan dan berani menyampaikan ini tentunya setelah mengerti bagaimana sebetulnya Pancasila itu diterapkan. Di program KKK ini, saya makin optimis karena bertemu banyak kawan dari banyak profesi yang luas dan yakin bahwa jika Pancasila diimplementasikan, pstilah kita akan jaya. Mari kita songsong bersama. Mari kita buktikan bersama.(*)

Previous articleBelasan Jabatan Diemban Luhut, Kembali Jokowi Tunjuk Jadi Ketua Satgas Hilirisasi RI-Papua Nugini
Next articleAneh bin Ajaib, Sejumlah Nama Politisi Hilang dari Dokumen Kasus Korupsi BTS Rp 8 Triliun
Kami adalah Jurnalis Jaringan Sumbawanews, individu idealis yang ingin membangun jurnalistik sehat berdasarkan UU No.40 Tahun 1999 tentang PERS, dan UU No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi. Dalam menjalankan Tugas Jurnalistik, kami sangat menjunjung tinggi kaidah dan Kode Etik Jurnalistik, dengan Ethos Kerja, Koordinasi, Investigasi, dan Verifikasi sebelum mempublikasikan suatu artikel, opini, dan berita, sehingga menjadi suatu informasi yang akurat, baik dalam penulisan kata, maupun penggunaan tatabahasa.