Home Berita Kiat Keluar dari Kebiasaan Memberikan Minuman tidak Sehat kepada Anak

Kiat Keluar dari Kebiasaan Memberikan Minuman tidak Sehat kepada Anak

ilustrasi/ kental manis

Jakarta-Meski sudah mengetahui kental manis yang dulu dikenal masyarakat dengan penamaan Susu Kental Manis (SKM) tidak baik untuk pertumbuhan dan gizi anak, namun banyak masyarakat yang karena kondisi keuangan keluarganya terpaksa harus memberikan SKM ini kepada anak-anak mereka. Salah satunya adalah seorang Ibu bernama Yuli Susanti yang tinggal wilayah Semper Timur, Cilincing, Jakarta Utara.

Yuli, yang memiliki dua anak berumur 7 dan 4 tahun ini mengaku sudah mengetahui mengenai dampak SKM kepada anak-anak.  Tapi, karena kondisi keuangan keluarga, di mana suaminya yang hanya merupakan seorang buruh pabrik, dia pun tidak bisa untuk membelikan susu yang layak untuk seumuran anak-anaknya.  Apalagi, penghasilan suaminya itu juga harus dibagi lagi untuk membayar kontrak rumah mereka.

“Saya tahu SKM itu tidak baik untuk anak-anak saya. Tapi, karena kondisi keuangan suami saya yang hanya seorang buruh pabrik, saya hanya bisa memberikan susu kental manis sebagai pengganti susu untuk anak-anak saya,” ungkapnya.

Namun, sejak dia melihat gigi anak-anaknya rusak dan berwarna hitam, dia mulai sadar akan dampak buruk seringnya memberikan SKM kepada anak-anaknya itu. Dia pun saat ini mulai mengurangi untuk memberikan SKM itu kepada anak-anaknya.  Menurutnya, itu suatu hal yang tidak mudah untuk dilakukan mengingat anak-anaknya sudah seperti “kecanduan” SKM itu.  “Tapi, saya juga terkadang tidak tega untuk melihat mereka merengek-rengek untuk minta diizinkan minum SKM lagi, yang akhirnya saya juga memberikannya lagi,” tuturnya.

Di tengah kebingungannya untuk bisa membebaskan anak-anaknya dari dampak buruk meminum SKM itu, dia pun mendengar adanya Program Mindful Parenting, yaitu Gerakan 21 Hari Membentuk Kebiasaan Makan dan Minum yang Sehat” dari Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI). Program ini merupakan pola asuh anak oleh orang tua dengan kesadaran penuh dengan tujuan untuk membentuk kebiasaan yang baik pada anak, baik pola makan maupun pola tingkah laku. Para relawan yang ingin ikut dalam program ini harus melakukan kebiasaan itu seara terus menerus tanpa putus selama 21 hari. Jika dalam sehari terhenti dilakukan, mereka harus kembali melakukannya dari awal. Para relawan yang bisa ikut dalam program ini adalah seorang ibu yang memiliki anak balita yang memiliki masalah dalam pola makan dan minum yang kurang tepat.

Mendengar keberadaan program ini, Yuli langsung mendaftar. Kerena, menurutnya, ini kesempatan bagi dia untuk bisa mendisiplinkan diri untuk tidak lagi memberikan SKM kepada anak-anaknya. “Saya senang mengikuti program ini. Karena, dengan demikian saya akan bisa lebih displin lagi untuk memberikan makanan dan minuman sehat bagi anak-anak saya di tengah kondisi keuangan kami saat ini. Karena kalau sampai sakit, saya dan suami saya juga akan lebih repot lagi menghadapinya,” katanya.

Hal yang sama juga disampaikan ibu lainnya bernama Kiky yang juga tinggal di daerah Semper, Cilincing. Kalau Yuli memberikan SKM kepada anak-anaknya karena masalah ekonomi, lain halnya dengan Kiky yang dari sisi keuangan tidak ada masalah. Namun, dia mengutarakan memberikan SKM ini kepada anak-anaknya karena hanya ingin menyenangkan anak.   Kiky yang memiliki empat anak masing-masing berusia 16 tahun, 14 tahun, 5 tahun, dan 3,5 tahun ini mengaku sebenarnya sudah tahu bahwa SKM itu tidak baik diberikan kepada anak-anak.

Tapi, berawal dari kebiasaan dirinya mengkonsumsi SKM ini untuk topping saat memakan roti, anak-anak akhirnya ikut mengkonsumsi dan terkadang dibuat sebagai minuman. Sama dengan Yuli, dia juga baru tersadar akan dampak buruk SKM itu saat melihat gigi anak pertamanya yang mulai rusak dan berwarna hitam. “Tapi, untuk melarang mereka agar tidak mengkonsumsi SKM itu sudah susah saya lakukan. Terkadang, hanya karena ntuk menyenagkan mereka, saya biarkan mereka untuk mengkonsumsinya,” tukas Kiky.

Di tengah kebingungannya untuk memikirkan bagaimana cara untuk membebaskan anak-anaknya dari SKM itu, sama dengan Yuli, begitu mendengar adanya Program Mindful Parenting, Kiky langsung mendafar sebagai relawan.  “Mungkin dengan mengikuti program ini nanti, saya dan anak-anak saya bisa menahan diri untuk tidak mengkonsumsi SKM ini lagi,” ucapnya.

Previous articleBakamla RI Gelar Rakernis Evaluasi Strategi Kamla Perbatasan Laut Andaman dan Timor
Next articleRingankan Beban Orang Tua dan Tingkatkan Motivasi Belajar Murid, Satgas Yonif 751/VJS Bagikan Tas Sekolah dan Alat Tulis