Moskow, sumbawanews.com – Menanggapi keinginan Jepang untuk menandatangani perjanjian damai dengan Rusia namun melanjutkan kebijakan sanksi, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Federasi Rusia, Maria Zakharova, Jum’at (02/02) mengatakan, pada tanggal 21 Maret 2022, Kementerian Luar Negeri mengeluarkan pernyataan tentang tindakan pembalasan sebagai tanggapan atas keputusan pemerintah Jepang. Saat itu, Rusia menyatakan tidak berniat melanjutkan perundingan perjanjian damai dengan Jepang karena tidak mungkin membahas dokumen fundamental hubungan bilateral ini dengan negara yang terang-terangan mengambil posisi tidak bersahabat dan berupaya merugikan kepentingan Rusia.
“Kami melanjutkan dari dasar ini,” kata dia.
Baca Juga: Pesawat Angkut Sandera Ditembak, Majelis Rusia Minta Kongres AS Kutuk Tindakan Ukraina
Ditegaskan, sejak dimulainya operasi militer khusus pada Februari 2022, pemerintah Jepang secara terbuka bersikap tidak bersahabat terhadap Rusia. Dan memperkenalkan banyak paket sanksi ilegal, dan sentimen Russofobia sengaja dihasut dalam masyarakat Jepang.
“Ini adalah Russophobia, bukan kritik atau sudut pandang alternatif. Mereka memperluas aktivitas militer di dekat perbatasan Timur Jauh Rusia bersama dengan Amerika Serikat dan negara-negara anggota NATO lainnya. Misalnya, mereka mempraktikkan penggunaan senjata serang dan memberikan bantuan material dan teknis langsung kepada rezim Kiev,” jelas Zakharova.
Menurutnya, Dalam kondisi seperti ini, Rusia tidak melihat peluang untuk melanjutkan dialog sebelumnya dengan Tokyo mengenai penandatanganan dokumen fundamental yang dimaksudkan untuk meletakkan dasar hubungan bertetangga jangka panjang. Dan Federasi Rusia akan terus menanggapi setiap tindakan permusuhan baru yang dilakukan oleh otoritas Jepang dan menerapkan tindakan balasan yang keras yang akan sangat dirasakan oleh Jepang.
“Kami akan menggunakan semua sumber daya dan alat yang tersedia, dan kami akan dipandu oleh kepentingan nasional kami sendiri,” ucapnya. (Using)