Riskal Arief
Periset Nusantara Centre
Indonesia bersiap menghadapi bonus demografi. Untuk itu, industri padat karya harus disiapkan secara maksimal agar sumber daya manusianya terserap dalam roda perekonomian dengan maksimal pula.Dengan memanfaatkan potensi sumber daya manusia secara maksimal, industri padat karya memiliki peran strategis dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi disparitas sosial-ekonomi.
Menurut laporan Proyeksi Penduduk Indonesia 2015-2045 yang dirilis oleh Kementerian PPN dan BPS, diperkirakan bahwa jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 318,96 juta individu pada tahun 2045. Apabila potensi bonus demografi ini dikelola secara efektif oleh pemerintah, hal ini dapat menjadi sebuah keunggulan penting dalam perjalanan menuju peringatan 100 tahun kemerdekaan Indonesia pada tahun 2045. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, potensi ini dapat berbalik menjadi sebuah ancaman dan memberikan beban tambahan bagi negara.
Dalam konteks inilah industri padat karya menjadi sangat penting dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan menggerakkan roda perekonomian sebuah negara. Industri padat karya tidak hanya memberikan pekerjaan kepada para tenaga kerja, tetapi juga mendorong pertumbuhan sektor-sektor terkait seperti pendidikan dan pelatihan, infrastruktur, serta jasa pendukung lainnya. Dari pengamatan kami dan beberapa diskusi internal di Nusantara Centre, kami mendapati lima industri padat karya berikut yang bisa menyelamatkan pemerintah dalam menghadapi ledakan penduduk.
*Industri pertanian*
Industri pertanian padat karya merupakan tulang punggung bagi perekonomian banyak negara, terutama di negara-negara berkembang. Dalam industri ini, tenaga kerja manusia menjadi komponen utama dalam berbagai tahap produksi, mulai dari penanaman, pemeliharaan, hingga panen. Pertanian padat karya tidak hanya menciptakan lapangan kerja, tetapi juga memainkan peran penting dalam kedaulatan pangan nasional.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada 135,61 juta penduduk bekerja pada Februari 2022. Mayoritasnya atau 29,96% terserap di sektor pertanian (databoks.katadata.co.id). Jika ini ditingkatkan, misalnya melalui ekstensifikasi dan diversifikasi pertanian maka jumlah penduduk yang bekerja pada sektor ini akan bertambah. Ditunjang infrastruktur dan pelatihan, serta dukungan kebijakan yang sesuai dari pemerintah, industri pertanian padat karya memiliki potensi besar untuk terus menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
*Industri maritim*
Potensi sektor kemaritiman kita sangat besar. Dengan luas laut dua pertiga wilayah NKRI serta garis pantai yang terpanjang kedua di dunia 81.290 km, Indonesia sudah sepatutnya melahirkan industri maritim yang sangat besar pula. Industri maritim padat karya memainkan peran kunci dalam ekonomi global, terutama bagi negara-negara yang memiliki wilayah pesisir yang luas.
Dalam industri ini, tenaga manusia menjadi faktor utama dalam berbagai kegiatan, mulai dari penangkapan ikan, pengolahan hasil laut, konstruksi kapal, sampai dengan aktivitas logistik dan transportasi. Pekerjaan di sektor ini tidak hanya mencakup nelayan dan pelaut, tetapi juga teknisi, insinyur, ahli perikanan, dan pekerja lainnya yang terlibat dalam berbagai aspek industri maritim. Selain menciptakan lapangan kerja yang melimpah, industri ini juga berperan penting dalam menyediakan sumber daya pangan dan energi bagi masyarakat, serta dalam perdagangan internasional dan pariwisata.
*Industri Aviasi*
Indonesia tidak hanya menjadi pasar yang menarik bagi produsen pesawat dari luar negeri, tetapi juga telah mulai mengembangkan kemampuan dalam merancang, memproduksi, dan merakit pesawat sendiri, seperti yang dilakukan oleh PT. Dirgantara Indonesia (dulu IPTN). Adalah Presiden ke-3 RI BJ.Habibie yang telah meletakkan pondasi industri ini saat menjabat menjadi Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) di era Presiden Soeharto.
Industri aviasi Indonesia telah berkembang pesat dan dengan dukungan dari pemerintah, pertumbuhan ekonomi yang stabil, serta peningkatan permintaan akan perjalanan udara akan menjadi pendorong utama dalam perkembangan industri ini. Industri aviasi Indonesia juga mencakup berbagai sektor terkait, termasuk perawatan dan perbaikan pesawat (MRO), pengembangan infrastruktur bandara, pelatihan pilot dan teknisi, serta layanan penerbangan. Investasi yang signifikan dalam infrastruktur bandara, seperti pembangunan dan perluasan bandara di berbagai kota besar, telah meningkatkan konektivitas udara di seluruh negeri.
*Industri Alutsista*
Industri alutsista (alat utama sistem persenjataan) memiliki peran vital dalam pertahanan suatu negara. Indonesia sebagai negara yang besar dan memiliki kompleksitas keamanan yang tinggi, untuk itu mengembangkan industri alutsista untuk memenuhi kebutuhan pertahanan nasional menjadi sangat penting. Industri alutsista mencakup produksi senjata, kendaraan tempur, hingga sistem elektronik dan komunikasi militer. Sebagai gambaran, menurut catatan Prof. Jonathan Turley dari George Washington Unversity, saat ini sedikitnya ada lebih dari 1 juta orang yang bekerja pada industri alutsista di Amerika Serikat (aljazeera.com).
Tragedi tenggelamnya KRI Nanggala-402 telah memicu desakan perlunya peremajaan terhadap alutsista yang dimiliki TNI. Namun, kita juga tidak bisa selamanya mengandalkan pembelian alutsista dari negara lain. Kita bisa berkaca pada Iran yang baru-baru ini melancarkan serangan udara ke Israel dengan tepat sasaran. Rudal-rudal dan drone yang dikirim Iran ke Israel adalah buatan Ini membuktikan betapa majunya industri alutsista Iran, meskipun diembargo oleh Barat.
Indonesia yang berpolitik bebas-aktif dan tidak diembargo, seharusnya mampu seperti Iran. Untuk itu pemerintah perlu terus mendorong inovasi teknologi, peningkatan kapasitas produksi, serta kerja sama internasional dalam pengembangan alutsista. Dengan begitu, Indonesia dapat memperkuat pertahanan nasionalnya serta berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas di kawasan.(*)