Home Berita Imam A. Sadisun: IAGI Perlu Terus Menggali Keanekaragaman Kekayaan Geologi

Imam A. Sadisun: IAGI Perlu Terus Menggali Keanekaragaman Kekayaan Geologi

Imam Ahmad Sadisun

Sumbawanews.com – Kondisi alam Indonesia yang sangat khas dengan bentuk bentang alam, jenis batuan, struktur geologi serta sejarah geologinya, telah menyebabkan banyak ahli geologi mengatakan bahwa Indonesia adalah suatu laboratorium alam geologi yang unik, yang memiliki modal yang kuat untuk mengembangkan geowisata. Dr. Imam A. Sadisun, ahli geologi teknik ITB, mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi geowisata atau bahkan geopark yang sangat besar. Saat ini Indonesia memiliki 14 (empat-belas) Geopark Nasional dan 5 (lima) Geopark Internasional yang masuk ke dalam daftar Unesco Global Geopark (UGG). Ini merupakan prestasi yang luar biasa yang tidak lepas dari peran Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), yang telah mengawal berkembangnya Geopark di Indonesia. “Ini prestasi IAGI yang luar biasa,” ujar Imam yang saat ini menjadi salah satu calon Ketua Umum IAGI untuk periode 2020 – 2023.

Lebih lanjut Imam mengatakan bahwa, ke depan IAGI perlu terus menggali keanekaragaman kekayaan geologi (geodiversity) yang menjadi acuan paling mendasar dari geowisata. “Kita perlu menggali terus keanekaragaman kekayaan geologi dan warisan geologi (geoheritage) untuk bisa terus mengembangkan geowisata karena potensinya sangat besar. Saat ini ada lebih dari 110 (seratus sepuluh) lokasi warisan geologi di Indonesia dan ini menjadi modal yang sangat besar untuk bisa dikembangkan menjadi geowisata berskala dunia” ujar Imam yang juga menjadi salah satu panel ahli Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk proyek 6 bendungan super besar di Indonesia. Menurut Imam, geowisata hanya salah satu dari aplikasi keilmuan geologi yang ke depan akan semakin diperlukan, sekaligus melakukan konservasi, memuliakan bumi, serta menyejahterakan masyarakat.

Pengembangan infrastruktur kota sebagai konsekuensi dari pertumbuhan penduduk juga memerlukan kajian geologi yang makin spesifik di satu wilayah, termasuk di dalamnya kajian tentang potensi kebencanaan. “Kalau dulu ahli geologi lebih banyak diperlukan untuk kegiatan-kegiatan di eksplorasi minyak bumi dan gas bumi (migas) serta mineral, kini aplikasi keilmuan geologi telah berkembang sangat luas dan semakin spesifik. Pembangunan infrastruktur publik yang membutuhkan investasi besar dan menyangkut keselamatan manusia, sangat membutuhkan kajian mendalam tentang kondisi geologi di area dimana fasilitas publik akan didirikan,” ujar Imam yang pernah memperoleh penghargaan profesi tertinggi sebagai Ahli Kehormatan Bidang Geologi Teknik (Honorary Engineering Geologist) dari IAGI.

Kontribusinya dalam berbagai kegiatan pengembangan infrastrukstur besar nasional dan kegiatan mitigasi bencana geologi, telah mengantarkannya menjadi ahli geologi teknik yang sangat ternama, tidak saja di kalangan ahli geologi, ahli teknik sipil, ahli kebencanaan, namun juga di kalangan peneliti, pendidik dan juga khalayak luas.

Di bidang kebencanaan, julukan sebagai “pawang” longsoran pun disandangnya.  Dia juga telah meramu dan membuat beberapa peta risiko bencana geologi dalam skala nasional untuk pertama kalinya di Indonesia. Sebagai seseorang penerima sertifikat dosen profesional, kiprahnya di dunia pendidikan, penelitian, dan pengembangan institusinya pun tidak kalah signifikan. Atas kiprahnya, Penghargaan Bidang Pengajaran pun telah diberikan ITB kepadanya.

Pria asal Purworejo yang merupakan anak didik dari Profesor Sampurno ini memulai karir profesionalnya sebagai surveyor dalam sebuah proyek untuk penanganan longsoran di Ngarai Sianok Kota Bukit Tinggi, Sumatera Barat.  “Itu proyek pertama yang saya tangani karena diajak oleh Profesor Sampurno dan isunya adalah longsoran-longsoran sepanjang tebing Ngarai Sianok,” tutur Imam yang menyelesaikan S-2 di ITB dan S-3 di Kyushu University, Jepang dan berhasil menyandang gelar Dr. Eng. di bidang Earth Resources Engineering pada 2004.

Selain sebagai seorang dosen, banyak karyanya yang sudah disumbangkan kepada negeri ini.  Hampir semua proyek jembatan besar yang ada di Indonesia, rancangan dan proses konstruksinya telah melibatkan dirinya. Termasuk proyek jembatan Pulau Balang, yang menghubungkan Balikpapan dengan lokasi Ibu Kota Negara (IKN) baru di Penajam Paser Utara yang melintasi Teluk Balikpapan.

Selain proyek-proyek jembatan besar, ia juga ikut mengawal proyek konstruksi Lintas Rel Terpadu (LRT) Dukuh Atas dan LRT Cililitan. Lebih dari itu, Imam juga telah diminta Kementerian PUPR untuk mengawal berbagai proyek terowongan jalan maupun kereta. Termasuk terowongan Tol Cileunyi Sumedang Dawuan (Cisumdawu) di Jawa Barat, yang merupakan terowongan tol pertama dan terpanjang di Indonesia saat ini, terowongan Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta fase pertama maupun fase kedua, serta 11 (sebelas) terowongan proyek kereta cepat Jakarta – Bandung. “Minggu lalu kita juga baru membahas mengenai MRT fase kedua untuk terowongan berikutnya, antara Bundaran HI dan jalan Thamrin, yang panjangnya hampir dua kilometer. Saya memang salah satu orang yang selalu mendampingi dalam pelaksanaan proyek infrastruktur nasional yang besar-besar,” ucapnya.

Terkini, Imam juga telah diminta Kementerian PUPR kembali untuk menjadi salah satu tim panel ahli (expert panel) untuk 6 (enam) proyek bendungan super besar, yaitu Bendungan Rukoh di Aceh; Bendungan Tiga Dihaji di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, Sumatra Selatan; Bendungan Bener di Purworejo, Jawa Tengah; Bendungan Karraloe dan Pamukkulu, di Sulawesi Selatan; serta Bendungan Bulango Ulu di Gorontalo.

Ke depan, Imam ingin memperjuangkan agar asosiasi profesi geologi Indonesia atau IAGI bisa menjadi rumah untuk untuk seluruh geolog Indonesia. IAGI juga akan menjadi hub dan wadah sinergisasi seluruh pemangku kepentingan kegeologian. Dengan demikian, seluruh komponen di IAGI bisa bergerak bersama, menghimpun seluruh kekuatan, dan mewujudkan peran geolog Indonesia yang sangat sentral secara nasional, bersama-sama dengan seluruh entitas baik profesional, pemerintah, konsultan, akademisi, dan berbagai entitas lainnya. Indonesia dengan seluruh keanekaragaman sumber daya geologi menjadi modal utama bagi seluruh geolog Indonesia untuk bisa berkarya secara profesional, kompeten, dan bereputasi. IAGI diharapkan dapat terus mengembangkan program-program yang saat ini telah berjalan baik, salah satunya adalah “Satu Pengurus Daerah (Pengda), Satu Geowisata”.

Hal lainnya adalah mengingat betapa pentingnya peran geologi dalam pembangunan nasional, termasuk pembangunan kota dan infrastruktur publik, termasuk dalam pengembangan geowisata, diharapkan ke depan Indonesia akan memiliki undang-undang khusus yang mengatur peran dan fungsi strategis geologi dalam menunjang pembangunan. “Ke depan, kita akan usahakan Undang – Undang Kegeologian sebagaimana yang ada di Amerika atau negara lainya,” ujar Imam. Geologi sangat luas cakupannya dan lintas sektoral. Bahkan, perkembangan pembangunan kota dan perubahan iklim yang semakin cepat, membutuhkan pembangunan infrastruktur yang bisa menjamin keamanan dan kenyamanan warganya. Itu semua tentunya sangat membutuhkan keterlibatan geologi.(Carles)

Previous articleKKB Kembali Berulah, Tembak 2 Warga Papua di Ilaga
Next articleLaksanakan Wasdal, Sahli Pangdam I/Bukit Barisan Kunjungi Satgas Pamtas Yonif 125/Simbisa