Home Berita Gara-Gara Kuliti Ida Dayak, Ratusan Pasukan Merah datangani Pesulap Merah di Jakarta,...

Gara-Gara Kuliti Ida Dayak, Ratusan Pasukan Merah datangani Pesulap Merah di Jakarta, Apa Benar?

Jakarta, Sumbawanews.com. – Kedatangan Pasukan Merah dari Kalimantan di Jakarta yang disebut ingin temui Pesulap Merah ternyata hoaks.

Informasi hoaks tersebut muncul imbas aksi Pesulap Merah alias Marcel Radhival yang menguliti trik pengobatan yang dipakai oleh Ida Dayak.

Dalam video yang beredar menyampaikan, jika Pasukan Merah tersebut datang jauh-jauh ke Jakarta hanya untuk bertemu langsung dengan Marcel Radhival. Video kedatangan pasukan merah itu satu di antaranya diunggah oleh akun di Tiktok @jendelarakyat pada hari Selasa (11/4/2023).

Baca juga: Siapa Ida Dayak? Bukan Suku Dayak, Ternyata Asli Sasak Lombok NTB

Dalam video itu dinarasikan bahwa pasukan merah telah tiba di Jakarta untuk memenuhi panggilan Pesulap Merah yang diklaim sempat menantang Suku Dayak.

Unggahan itu dilengkapi dengan keterangan bahwa pasukan merah memenuhi tantangan Marcel untuk bertemu secara langsung. Meski begitu, kabar tersebut rupanya hanyalah hoax alias tidak benar.

Baca juga: Pesulap Merah: Ida Dayak Ahli Pijat Tulang Pada Umumnya

Sebab, video pasukan merah itu rupanya video lama yang diambil saat Presiden Jokowi mengunjungi Kota Pontianak, Kalimantan Barat pada November 2022 lalu. Dalam kesempatan itu, Jokowi berkesempatan melakukan temu akbar bersmaa pasukan merah yang di gelar di Rumah Radakng Pontianak.

Sementara dari akun Tiktok @prajuritborneo juga menjelaskan bahwa video terkait kedatangan Pasukan Merah hanyalah hoax.

Dalam narasi video itu dijelaskan bahwa tidak ada pasukan merah yang tiba di Jakarta untuk menyelesaikan kasus dengan Pesulap Merah.

Baca juga: Viral! Minyak Bintang Ida Dayak: Pengobatan Alternatif, Mengapa Diminati?

Sebagai informasi bahwa Pesulap Merah juga sempat melakukan klarifikasi bahwa dirinya tidak pernah menantang Suku Dayak ataupun Kalimantan. Ia juga menjelaskan bahwa permasalahannya dengan warga Dayak yang sempat menginginkan bertemu sudah selesai.

Mengenal Pasukan Merah

Pasukan Merah bernama Tariu Borneo Bangkule Rajakng atau TBBR adalah salah satu pasukan paling disegani di Suku Dayak. Pasukan Merah saat ini dipimpin Panglima Jilah atau Pangalangok Jilah. Nama aslinya adalah Agustinus Jilah.

Nama Pasukan Merah ini sempat ramai dibahas karena sikap tegasnya meminta polisi menindaklanjuti kasus Edy Mulyadi. Pernyataan Edi Mulyadi menyebut Kalimantan sebagai tempat jin buang anak membuat Pasukan Merah marah.

Berikut sejumlah fakta dari Pasukan Merah Dayak:

Peranan utama Pasukan Merah dalah membela hak masyarakat adat serta mempertahankan adat istiadat yang mulai tergerus zaman.

Organisasi itu juga memiliki kemampuan berhubungan dengan leluhur suku Dayak yang tidak bisa dilihat secara kasat mata Pasukan merah tersohor sebagai salah satu pasukan elite yang mendiami Suku Dayak.

Pasukan yang baru terbentuk ini mendapat banyak antusias dari warga setempat, hingga keanggotaannya mencapai lebih dari 15.000 ribu orang. Mereka merupakan pemuda Dayak yang setia kepada Pancasila dan NKRI, serta antiradikalisme.

Usai resmi terdaftar, calon anggota akan mengikuti ritual pembersihan. Mereka akan dimandikan pengurus yang memang memiliki kemampuan di bidang spiritual, kerap disebut Mangku dan Ulu Balang. Ritual pemandian dilakukan di hutan belantara, biasanya berada di tempat yang dikeramatkan dan dianggap angker.

Anggota Pasukan Merah TBBR kebanyakan memiliki kelebihan dan kekuatan magis, seperti kekuatan dan kekebalan. Mereka mendapatkan kekuatan dan kekebalan itu tidak sembarangan.

Kekuatan tersebut dipercaya dari Tuhan Yang Maha Kuasa serta leluhur Suku Dayak yang dipercaya masih hidup, namun kasat mata.

Selain itu, ada hal lain berkaitan dengan kemampuan magis mereka.Sejumlah daging hewan, seperti menjangan, sapi, kerbau, ular, dan anjing menjadi pantangan wajib.

Enam Rumpun Suku Dayak

Suku Dayak memiliki enam rumpun besar di Kalimantan. Mereka adalah Apokayan, Klemantan, Ot Danum Ngaju, Murut, Klemantan, dan Iban, dikutip dari Gramedia.

Selain sejarah yang panjang, suku Dayak memiliki berbagai upacara adat di antaranya Mamat dan Kancet Hudoq (tari topeng).

Berikut ini dua tradisi suku Dayak, dikutip dari laman Kebudayaan Kemdikbud.

Upacara Adat Mamat

Mamat adalah upacara adat paling sakral dalam sejarah Dayak Kenyah.

Mamat merupakan upacara kemenangan, kejayaan dan pemantapan keberanian pria sebagai prajurit perang serta menolak roh jahat.

Upacara ini dilakukan dibawah tugu Belawing. Tugu Belawing biasanya berukir dan terdapat patung burung enggang yang sedang mengibaskan sayapnya di pucuk tugu.

Burung ini sebagai lambang kedamaian dan kemenangan dalam peperangan. Acara Mamat dilaksanakan jika suku Kenyah menang dalam perang dan membawa beberapa kepala musuh.

Sehingga, upacara ini juga sebagai penghormatan pada prajurit sebagai pilar pertahanan garis depan (Panyit nyipe).

Suku Dayak yang menang dalam perang kemudian membawa tengkorak kepala musuh untuk disimpan di lamin Bio (rumah besar) yang didiami oleh raja (Paren) atau kepala suku/Kepala adat besar.

Tengkorak ini digantungkan di serambi dengan di atas tungku api Kepala Adat dan tidak boleh diturunkan atau dipindahkan ke luar rumah Kepala Adat karena dianggap sebagai asset sehingga harus dijaga dengan baik.

Karena sangat sakral, upacara adat ini penuh dengan pantangan. Bagi yang melanggar akan mendapat bencana baik yang bersangkutan maupun bagi kelompoknya.

Kancet Hudoq (Tari Topeng)

Suku Dayak memiliki kebudayaan khasnya, yaitu tari topeng atau yang biasa disebut Kancer Hudoq. Kancet Hudoq biasanya dimainkan oleh perempuan yang sudah berumur rata-rata di atas 50 tahun.

Setiap penari memakai topeng (hudoq) yang terbuat dari manik, diiringi musik jatung. Tujuan dari tari ini adalah untuk menolak bala yang mungkin terjadi di desa. (sn03)

Previous articleRamadan Berbagi, Rachmat Hidayat bagikan 250 Paket Sembako di Kawasan Desa Sekaroh – Lombok Timur
Next articlePanglima TNI : Pengakuan Publik Terhadap TNI Jauh Lebih Penting Dari Pada Hanya Sekedar Pencitraan
Kami adalah Jurnalis Jaringan Sumbawanews, individu idealis yang ingin membangun jurnalistik sehat berdasarkan UU No.40 Tahun 1999 tentang PERS, dan UU No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi. Dalam menjalankan Tugas Jurnalistik, kami sangat menjunjung tinggi kaidah dan Kode Etik Jurnalistik, dengan Ethos Kerja, Koordinasi, Investigasi, dan Verifikasi sebelum mempublikasikan suatu artikel, opini, dan berita, sehingga menjadi suatu informasi yang akurat, baik dalam penulisan kata, maupun penggunaan tatabahasa.