Jakarta, SumbawaNews.com.- Film dokumenter yang menceritakan perjuangan sang ayah mengantarkan Harsa Perdana (23), anak seorang nelayan di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), meraih berbagai penghargaan di tingkat nasional dan internasional.
Mahasiswa tingkat akhir ilmu komunikasi Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) ini menyabet peringkat kedua dalam ajang Eagle Award Documentary Competition (EADC) 2022, film dokumenter pendek terbaik dalam Festival Film Indonesia (FFI) 2023, dan Arctic Open Film Festival Rusia 2023.
Kehidupan nelayan di Sumbawa Harsa mengungkapkan, film dokumenter Sang Punggawa Laut Sumbawa yang dibuat bersama timnya bercerita tentang perjuangan nelayan di Sumbawa, NTB. Film tersebut menggambarkan kisah hidup seorang nelayan di Desa Pelabuhan Sangoro, Kecamatan Maronge, Kabupaten Sumbawa.
“Film Sang Punggawa Laut cukup personal bagi saya karena mengangkat tema keluarga nelayan tradisional, karena saya adalah anak nelayan. Saya tahu bagaimana tantangan nelayan hari ini dan seterusnya,” kata Harsa dikutip Sumbawanews dari Kompas.com, Jumat (19/7).
Harsa menjadikan ayah kandungnya sebagai tokoh utama. Film bercerita tentang seorang nelayan yang menggunakan teknologi pendeteksi ikan di lautan untuk memperbanyak hasil tangkapan.
Nelayan, kata dia, sangat terdampak perubahan iklim yang tak menentu. Mereka sering kesulitan mendapatkan ikan, bahkan nelayan harus menghabiskan lebih banyak bahan bakar untuk mencari tangkapan.
“Selain mengangkat cerita tentang nelayan yang menyadari pentingnya menggunakan teknologi dalam memperbanyak hasil tangkapan,” jelas dia.
Pekerja migran Film ini juga membahas tentang banyaknya pekerja migran yang berasal dari Sumbawa.
“Banyak warga di desa saya yang harus ke luar negeri menjadi PMI karena permasalahan ekonomi yang salah satunya disebabkan oleh hasil tangkapan ikannya berkurang,” papar Harsa.
Harsa menceritakan pengalaman jatuh bangun menjadi sutradara film di usia yang terbilang masih muda. Ia mulai belajar produksi film saat mengerjakan berbagai tugas di mata kuliah sinematografi di UTS.
Harsa juga sempat ingin berputus asa karena minim dukungan dari pemerintah daerah. Namun, bagaimanapun tantangannya, sebagai generasi muda ia berusaha mencari solusi untuk menyebarkan kecintaan terhadap film di kalangan gen Z.
“Dengan adanya film ini, saya melihat minat anak-anak muda di Sumbawa untuk membuat film mulai tumbuh lagi,” ujarnya.
Sekda Sumbawa, Budi Prasetyo, mendukung sineas muda Sumbawa untuk terus memproduksi film yang bermutu. Menurutnya, harus ada kolaborasi lintas sektor untuk mendukung bakat anak muda Sumbawa.
“Kami terus mendukung. Saya pikir ini membangun budaya dan memberi ide bagi generasi muda untuk terus bergerak. Kita harus punya forum yang lebih serius dan konkret. Insya Allah secepatnya kita akan mengumpulkan semua sineas muda untuk membawa begitu banyak potensi yang dimiliki Sumbawa melalui karya film,” ujarnya (SN03/Kompas)