SAMPAH JADI ISI DOMPET, BAGAIMANA?!
Oleh : NETY SULASTRI
Sumbawa – Dilihat dari banyaknya sampah yang ada di Indonesia yang tidaklah sedikit tentu kita sebagai WNI khawatir dibuatnya, karena bagaimana dan akan seperti apa Indonesia kedepannya jika sampah yang ada saja belum bisa ditangani dengan cara yang tepat.
Dilansir dari indonesia.go.id pertahun 2019 sampah di Indonesia mencapai 63 juta ton, dan di Kabupaten Sumbawa baru dapat menangani 17,35% dari total 535.184,90 m³ sampah yang ada.
Sampah tergolong dalam dua jenis yaitu sampah organik dan anorganik. Sampah organik ialah sampah yang dapat diolah kembali untuk digunakan oleh masyarakat. Misalnya dalam pembuatan pupuk kompos. Sampah anorganik ialah sampah yang sulit dicerna sehinga membutuhkan suatu ide kreatif untuk bisa memanfaatkan sampah plastik tersebut menjadi produk yang bernilai.
Dari sekian banyak sampah, sampah plastik masih menduduki peringkat teratas dalam pencemaran alam. Dari permasalahan inilah kelompok C-Satu KKL-TEMATIK Universitas Samawa memutar otak akan seperti apa mereka mendaur ulang sampah yang ada agar memiliki nilai kembali, dan akan jauh lebih baik jika nilai yang didapat adalah nilai ekonomi.
Untuk memulainya, kami berkeliling di daerah sekitar posko yang bertempat di Fakultas Hukum UNSA tepatnya di Jl. Yos Sudarso, kami mencari dan memilah sampah seperti apa yang sekiranya kami butuhkan.
Di daerah pemukiman memang tidak banyak sampah kami temukan paling tidak hanya sampah daun dan tanaman yang kurang terawat, namun dibeberapa bagian yang tidak berpenghuni malah berserakan botol plastik bekas dan banyak sampah lainnya. Bahkan di gang jalan yang seharusnya bersih dari sampah pun banyak kami temukan botol kaca bekas minuman yang sepertinya dibuang dengan sengaja di sana.
Dengan adanya kreativitas ini, dapat membantu mengurangi sampah plastik yang berserahkan di setiap sudut di sekitar posko Fakultas Hukum sehingga lokasi ini bebas dari sampah plastik dan botol plastik.
Kemudian dari sini akhirnya kami memutuskan untuk membuat vas dan bunga imitasi dari sampah botol kaca dan kantong plastik, alasanya tentu tidak lain karena kami bisa membatasi pengeluaran namun dapat memaksimalkan pembuatan dan semoga memaksimalkan penghasilan. Ada beberapa langkah yang perlu kami lakukan seperti, pertama tentunya membersihkan sampah terlebih dahulu agar terbebas dari virus dan bakteri yang tidak diinginkan, kedua pengecatan warna dasar untuk botol kaca yang nantinya akan menjadi vas dan pembuatan pola dasar untuk bunga imitasi, pada tahapan ketiga pemberian acak corak untuk vas bunga serta perangkaian kelopak tangkai dan daun bunga.
Hingga di tahap akhir kami berinisiatif mengisi vas bunganya dengan ampas kopi yang di percaya dapat meminimalisir aroma tidak sedap, agar selain memberi nilai ekonomis dan estetik vas dan bunga juga memberi nilai kesehatan.
Namun karena saat ini kita tengah berada di masa adaptasi kebiasaan baru tentu akan sedikit kesukaran dalam pemasaran secara ofline, tapi hal ini tak jadi kendala yang cukup besar karena di era 4.0 di mana segala sesuatu menjadi lebih mudah dan lebih praktis secara online membuat kami memutuskan melakukan penjualan secara online di media sosial kami masing-masing. Penjualan seperti ini juga sebenarnya sangat mempermudah kami berintearaksi dengan calon pembeli tanpa berlama-lama bertatap muka, yang dimasa pandemi ini sangat tidak di anjurkan.
Untuk harga per item kami hanya mematok harga kisaran Rp. 7.000,00- Rp. 15.000,00 per item, dan dalam sehari kami dapat memproduksi 5-10 item.
Kegiatan seperti ini memang sudah banyak kita jumpai namun setidaknya kami berharap dari kegiatan ini kami bisa menambah sedikit penghasilan dan menginspirasi kembali orang-orang untuk tetap produktif ditengah pandemi, serta sedikit mengurangi sampah yang ada.