Kelompok diskusi “Diaspora P Sumbawa” mendesak Bupati Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) Musyafirin menyiapkan blue print atau peta jalan, transformasi dari ketergantungan pada tambang kepada sektor terbarukan; pertanian, peternakan, perikanan. Tanpa itu, bila tambang habis, KSB dan Kabupaten Sumbawa (KS) akan menjadi kota hantu
Hal ini mengemuka dalam diskusi dan silaturrahmi Bupati KSB, di kediaman Tokoh dan pendiri KSB Amir Jawas. Acara yang sama dua hari sebelumnya di kediaman Prof. Dien Syamsuddin Pondok labu Jakarta, diskusi dianggap belum maksimal. Karena itu kembali Musyafirin melayani permintaan Diaspora.
Desakan ini setelah melihat gambaran selama 24 tahun, sejak PT Nemont Nusa Tenggara (NNT) kemudian berganti kepemilikan menjadi PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) beroperasi, perusahaan tambang terbesar kedua di Indonesia itu tidak mampu memberikan dampak yang berarti pada pengembangan sumber daya terbarukan, seperti pertanian, peternakan, perikanan, dll. UKM dan pengusaha lokal tidak banyak berkembang.

Indikator tidak berkembangnya ekonomi lokal, adalah tingkat pengangguran masih tinggi, 4000 jiwa dari total penduduk 150 ribu jiwa, masih terdapat kemiskinan 12,95 % atau 21,77 jiwa. UKM dan pengusaha lokal tidak berkembang. Bila tanpa tambang lagi, dapat dibayangkan kabupaten yang berdiri 2004 tersebut akan drop lunglai tanpa sektor andalan lain.
Pada kesempatan tersebut, Musyafirin dan Senior Manager External Relations AMNT yang ikut hadir mengajak kelompok diskusi Diaspora P Sumbawa, serius memberikan masukan dalam upaya menyiapkan konsep transformasi tersebut. Sehingga ke depan secara bersama-sama dapat disiskusikan secara lebih intens.
Peta jalan yang dimaksud adalah sejumlah program strategis perusahaan baik dalam kaitan realisasi belanja Corporate Social Responsibility (CSR) maupun efek dari pengadaan barang dan jasa perusahaan sehingga local content terus bertambah dan perputaran uang jauh lebih besar dan lebih lama di daerah tersebut. Efeknya sudah pasti kepada pertumbuhan ekonomi selanjutnya terbukanya lapangan kerja.
Kendatipun terkesan terlambat, setidaknya sudah ada upaya untuk itu guna mengantsipasi “kutukan”tambang” yang popular sebagai sebutan lain dari “tikus mati di lumbung padi”. Ketergantungan pada tambang sementara sektor lain tak bergerak juga disebut sebagai penyakit Belanda (ducth disease).
Itulah yang terjadi selama ini, uang besar nyaris tidak “mampir” dan berputar di daerah langsung terbang ke luar pulau untuk belanja berbagai keperluan barang dan jasa serta belanja modal dan belanja operasional perusahaan, atau yang biasa disebut sebagai fenomena kebocoran regional (regional leakeges).
Kabupaten Sumbawa, wilayah di mana Blok Elang dan Dodo, berikutnya milik AMNT segera digarap, hendaknya dapat ambil pengalaman berharga dari KSB. KS bisa lebih awal untuk menyusun peta jalan, transformasikan kepada SDA terbarukan. Itu pun jika mau. (Mada Gandhi).