Home Berita Tekan Gizi Buruk, Aisyiyah Cirebon perkuat Rumah Gizi di 6 Desa

Tekan Gizi Buruk, Aisyiyah Cirebon perkuat Rumah Gizi di 6 Desa

Cirebon, Sumbawanews.com.- Persoalan tingginya kasus gizi buruk di kabupaten Cirebon menjadi concern banyak pihak. Termasuk Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) kabupaten Cirebon, merasa prihatin atas peningkatan kasus gizi buruk di wilayahnya dari tahun ke tahun.

Betapa tidak. Data yang dirilis Dinas Kesehatan kabupaten Cirebon selama tiga tahun terakhir, menunjukkan peningkatan tajam kasus gizi buruk dari tahun ke tahun. Jika pada 2016 ditemukan 225 kasus gizi buruk, di tahun 2017 jumlahnya meningkat menjadi 233 kasus. Dan pada tahun 2018 terdapat peningkatan gizi buruk menjadi 306 kasus.

Terhadap kondisi ini, Sri Ratna Istiqomah, Wakil Ketua PDA kabupaten Cirebon, menegaskan dukungan Aisyiyah kepada pemerintah kabupaten (pemkab) Cirebon untuk menekan angka gizi buruk.

Dukungan yang diberikan dalam bentuk mendirikan Rumah Gizi di 6 desa di kabupaten Cirebon, yakni di desa Sampiran, desa Kubang, desa Tenjomaya, desa Damarguna, desa Ambulu, dan desa Mulyasari.

“Kegiatan yang kami lakukan di Rumah Gizi tersebut mulai dari konseling ASI, praktek membuat makanan sehat untuk bayi dan balita, serta mendukung program pemerintah perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),” kata Sri Ratna usai acara Sosialisasi Gerakan Aisyiyah Sehat (Grass) di desa Sampiran, kecamatan Talun, kabupaten Cirebon, sabtu, (07/09/2019).

Selain itu, PDA kabupaten Cirebon juga aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat di akar rumput terkait bahaya pemberian Susu Kental Manis (SKM) kepada bayi dan balita.

Sosialisasi yang dilakukan, tambah Sri Ratna, dilakukan melalui pertemuan rutin yang diadakan setiap bulan, di masing-masing lima titik atau blok, di setiap desa tersebut.

“Edukasi atau sosialisasi terkait dampak konsumsi SKM bagi anak dan balita menjadi salah satu materi yang kami sampaikan dalam pertemuan rutin bulanan. Ini kami lakukan untuk menegaskan kepada masyarakat bahwa SKM bukan susu, melainkan produk pendamping makanan yang dikonsumsi sebagai topping,” tegas Sri Ratna.

Ia menambahkan, masih banyak warga yang memiliki persepsi salah bahwa SKM adalah susu, padahal kandungan susu dalam SKM sangat sedikit.

“Justru kandungan yang paling banyak dalam SKM adalah gula. Jumlah kandungan gula ini mencapai hampir 70 persen. Karena itu sangat berbahaya bila orang tua memberikan SKM kepada bayi dan balita mereka sebagai pengganti susu,” tambahnya.

Diah Lestari Budiarti, Majelis Kesehatan PP Aisyiyah

Sementara itu, Diah Lestari Budiarti, Majelis Kesehatan PP Aisyiyah sangat mengapresiasi inisiatif PDA kabupaten Cirebon dalam mendirikan Rumah Gizi dan memobilisasi kelompoknya.

“Ini bukti bahwa inisiatif PDA Cirebon sangat baik dalam mendukung pemda kabupaten Cirebon menurunkan angka gizi buruk dan stunting di wilayahnya. Harapan saya, langkah ini akan dilakukan pula oleh PWA dan PDA di berbagai daerah lainnya di Indonesia,” kata Diah yang ditemui di acara yang Sama.

Ia juga mengapresiasi lembaga YAICI yang telah bekerja sama dengan Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah Aisyiyah dalam mengedukasi bahaya konsumsi SKM bagi bayi dan balita.

“Pesan yang selalu disampaikan Yaici agar orang tua cerdas dan bijak dalam memberikan SKM kepada putra putrinya. Karena konsumsi SKM yang berlebihan bisa menjadikan anak obesitas dan menderita diabetes. Serta berpotensi menjadikan anak kurang gizi karena dia tidak mendapatkan protein melainkan hanya mendapat gula,” pungkas Diah.(sn01)

Previous articleKetum Dharma Pertiwi Wisata Kejuangan Bersama Putra-Putri Prajurit TNI
Next articleDinkes Cirebon Tegaskan SKM Bukan Susu
Kami adalah Jurnalis Jaringan Sumbawanews, individu idealis yang ingin membangun jurnalistik sehat berdasarkan UU No.40 Tahun 1999 tentang PERS, dan UU No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi. Dalam menjalankan Tugas Jurnalistik, kami sangat menjunjung tinggi kaidah dan Kode Etik Jurnalistik, dengan Ethos Kerja, Koordinasi, Investigasi, dan Verifikasi sebelum mempublikasikan suatu artikel, opini, dan berita, sehingga menjadi suatu informasi yang akurat, baik dalam penulisan kata, maupun penggunaan tatabahasa.