Home Berita SEJARAH PERANG KERAJAAN TALIWANG KESULTANAN SUMBAWA DINASTI BANI ABBASIYAH

SEJARAH PERANG KERAJAAN TALIWANG KESULTANAN SUMBAWA DINASTI BANI ABBASIYAH

SEJARAH PERANG KERAJAAN TALIWANG KESULTANAN SUMBAWA DINASTI BANI ABBASIYAH :

Dalam sejarahnya di Pulau Sumbawa sampai dengan 1908, termaktub ada 2 Kerajaan Besar, yakni Taliwang dan Bima.

Documen Belanda 1908 menyebut satu istilah West Soembawa en Oost Soembawa, Taliwang en Bima. Twee Grote Koninkrijken op Het Eiland Soembawa.

1. 26 Maret – 11 April 1908 Perang Kerajaan Taliwang Kesultanan Sumbawa vs Belanda.
Note. Wazir/Perdana Menteri Kerajaan Taliwang Kesultanan Sumbawa Sayyid Muhammad Unru Ibnu Sayyid Muhammad Saleh (Lalu Unru bin Lalu Alleh) Syahid bersama istri dan 3 anaknya.
Note : Koran Belanda menyebut Taliwang Met Zelfbestuur Soembawa (Pemerintahan sendiri di Soembawa)

2. 1908-1942 Pemerintahan Belanda di Taliwang dan Tana Sumbawa.
Note : Pengangkatan Demang Belanda 1930 dan Bukti Stamp Penjualan Tanah 1938 menggunakan Stamp Belanda.

3.1942-1945 Pemerintahan Jepang.

4. 1945 Merdeka.
Note : 29 Mei 1945 – nama Taliwang disebut dalam Pemaparan Muh Yamin di Sidang Pertama BPUPKI.

5. 1946-1950 Negara Indonesia Timur-NIT (Boneka Belanda)

6. 1950 NKRI.
Note : Tidak ada satupun Bukti Empirik penyerahan Kekuasaan Taliwang kepada NKRI.

7. 2016 Eksist Kembali Kerajaan Taliwang Kesultanan Sumbawa DinastI Bani Abbasiyah dalam Acara Silaturrahmi Keluarga Besar Raja Taliwang Sultan Sumbawa dengan Raja Gowa Tallo.
Note : Kawin Mawin antara Raja Taliwang Sultan Sumbawa dengan trah Kerajaan Gowa Tallo.

Raja Taliwang Sultan Sumbawa Dinasti Bani Abbasiyah

Muhammad Sahril Amin
Paduka Sri Sultan Muhammad Kaharuddin III.

Previous articleJadi Media Pengertian Antarbangsa, Indonesia-Thailand Perkuat Kerja sama Budaya
Next articlePENOBATAN RAJA TALIWANG SULTAN SUMBAWA DINASTI.BANI ABBASIYAH PADA SABTU 26 MARET 2022
Kami adalah Jurnalis Jaringan Sumbawanews, individu idealis yang ingin membangun jurnalistik sehat berdasarkan UU No.40 Tahun 1999 tentang PERS, dan UU No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi. Dalam menjalankan Tugas Jurnalistik, kami sangat menjunjung tinggi kaidah dan Kode Etik Jurnalistik, dengan Ethos Kerja, Koordinasi, Investigasi, dan Verifikasi sebelum mempublikasikan suatu artikel, opini, dan berita, sehingga menjadi suatu informasi yang akurat, baik dalam penulisan kata, maupun penggunaan tatabahasa.