Sumbawa Besar, Sumbawanews.com – Direktur Rumah Sakit Manambai Abdul Kadir (RSMA), dr.Arindra Kurniawan mengatakan, saat ini tengah mengupayakan untuk mendapatkan pasokan oksigen tambahan dari luar NTB. Sebab, jumlah oksigen yang mampu diproduksi sendiri oleh RSMA maupun suplay dari Pulau Lombok masih dianggap kurang.
“Kami sekarang sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk bisa dapat suplay oksigen. Mudah-mudahan bisa dapat di Surabaya,” kata dia di ruang kerjanya Rabu (04/08).
Disebutkan, per hari Rabu (04/08), RSMA masih memiliki persediaan sebanyak 27 tabung oksigen. “Untuk hari ini, ada 27 tabung oksigen yang stok kami yang ready untuk kita gunakan. Ini kalau kita lihat trennya pasien yang ada, kami ini merawat rata-rata pasien sedang dan berat. Otomatis kebutuhan oksigennya menjadi lebih besar. Dengan (jumlah) tabung 27 itu, masih belum mencukupi untuk siklus suplay tabung berikutnya. Biasanya kami mengalami kendala, diujung-ujung waktu dimana tabung berikutnya belum datang. Kalau sudah datang otomatis suplay teratasi,” ujarnya.

Diungkapkan, kebutuhan oksigen pasien covid-19 beragam, tergantung dengan kondisi masing-masing pasien. Seperti pasien dengan kondisi sedang, membutuhkan antara 3 hingga 4 tabung oksigen per hari, per pasien. Sedangkan pasien dengan kondisi berat, membutuhkan antara 10 hingga 15 tabung oksigen per hari, per pasien.
“Angka 27 ini, jangan disamakan dengan jumlah pasien. Satu pasien itu ada macam-macam (jumlah kebutuhan). Kondisi sedang, ada 3 tabung, 4 tabung dalam sehari. Kalau kondisi berat, bisa 10 sampai 15 tabung dalam satu hari, per satu pasien. Jadi 27 jangan dianggap cukup. Memang pemahaman kita (Diluar) beda-beda. Misalnya pasiennya ada 20 terus tabungnya 27, terus dianggap cukup, belum tentu. Karena kondisi berbeda, kebutuhan pasien berbeda,” jelasnya.
Disebutkan, RSMA mendapat suplay oksigen sebanyak 40 tabung per hari, dan kemampuan produksi mesin di RSMA sebanyak 30 tabung per hari, selama 24 jam. Dan kondisi kritis biasanya dialami pada saat oksigen yang tersedia akan habis dan suplay belum tiba.
“Jadi tidak secara langsung, brek langsung jadi, tidak. jadi selama 24 jam mesin itu bekerja, produksi sebanyak 30 tabung secara bertahap. Kondisi di lapangan, karena pasien tambah banyak dan rata-rata dan berat, kita pasti ada mengalami titik-titik kritis oksigen. Yang mulai habis diujung-ujung, akhir sebelum suplay dari Lombok datang. Itu ada masa-masa kritis. Nah itulah harapan kami, kalau bisa suplay dari Lombok itu ditambah,” ucapnya.
Dijelaskan, saat ini RSMA tengah membentuk tim untuk melakukan evaluasi penggunaan tabung oksigen, sebagai upaya efesiensi. “Kami berusaha untuk efesiensi penggunaan tabung. Jadi kami sedang membentuk tim untuk melakukan evaluasi penggunaan tabung, apakah sudah tepat, sesuai dengan kebutuhan pasien atau tidak,” ucapnya.
Sebab, kemampuan produksi oksigen oleh mesin yang ada di RSMA tidak dapat ditingkatkan, atau telah mencapai titik maksimal. “Produksi oksigen ini kan KSO, kami tidak bisa serta-merta mengupgrade alat yang ada. Kalau kita upgrade alat yang ada, itu kita sudah koordinasi, itu sama dengan mengganti alat yang ada. Diganti alatnya, ditambah bisa, kalau beli seperti alat yang ada itu sekitar Rp 5 Milliar,” katanya.
Ia berharap, agar masyarakat tetap mematuhi anjuran pemerintah untuk menerapkan protokol kesehatan, serta segera mendatangi fasilitas kesehatan apabila mengalami gejala yang mengarah ke covid-19. “kemudian disamping itu, kita tetap menghimbau masyarakat, kalau datang ke rumah sakit, harapanya jangan dalam kondisi berat baru datang. Prokesnya juga dijalankan. Karena sekarang semakin banyak pasiennya, semakin kita pusing mengatasinya,” imbuhnya.

Diketahui, di RSMA terdapat dua mesin yang dapat memproduksi oksigen. Selain mesin yang mampu memproduksi sebanyak 30 tabung oksigen perhari, juga terdapat mesin produksi dengan kapasitas 600 liter bantuan dari Kementerian Kesehatan tahun 2020. Dan oksigen hasil produksinya langsung disalurkan ke ruang IGD, untuk menyuplai satu pasien. (Using)