Home Berita Muhammadiyah Phobia! Meskipun Deras Kecaman, Profesor BRIN Thomas Djamaluddin tetap Memprovokasi

Muhammadiyah Phobia! Meskipun Deras Kecaman, Profesor BRIN Thomas Djamaluddin tetap Memprovokasi

Jakarta, Sumbawanews.com.- Meskipun kecaman berbagai pihak atas status Profesor Thomas Djalamuddin di FB yang berujung ancaman pembunuhan kepada warga Muhammadiyah oleh peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN, Andi Pangerang Hasanuddin tapi Profesor Thomas tetap berupaya membela diri dengan menggugah statemen baru di laman FB nya, Selasa (25/4/2023) kemarin.

Baca juga: Ibunya Dipecat dan Dipenjara, Anak Aiptu Rusmini Minta Keadilan Via Sosmed

baca juga: Muhammadiyahphobia! Profesor BRIN Thomas Djamaluddin Akhirnya Minta Maaf

Sebelumnya Profesor Thomas justru memancing perdebatan dengan statusnya di FB yang lebih cendrung anti terhadap kebijakan yang dikeluarkan Muhammadiyah. Dan beberapa tulisan pendek atau komentar Thomas yang lebih berbahaya karena cenderung merendahkan Muhammadiyah dan ormas atau umat Islam yang menunaikan shalat Id Fitri pada Jumat 1 Syawal 1444/21 April 2023. Selain sinis dan membabi buta, komentar dan respon si Thomas juga tidak mencerminkan ia sebagai seorang profesor yang mestinya beropini dengan basis ilmiah dan adab ilmuan.

Baca juga: Merasa Tidak Bersalah, Profesor BRIN Muhammadiyahphobia Thomas Djamaluddin Lakukan Klarifikasi

Baca juga: Peneliti BRIN Resmi di Laporkan Muhammadiyah Ke Polisi

“Ya. Sdh tidak taat keputusan pemerintah, eh masih minta difasilitasi tempat shalat Ied. Pemerintah pun memberi fasilitas”, tulis Thomas Djamaluddin pada sebuah komentar di akun media sosial Facebook miliknya.

Beberapa jam sebelum mengunggah permintaan maaf, Profesor Thomas justru masih mencoba membela diri dengan menyampaikan pandangan bebas berpendapat di medsos, “Beda hari raya rawan konflik di era medsos yg setiap orang bebas berpendapat tanpa memahami masalahnya. Ayolah intensifkan dialog utk mencapai titik temu kriteria. Beda hari raya bukan karena beda metode hisab dan rukyat, tetapi karena beda kriteria,” jelasnya.

Baca juga: Apa Karena Mahar? Masih Kabur, Kabar Sandiaga Resmi Gabung Partai Ka’;bah PPP

baca juga: Bermula dari Status Profesor Thomas Djamaluddin, Ancaman Pembunuhan Peneliti BRIN kepada Warga Muhammadiyah Viral

Unggahan ini juga disertai dengan narasi grafis yang bertuliskan “Beda hari raya itu jangan dianggap remeh ya, itu rawan konflik di era medsos yang setiap orang bebas berpendapat tanpa memahami masalahnya.”

Pada paragraf kedua, Thomas menulis Beda Idul Fitri terkait dengan wajib puasa (bagi yang masih berpuasa) dan haram puasa (bagi yang sudah berlebaran) juga beda Idul Adha terkait sunah puasa hari Arafah dan haram puasa.

Baca juga: Terkuak! Politisi PSI Pelaku Dargadu, Dahar Tiga Ngaku Dua

Dibagian akhirnya statemennya Thomas menulis “Ayolah semua pihak cari solusi titik temu. Perbedaan hari raya bukan kerane beda metode hisab dan rukyat. Perbedaan hari raya karena beda kriteria. Semestinya kriteria bisa didialogkan untuk mencapai titik temu antara pengamal hisan dan pengamal rukyat.

Sontak narasi pembelaan Thomas ini mendapat beragam tanggapan dari warganet diakun FB tersebut.

Baca juga: Akhirnya AP Hasanuddin di Sidang Majelis Etik ASN BRIN

baca juga: Gempar! Beredar Foto Ganjar Bertemu Gerombolan BuzzeRp

Baca juga: Tidak Kapok! Profesor Muhammadiyahphobia Thomas Djamaluddin Tetap Bikin Onar di FB

baca juga: Profesor Thomas dan AP Hasanuddin Linglung?

“Tidak minta maaf prof? Ini bahasa dialog kah? Masih ingatkah ayat QS 4:59? Ketika perbedaan terjadi, mestinya keputusan ulil amri yg ditaati. Hanya ego organisasi yg mengalihkan ulil amri sebatas pimpinan ormas. Kita apresiasi pd ormas yg kalendernya beberapa tahun berbeda dg kalender Pemerintah, karena beda kriteria. Namun pada sidang itsbat ormas tsb menyatakan ikut keputusan Pemerintah. Tentu tujuannya demi kesatuan ummat, sambil terus mendialogkan pembaruan kriteria bersama.
Ibadah saat Idul Fitri dan Idul Adha adalah ibadah masal. Mestinya itu jadi simbol kesatuan ummat,” tulis akun Syaharuddin Faisal.

baca juga: Terkait Shalat Jamaah Pria Campur Wanita, MUI sudah Endus Ajaran Sesat di Al-Zaytun Sejak 2002

Sementara akun Deni Nursamsi menilai narasi baru yang bangun Thomas tak lain dramatisasi, “Dramatisasi.. Malah Saya kira konflik hari raya itu dipicu sejak Prof dengan berani bilang bahwa kriteria yang digunakan Muhammadiyah itu USANG. Perbedaan hari raya itu terjadi jauh sebelum Prof menjadi pakar astronomi, bahkan sebelum Prof lahir. Tapi sejauh itu ummat baik2 saja.. Tidak pernah ada konflik yang menajam di tengah2 ummat gara2 perbedaan hari raya. Saya malah khawatir kepakaran Prof akan menjadi triger konflik tersebut. Saya percaya kepakaran Prof Thomas di bidang astronomi, tapi jelas Prof buruk dalam memahami dinamikanya pada tataran sosial keagamaan. Saya kira Prof perlu belajar kepada para Imam Mazhab bagaimana mereka terlibat dalam diskursus yang produktif dan tetap mengedepankan ukhwah. Prof sudah di puncak astronomi.. Mulailah belajar bijak !!,” papar Deni.

Baca juga: PB PDGI Mengecam Keras Tindakan Penganiyaan Terhadap Tenaga Medis di Lampung Barat

Tudingan provokasi juga datang dari akun Edi B Mulyana, “Mohon maaf prof. Karena ini bermula dari status-status Anda di medsos yang kurang dewasa dan cenderung memprovokasi. Perbedaan itu suatu keniscayaan prof, seharusnya Anda paham itu. Semua keyakinan beragama itu kan dilindungi undang-undang. Seharusnya panjenengan harus bersikap lebih dewasa. Mohon maaf lahir dan batin prof. 🙏,” tulis Edi.

Baca juga: Tolak Dukung Ganjar Karena Banyak Melanggar Syariat Islam, Pemuda Ka’bah: Kami Mendukung Anies Baswedan

Akun Endro Art mengingatkan agar Thomas lebih baik diam daripada banyak bicara, “Dah lah Prov…, Lebih baik diam daripada makin banyak bicara. Dari dulu sering beda hari raya aman aman saja. Ini banyak bicara makin memperuncing perbedaan. Bilangnya mau menyatukan, tapi ga sadar bikin perpecahan. Dah gitu ga mau mengakui sebagai probokator perpecahan, terlihat ga ada kata maaf….,” papar Endro. (sn02)

Baca juga: Arogansi Ilmuwan Thomas Djamaluddin

Baca juga: Akhirnya Profesor BRIN Muhammadiyahphobia Thomas akan Diperiksa Bareskrim Dalam Perkara Ujaran Kebencian

Baca juga: Terkait Ujaran Kebencian Kepada Muhammadiyah, PW Muhammadiyah Jatim: Proses Hukum Mesti Berjalan

Previous articleMengambil Hikmah dari Film Buya Hamka, Abdul Mu’ti Sampaikan Pujian: Penuh Inspirasi dan Keteladanan
Next articlePendekatan Humanis Satgas Yonif 143/TWEJ Dengarkan Suara Warga Perbatasan RI-PNG
Kami adalah Jurnalis Jaringan Sumbawanews, individu idealis yang ingin membangun jurnalistik sehat berdasarkan UU No.40 Tahun 1999 tentang PERS, dan UU No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi. Dalam menjalankan Tugas Jurnalistik, kami sangat menjunjung tinggi kaidah dan Kode Etik Jurnalistik, dengan Ethos Kerja, Koordinasi, Investigasi, dan Verifikasi sebelum mempublikasikan suatu artikel, opini, dan berita, sehingga menjadi suatu informasi yang akurat, baik dalam penulisan kata, maupun penggunaan tatabahasa.