
Jakarta, Sumbawanews.com.- Pembukaan lahan hutan secara ugal-ugalan oleh masyarakat yang dimanfaatkan untuk menanam komoditi jagung dianggap sebagai biang kerok makin sering dan meluasnya banjir di Pulau Sumbawa dalam beberapa tahun terakhir.
“Salah satu penyebab meluasnya banjir dalam beberapa tahun terakhir karena pembukaan lahan hutan yang semakin massif oleh masyarakat,” jelas KaDis LHK NTB, Julmansyah, S.Hut., M.A.P dalam Obrolan Santai Akhir Pekan Bruga Nijang melalui Zoom dengan topic Sumberdaya Air, Banjir dan Jasa-Jasa Lingkungan Kawasan Hutan, Sabtu 4 Februari 2023 malam.
Baca juga: KaDis LHK NTB: Kompensasi IPPKH Amman Mineral Harus di Geser ke Sumbawa
Dicontohkannya, di tahun 2020 luasan lahan pertanian pada kawasan hutan terbesar di Kabupaten Dompu seluas 31 ribu ha (53% dari total luas lahan pertanian pada kawasan hutan di tiga kabupaten), diikuti Kabupaten Bima seluas 25 ribu ha (44%) dan Kota Bima seluas 1.500 ha (3%).
Penanaman jagung tersebut dilakukan pada kemiringan lahan diatas 20% dengan sistim perakaran dangkal, akibatnya air permukaan yang mengalir tidak ada yang menahan dan permukaan lapisan atas (subur) tergerus dan terbawa air, “lahan ini maksimal akan produksi hanya 3 – 4 tahun, setelahnya akan tandus,” ungkap Jul.
Baca juga: Banjir Bandang di Kabupaten Sumbawa, 5 Kecamatan Ini Terdampak
Selain berpotensi menyebabkan tanah tandus dan rutinitas banjir, ternyata dampak lain dari ekploitasi tanaman jagung ini juga berakibat pada menurunnya kualitas air sungai pada beberapa wilayah.
“Rapid assessment parameter air Sungai di Dompu dan Bima, analisis variabel air pada wilayah sungai bagian tengah memperlihatkan kadar amonia di sungai bagian tengah Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima telah melewati ambang batas baku mutu air sungai kelas 3. Kandungan fosfat yang cukup tinggi, juga terdeteksi pada bagian tengah dari sungai yang terletak di sisi utara Kota Bima. Secara statistik, dinamika nilai amonia, fosfat, TDS, dan salinitas menjadi ciri yang membedakan sungai bagian tengah di Kabupaten Bima dengan utara Kota Bima dan Kabupaten Dompu,” papar Jul.
Baca juga: Kunjungi Korban Banjir, Ketua DPRD Ajak Para Dermawan Bantu Ringankan Nestapa
Untuk menghindari dampak negatif yang lebih besar lagi, Jul mendorong masyarakat memanfaatkan lahan dengan manfaat hutan berkelanjutan seperti menjadikan hasil hutan untuk Industri Pengolahan bambu, Industri Kayu Lapis, Industri Pengolahan Minyak Atsiri dan Industri Pakan Ternak.
“Masyarakat sebaiknya menanam bambu, menanam pohon yang cepat tumbuh untuk industri kayu lapis, tanaman atsiri dan tanaman pakan ternak,” terang Jul.
Selain itu pemanfaatan lahan kritis dengan menanam pohon akan mendatangkan manfaat wisata alam, “Trend pariwisata alam semakin meningkat dari tahun ke tahun karena memiliki daya ungkit besar dengan kerusakan lingkungan hidup minim,” jelasnya.
Dijelaskan NTB memiliki potensi Sumber Daya Alam dan Kehutanan yang lengkap, mulai dari Wilayah Perairan, Teresterial, Pegunungan dan Hutan, “NTB juga memiliki Kawasan Super Prioritas Pariwisata Mandalika dan diapit juga Labuan Bajo sebagai lokasi super prioritas,” pungkas Jul.(sn01)