Home Berita Apakah King Maker dan Bohir di Indonesia Sedang Ketar-ketir? 

Apakah King Maker dan Bohir di Indonesia Sedang Ketar-ketir? 

Oleh: Ayodya Glenardi

Dinamika politik di Tanah Air kita ini mendekati pemilu semakin seru dan lucu. Begitu pula dengan manuver Jokowi yang semakin mengarah kepada pembentukan tatanan kekuatan politik baru yang tidak dapat kita bayangkan pada 1-2 tahun lalu. Mari kita cermati.

Dalam keheningan, kita akan menyadari bahwa pemberkatan yang dilakukan terus menerus di planet Bumi dan Indonesia oleh Sang Avatar serta kolaborasinya bersama para penjaga bumi, telah membuat banyak keajaiban di dunia ini. Kita ingat di akhir tahun 2021, bagaimana pemerintah di banyak negara nyaris mewajibkan booster vaksin setiap 6 bulan, health passport, wajib masker, dan rencana seram lainnya. Rencana itu dapat dipatahkan pada tahun 2022 dan kita sekarang sudah merdeka dari plandemi tersebut.

Perjuangan berikutnya adalah membebaskan Indonesia dari belenggu sistem pemerintahan demokrasi pasar. Cita-cita luhur agar

Indonesia dapat kembali kepada demokrasi Pancasila, dan dapat membebaskan Indonesia dari neo Imperialism dalam berbagai bentuknya.

Realitanya, bagaimana kita dapat bermimpi untuk betul-betul bisa bebas merdeka dari kelonpok neokolim, the shadow, ketua partai, bohir lokal dan impor, jika siapapun Presidennya masih terbelenggu menjadi “petugas” partai, punya hutang yang luar biasa besar kepada para bohir dst. Sehingga pada ujungnya, siapapun Presiden yang terpilih, dia akan terbelenggu oleh berbagai kekuatan ini. Dia tidak akan mampu untuk memimpin Indonesia menuju kejayaan sejatinya. Oleh karena itu, perlu ada keajaiban di Bumi Nusantara untuk merubah tatanan politik yang tidak sehat ini.

Lalu, apakah yang dikerjakan oleh Jokowi akhir-akhir ini selaras? Kita melihat bagaimana orang dekatnya mundur dari jabatannya karena sakit, bagaiman dia dapat melepaskan dirinya dari jabatan “petugas” partai, bagaimana dia merestui anaknya menjadi cawapres, bagaimana dia dengam tegas dapat berkata “With me or without me”, dst. Sejauh yang bisa saya pahami, tindakan ini semua adalah selaras dan sesuai dengan rencana Ilahi itu sendiri. Dalam hal ini, Jokowi tidak bertindak berdasrkan ego dan ambisinya. Indonesia sedang dalam tahap awal konsolidasi kekuatan Presiden, sehingga pada akhirnya, Presiden dapat menjadi sosok dan lembaga yang merdeka, tidak terbelenggu oleh undang-undang, lawan politik, bohir dan king maker.

Peran kita dalam gerak semesta ini adalah mengupayakan Indonesia agar kembali kepada UUD 1945 yang asli, di mana UUD 1945 itu memberikan kekuasaan yang besar kepada lembaga Presiden.

Lalu apalagi yang bisa kita lakukan? Terus hening, dan jangan terjebak oleh penilaian yang berdasarkan prasangka. Prasangka adanya politik dinasti Jokowi, prasangka Jokowi tidak tahu diri, Jokowi antek bohir, dst. Seperti mas Guru SHD sering bilang, sebelum kita mengetahui kebenaran sejati, netral saja dulu. Banyak kekuatan yang tidak terbayangkan besarnya sedang bekerja demi keselarasan di Bumi Nusantara ini.

Akhir-akhir ini Mr. Jokowi sedang menerima hidayah, dapat mengikuti perintah dari Gusti, dan bertindak sesuai dengan gerak semesta itu sendiri.

Kita semua sedang berkolaborasi bersama untuk merombak tatanan kekuatan lama, menciptakan fondasi untuk Indonesia Baru yang benar benar merdeka dari segala bentuk penjajahan dan menyiapkan pemimpin yang benar benar mempunyai khidmat kebijaksanaan. Merdeka.(*)

Previous articlePM Yordania: Upaya Usir Warga Palestina Adalah Deklarasi Perang
Next articleTingkatkan Kompetensi Guru, UNSA Gelar Pelatihan
Kami adalah Jurnalis Jaringan Sumbawanews, individu idealis yang ingin membangun jurnalistik sehat berdasarkan UU No.40 Tahun 1999 tentang PERS, dan UU No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi. Dalam menjalankan Tugas Jurnalistik, kami sangat menjunjung tinggi kaidah dan Kode Etik Jurnalistik, dengan Ethos Kerja, Koordinasi, Investigasi, dan Verifikasi sebelum mempublikasikan suatu artikel, opini, dan berita, sehingga menjadi suatu informasi yang akurat, baik dalam penulisan kata, maupun penggunaan tatabahasa.