Home Berita Anies – Cak Imin, Koloborasi Dua Anak Ajaib

Anies – Cak Imin, Koloborasi Dua Anak Ajaib

Abu Thio, Kolumnis
Dewan Pembina Abri-1
Dunia politik dihebohkan dalam sekejab, media mainstream, media sosial, baik di kubu Anies, maupun di kubu sebelah, semua ramai, heboh, debat, ribut, emosi, semua tertumpah dalam semalam. Ada yang menurunkan baleho, ada yang keluar dari group, ada juga yang keluar dari relawan, tetapi ada juga yang santai-santai, menyimak dengan adem-ayem, dan memikirkan apa dibalik kejadian ini semua, sebagaimana yang dirasakan penulis saat ini. Semua berasumsi, bahwa Anies – Cak Imin adalah klimaks, dari perjalanan dan penantian panjang selama ini, baik perjalanan Anies dengan KPP-nya, juga perjalanan Cak Imin dengan KKIR-nya.
Siapa sesungguhnya designer dibalik semua ini? Sulit untuk dijelaskan, jika itu manusia, siapa dia, manusia mana yang bisa membolak-balikkan isi kepala orang-orang besar dan tersohor itu?. Jangan-jangan tangan Tuhan sedang bekerja, “wama karu wama karallah, wallahu khairul maakirin”, QS-Ali Imran: 54. Hai kalian-kalian yang sedang ribut, tengoklah surat di atas, lalu bersabarlah, ini semua akan berlalu, ini semua akan lewat, sebagaimana pengalaman masa lalu, rasanya sama pada saat Prabowo memilih Sandiaga Uno, padahal pendukungnya atau relawannya pengenya UAS. Juga dirasakan sama pada saat Jokowi memilih Ma’ruf Amin, padahal relawannya maunya Mahfud MD. Sekali lagi, bersabarlah, nanti hatimu akan dituntun oleh situasi dan kondisi, Prabowo-Sandiaga Uno, berjalan baik-baik saja, Jokowi-Ma’ruf Amin juga berjalan baik-baik saja, semua bisa menerima, semua berlalu begitu saja.
Bukankah para relawan dan partai pendukung ini semuanya sudah declare bahwa menyerahkan keputusan cawapres di tangan Anies? Lupa ya, masa masih hangat abab-nya sudah lupa? Ya sudah, terima konsekuensinya, rakyat menilai. Apalah artinya cawapres bila dibanding dengan capres. Selama ini presiden kita seperti ngga punya wapres, jarang terdengar suaranya, juga ngga kedengar keberadaannya, rakyat hampir lupa kalau Indonesia saat ini ada wapres. Ngapain kalian meributkan sesuatu yang tidak begitu nampak? Ngga penting kan?. Ini hanya efek kejut, jangan lama-lama, nanti malah pingsan.
Kalau Jokowi kita sebut anak ajaib, memang benar ajaib, lepas dari setingan atau tidak, faktanya dimana ada beliau, disitu banyak lautan manusia, 5 kali menang, 2 kali nyalon walikota Surakarta menang, 1 kali nyalon gubernur Jakarta menang, 2 kali nyalon presiden menang, tidak punya partai, ini fakta,  ajaib bukan? Lebih ajaib lagi jika tuduhan ijazah palsu itu terbukti, lalu bisa jadi walikota, gubernur bahkan presiden. Ajaib bukan? Padahal wakilnya biasa-biasa saja, tidak ada tanda-tanda keajaiban.
Bagaimana dengan keajaiban Anies – Cak Imin?. Ini lebih dahsyad lagi, karena dua orang ajaib saat ini sedang berkolaborasi. Dimana keajaibannya? Kita kupas satu persatu.
Keajaiban Anies
Keajaiban Anies hampir mirip dengan Jokowi, dimana ada Anies, disitu banyak lautan manusia (magnet people), nyalon gubernur Jakarta menang, padahal lawannya Ahok yang dalam survey jauh melampaui Anies. Adakah capres lain yang memiliki daya tarik yang dahsyat macam ini?, sehingga bisa mengundang lautan manusia sebagaimana Jokowi dulu? Apalagi tidak pakai gimmick sembako atau amplop lelah dengan mobilisasi masa besar-besaran. Anies tidak punya modal uang besar untuk bisa memenuhi biaya nyapres, Anies juga tidak punya partai, ini sungguh ajaib.
Keajaiban Cak Imin
Diakui atau tidak, selama ini, semua Capres yg didukung PKB terbukti jadi presiden. PKB mendukung Capres  SBY-Jusuf Kalla pada pilpres 2004, lalu SBY-Boediono pada pilpres 2009, lalu Joko Widodo -Jusuf Kalla pada Pilpres 2014, dan terakhir Jokowi – Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019. Lepas dari pro kontra, tapi ini sebuah fakta, entah itu intuisi Cak Imin atau sebuah keajaiban, yang pasti tidak semua orang atau partai memiliki keberuntungan sebagaimana Cak Imin atau PKB ini. Cak Imin ini siapa sesungguhnya, yang pasti, kalau bukan anak hantu ya anak Tuhan, haha…. just kidding, pokoknya diantara dua inilah.
Dua anak Ajaib sedang berkolaborasi, apa yang ada dalam pikiran kita? Tuhan sedang bekerja untuk menetapkan apa-apa yang Dia kehendaki. Ingatkah ketika sekjend PKS sedang mengejar-ngejar Cak Imin agar bergabung dengan koalisi perubahan, tetapi Cak Imin ternyata selalu menghindar. Penulis tahu apa yang dipikirkan oleh sekjend PKS tersebut, yaitu bersatunya umat islam di Indonesia yang selama ini terpecah belah. PKS mewakili Islam modern dan PKB mewakili Islam tradisional, PKS mewakili organisasi besar Muhammadiyah, dan PKB mewakili organisasi besar Nahdlatul Ulama. Dua organisasi besar ini jika bersatu, maka apa yang diinginkan rakyat Indonesia akan tercapai, sebagaimana keinginan pada saat merebut dan meraih kemerdekaan,  Walaupun Indonesia sudah merdeka, persatuan umat Islam Indonesia tetap menjadi hal yang amat penting, agar kemerdekaan ini benar-benar bisa terwujud dan bisa dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia dengan berkeadilan, tidak pandang bulu, baik suku apa, warna kulit apa, agama apa, semua mempunyak hak dan kewajiban yang sama, sesuai dengan visi besar Islam rahmatan lil alamin yaitu kehadirannya Islam di tengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam. Jika visi tersebut bisa terwujud, maka akan tercapai negeri baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur, sebuah negeri yang mengumpulkan kebaikan alam dan kebaikan perilaku penduduknya….
01 September 2023
Previous articleGempa Pilpres 2024 dan Bumerang Presidential Threshold: Jokowi Semakin Melemah
Next articleTingkatkan Diplomasi Militer, Indonesia Menjadi Ketua Asosiasi Atase Pertahanan Di Kamboja
Kami adalah Jurnalis Jaringan Sumbawanews, individu idealis yang ingin membangun jurnalistik sehat berdasarkan UU No.40 Tahun 1999 tentang PERS, dan UU No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi. Dalam menjalankan Tugas Jurnalistik, kami sangat menjunjung tinggi kaidah dan Kode Etik Jurnalistik, dengan Ethos Kerja, Koordinasi, Investigasi, dan Verifikasi sebelum mempublikasikan suatu artikel, opini, dan berita, sehingga menjadi suatu informasi yang akurat, baik dalam penulisan kata, maupun penggunaan tatabahasa.