Oleh: Tuanku Herman JRM
Kondisi Ekonomi dan Teknologi Informasi dunia saat ini cenderung dikuasai RRC (Tiongkok), sedangkan kondisi ekonomi dalam negeri Paman Sam sedang morat marit sehingga mempengaruhi Daya Tawarnya di tingkat global khususnya pasca Israel membombardir Gaza serta perang Rusia dan Ukraina.
Dengan kondisi ekonomi politik Paman Sam saat ini maka AS mau tidak mau di bawah meja mengadakan pendekatan dengan Tiongkok.
Indonesia yg selama ini banyak dipengaruhi dan diarahkan oleh Paman Sam selama 1 dekade ini perlahan mengadakan hubungan bilateral yg (sangat) baik dengan Tiongkok, ini dapat dilihat dengan investasi Tiongkok semakin membesar di Indonesia sehingga hutang Indonesia ke Tiongkok meningkat signifikan. Eratnya hubungan Ekonomi bilateral antara Indonesia dengan Cina tidak terlepas dari peran Jokowi selaku Presiden walaupun awalnya secara kepartaian PDI-P yg berperan karena Jokowi diusung oleh PDI-P. (Lepas dari itu sosok peran di belakang Jokowi yg sangat mempengaruhi peran Jokowi dalam mengendalikan segala sesuatunya, sosok ini pula yg membangun salah satu partai pemilu baru dimana saat ini be-bondong² sebagian besar Jokower berlabuh), namun akhir² ini sosok Jokowi lebih besar berperan dalam berhubungan dengan Tiongkok tanpa PDI-P diikut sertakan.
Situasi ini awalnya tidak disukai Paman Sam, namun karena kondisi di atas serta peran Menteri Pertahanan RI (lagi² sosok peran di belakang Jokowi) dalam membangun diplomasi dengan AS membuat Paman Sam melunak dan menerima keadaan yang ada.
Menjelang berakhirnya masa kepemimpinan Jokowi terdapat 3 bakal calon Presiden dan Wakil Presiden, yaitu 1. Anies dan Muhaimin (AM), 2. Ganjar dan Mahfud (GM), dan yang 3. Prabowo dan Gibran (PG).
AM mewakili sebagian besar masyarakat Indonesia yg tdk begitu mau pengaruh Tiongkok semakin membesar, serta mewakili nasionalis yg anti komunis, masih menerima sistem demokrasi kapitalis yg ada, dan gabungan sebagian umat Islam Moderat dan Kultural.
GM mewakili kalangan masyarakat Indonesia yg pragmatis, abangan, dan moderat tanggung. Sosok Mahfud tidak mempengaruhi banyak dalam perolehan suara umat Islam khususnya Nahdhiyyin dan GusDuryan khususnya di P. Jawa, suara PDI-P pun menyusut untuk GP karena sebagian suara memilih yang lain.
PG adalah pasangan kontroversial sebab sosok Gibran dapat dimunculkan pasca keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) Senin, 23 Okt
23 lalu, sedangkan sosok Prabowo tergelincir pasca Pilpres 2019 dan kondisi kesehatannya yg diduga beberapa pengamat berdampak di tengah jalan Prabowo tidak dapat melanjutkan fungsinya selaku Kepala Negara.
Gibran tokoh muda yg baru 2 tahun menjabat Walikota, yang notabene adalah putra mahkota Jokowi namun sosoknya mempengaruhi suara anak muda kalangan milenial, Gen. Z selaku pemilih baru yg menginginkan perubahan sosok tanpa menilai kompetensi dan pengalaman menjadi politisi serta berpolitik praktis dan sebagai pejabat publik.
Pasangan PG menggambarkan Koalisi AS (yang pasrah karena keadaan ekonominya) dengan Tiingkok yg sedang naik daun.
Prabowo boleh jadi mewakili kepentingan Paman Sam dan Gibran Sang Putra Mahkota mewakili kepentingan Tiongkok.
Namun ketiga pasangan di atas masih dipilih dengan sistem pemilihan Preaiden yang tidak sesuai dengan sila ke-4 (empat) Pancasila dimana MPR sebagai Lembaga Tertinggi Negara, lembaga yg memilih, menetapkan, dan memberhentikan Presiden. Sistem yang jauh dari kepentingan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, serta jauh dari marwah Pancasila.
Sebagian rakyat Indonesia yang masih memegang teguh prinsip² dan marwah Pancasila dalam bertata negara saat ini pasrah menerima keadaan yang ada, siapapun Presiden dan Wakil Presiden terpilih pada Pilpres 2024 nanti (dengan kondisi politik terakhir nampaknya PG yang akan tampil sebagai pemenang), dan masyarakat hanya dapat berdoa agar Tuhan menciptakan Perubahan yg Se-Benar²nya dan Se-Baik²nya bagi Indonesia yang sesuai dengan azas dan marwah Pancasila.