Jakarta, Sumbawanews.com.- Ancaman teror dan pembunuhan kini dialami oleh Koordinator BEM Seluruh Indonesia, Hilmi Ash Shidiqi ketika pihaknya menyebut rezim pemerintahan Jokowi saat ini telah melahirkan demokrasi yang cacat.
Dijelaskan terbukti dari data, Indonesia mendapat peringkat yang jelek dibanding negara tetangga di Asia Tenggara.
Baca juga: Sandi Kampanyekan Ganjar “Next Presiden” ke Pejabat Saudi, Ini Alasannya
Baca juga: Usai Ibadah Haji, Anies Bertemu Sekjen Liga Muslim Dunia, Warganet: BuzzeRp Makin Kejang-Kejang
“Bicara data, indeks demokrasi saat ini mengalami penurunan 6,71 atau peringkat 64 dari 150 negara. Ini lebih rendah dari Malaysia dan Filipina, ini dapat predikat demokrasi yang cacat,” kata Hilmi di acara Abraham Samad Speak Up via channel Youtube dikutip Sumbawanews.com, Selasa (4/7/2023).
Hilmi juga menilai pelemahan demokrasi di rezim Jokowi juga sangat terlihat jelas. Suara-suara mahasiswa dan elemen masyarakat diberangus dengan begitu sistematis.
baca juga: Jokowi Cawe-Cawe, Denny Indrayana: Bukan Hanya Dinasti Politik, tapi juga Dinasti Bisnis
“Pelemahan demokrasi terjadi secara sistematis, kita lihat di rezim Jokowi sangat terlihat jelas,” tambahnya.
Mahasiswa Universitas Negeri Solo ini menyebut, akibat sikapnya dan kawan-kawan mahasiswanya kerap menjadi korban buntut menyuarakan pendapat kritis ke pemerintah.
Baca juga: Denny Indrayana Ungkap Honor BuzzerRp Belum Cair, Buzzer Jokowi Ngamuk
“Kita menghadirkan kritik akademis, akan tetapi dibalas enggak enak, kita liat di teman-teman UI kemarin diteror, diancam dibunuh. Kita juga sama, dikata-katain, direpresi, diserang buzzer-buzzer, kita mau melakukan aksi, hape diretas, ini jadi makanan sehari bagi mahasiswa saat ini,” terangnya.
Secara psikologis, akibat ancaman dan tekanan-tekanan yang menimpa mahasiswa akhirnya membuat daya kritis menjadi kendor karena ancaman-ancaman tersebut.
Baca juga: Aliran Dana Korupsi Proyek BTS Kominfo, Dari Menpora Hingga Pejabat Pertamina, Ini Daftarnya!
“Kita beri kritik, membicarakan kebobrokan pemerintah malah kita dapat ancaman, mahasiswa menyuarakan tapi penuh bayang-bayang ketakutan, kita berikan penolakan kebijakan kita malah diretas hapenya. Kritikan itu adalah bagian cinta kita ke pemerintah saat ini,” tutupnya. (sn03)