Beijing, sumbawanews.com – Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Republik Rakyat China (RRC) Zhao Lijian dalam konfrensi pers Senin (31/10) menilai, rencana Amerika Serikat (AS) mengerahkan Pesawat Pengebom B-52 berkempuan nuklir ke Australia, dapat picu ketegangan regional. Hal tersebut juga dapat merusak perdamaian dan memicu perlombaan senjata.
“Kerja sama pertahanan dan keamanan semua negara perlu berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas regional dan tidak boleh menargetkan pihak ketiga mana pun atau merusak kepentingan mereka,” kata Zhao Lijian.
Ia menyebutkan, Langkah seperti itu oleh AS dan Australia meningkatkan ketegangan regional. “Sangat merusak perdamaian dan stabilitas regional, dan dapat memicu perlombaan senjata di kawasan,” ucapnya.
China mendesak pihak-pihak terkait untuk meninggalkan mentalitas zero-sum Perang Dingin yang sudah ketinggalan zaman dan pola pikir geopolitik yang sempit. Dan melakukan lebih banyak hal yang baik untuk perdamaian dan stabilitas regional serta rasa saling percaya di antara semua pihak.
Terkait Taiwan, ia mengatakan, Taiwan adalah Taiwan-nya China. Menyelesaikan masalah Taiwan adalah masalah orang Cina, masalah yang harus diselesaikan oleh orang Cina. “Kami akan terus berjuang untuk reunifikasi damai dengan ketulusan terbesar dan upaya terbaik, tetapi kami tidak akan pernah berjanji untuk meninggalkan penggunaan kekuatan, dan kami memiliki pilihan untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan. Ini ditujukan semata-mata untuk campur tangan oleh kekuatan luar dan segelintir separatis yang mencari kemerdekaan Taiwan dan kegiatan separatis mereka,” katanya.
Ditegaskan, Akar penyebab sebenarnya dari ketegangan saat ini di Selat Taiwan adalah bahwa otoritas DPP (The Democratic Progressive Party – Taiwan) telah meminta dukungan AS untuk “kemerdekaan” dan beberapa orang di AS telah menggunakan Taiwan untuk menahan China. Pernyataan itu mengacaukan yang benar dengan yang salah.
Karakterisasi Taiwan sebagai bagian dari “luar” China dan China sebagai “agresif terhadap Taiwan” tidak hanya tidak konsisten dengan fakta dasar bahwa Taiwan adalah bagian dari China, tetapi juga sangat bertentangan dengan komitmen politik AS sendiri yang dibuat untuk China pada pertanyaan Taiwan. China dengan tegas menentang hal ini.
Dijelaskan, Jika AS benar-benar tidak ingin melihat krisis di Selat Taiwan, AS perlu bertindak atas pernyataannya yang tidak mendukung “kemerdekaan Taiwan”. “Segera mengakhiri retorika dan tindakan yang tidak bertanggung jawab, serta menolak dan mengekang kemerdekaan Taiwan dengan Cina,” ucap Zhao Lijian. (Using)