
Jakarta, Sumbawanews.com.- Persoalan susu kental manis (SKM) semakin menjadi pembahasan konsumen karena makin banyaknya korban bayi dan balita akibat meminum SKM, namun hingga saat ini, pemerintah terlihat enggan menyikapi. Penyebabnya, persoalan susu kental manis menyangkut industri besar. Hal itu disampaikan Ketua Komite III DPD RI Fahira Idris, SE., MH. Oleh karenanya, Fahira meminta kampanye masif dari berbagai pihak terus digalakkan agar semakin banyak masyarakat teredukasi dan menghentikan pemberian susu kental manis untuk anak.
“Yang dihadapi adalah perusahaan besar, jadi perlu ada kampanye yang masif dan kuat tentang bahaya susu kental manis,” jelas Fahira beberapa waktu lalu di Rumah Aspirasi Fahira Idris Pasar Minggu Jakarta Selatan.
Ditambahkannya, dirinya akan menjadi penyambung kampanye dan edukasi ini ke masyarakat dalam setiap kunjungan lapangan. Tak hanya itu, gencarnya promosi yang mengedepankan nilai gizi namun tidak mengungkap fakta kandungan gula yang tinggi juga merugikan masyarakat. “Saya akan tindak lanjuti persoalan susu kental manis ini ke KPI,” tegasnya.
Senada dengan Fahira, Anggota DPR dari fraksi Gerindra, Rahayu Saraswati meminta produsen susu kental manis bertanggung jawab atas sesat fikir masyarakat terhadap susu kental manis. Temuan sejumlah balita gizi buruk yang mengkonsumsi susu kental manis sebagai asupan gizi pengganti ASI beberapa waktu lalu seharusnya menjadi alasan kuat pemerintah menindaklanjuti persoalan ini.
“Saya termasuk yang membantu advokasi persoalan ini agar selanjutnya dapat menjadi perhatian di komisi IX DPR RI. Susu kental manis bukan asupan utama, produsen harus bertanggung jawab memastikan dalam beriklan susu kental manis bukanlah asupan yang utama,” ujar Rahayu Saraswati.
Lebih lanjut, Sara mengatakan diperlukan tekanan terhadap Kementerian Kesehatan dan BPOM agar dapat lebih memperhatikan persoalan ini. “Ini sudah ada korban jiwa, pemerintah harus menganggap ini hal yang serius sehingga ada action dalam bentuk pengawasan,” tegas Sara.
Terkuaknya konsumsi susu kental manis oleh sejumlah balita di beberapa daerah di Indonesia belakangan telah menimbulkan kekhawatiran publik. Masyarakat, dalam laman sosial media milik salah satu brand susu kental manis populer beramai-ramai mulai mempertanyakan promosi yang dilakukan produsen hingga saling mengedukasi sesama orang tua untuk segera menghentikan pemberian susu kental manis untuk anak. Sayangnya, persoalan yang menjadi kekhawatiran masyarakat tersebut belum mendapat perhatian baik dari produsen maupun pemerintah.
Beberapa waktu yang lalu Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Ibnu Sina telah mengadakan survey tentang konsumsi susu kental manis untuk minuman anak di kota Batam. Survey tersebut dilakukan karena sejumlah balita ditemukan menderita gizi buruk akibat mengkonsumsi susu kental manis di beberapa kota di Indonesia, termasuk Batam.
Balita VA (10 bulan) asal Sagulung Kota, Kota Batam, pada Januari lalu dirawat di RSUD Embung Fatimah akibat gizi buruk. VA yang sejak usia 2 bulan sudah mengkonsumsi susu kental manis mengalami gangguan kesehatan. Saat ditemukanpun beratnya hanya sekitar 4 kg. Padahal, merujuk pada grafik tumbuh kembang anak, diusia 10 bulan VA seharusnya memiliki berat 10 kg.
“Kasus yang menimpa VA yang belum genap satu tahun ini merupakan kasus baru yang menjadi perhatian bagi semua khalayak. Besar kemungkinan tidak hanya VA yang mengkonsumsi susu kental manis sejak dini, namun masih ada orang tua lain yang belum teredukasi dan memberikan susu kental manis untuk balitanya. Hal ini dapat menyebabkan anak mereka mengalami status gizi buruk. Untuk itulah penelitian ini dilakukan, agar dimasa mendatang kita dapat melakukan tindakna preventif,” dikatakan Ketua STIKES Ibnu Sina Fitri Sari Dewi SKM. MKKK. (sn01)