Plampang – sumbawanews.com,- Kita memaklumi bahwa perkembangan dan penggunaan media sosial (Facebook,
Instagram, Twitter, dan YouTube), dewasa ini tidak lagi sekadar mode yang menandai modernitas sosial, di mana hampir seluruh aspek kehidupan manusia dimudahkan olehnya, atau momentum di mana segala sesuatu termasuk gaya hidup.
Media sosial dan siapapun yang menggunakannya, sedang menggiring kita kepada pewartaan paling mutlak atas jati diri sebagai subyek otonom. Dan inilah kenyataan yang paling dibanggakan oleh berbagai pemikiran dan cara kerja modernitas. Manusia menjadi ukuran segala sesuatu. Dalam istilah Descartes (saya berpikir maka saya ada) adalah kalimat berpengaruh untuk mengungkapkan peranan penting kegiatan berpikir sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari eksistensi manusia. Tidak mengherankan, kalau kemudian hasil kegiatan berpikir diarahkan kepada penciptaan(media sosial). Teknis berbagai produk dan sarana modernitas adalah sebagai salah satu bagian dari perkembangan teknis teknologi modern. Media sosial membawa dua wajah sekaligus dalam dirinya yaitu satu wajah ramah karena mampu menyapa dunia dengan segala problematikanya, satu wajah lainnya adalah wajah menakutkan, karena sering dipakai sebagai alat provokasi, bahkan membawa teror (sosial, budaya, politik, etika) bagi kehidupan masyarakat. Bagaimana pun tingkat pemakaian media sosial, facebook misalnya, selalu diikuti kerugian sosial, yang saya sebut sebagai patologi etis bagi kehidupan bersama masyarakat.
Dampak negatif :
- Susah bersosialisasi dengan orang sekitar. Ini disebabkan karena pengguna sosial media menjadi malas belajar berkomunikasi secara nyata, pendiam dan tidak banyak bergaul.
- Situs sosial media akan membuat seseorang lebih mementingkan diri sendiri. Mereka menjadi tidak sadar akan lingkungan sekitar mereka, karena kebanyakan menghabiskan waktu di internet.
- Tertinggal dan terlupakannya bahasa formal. Karena pengguna social media lebih sering menggunakan bahasa informal dalam kesehariannya, sehingga aturan bahasa formal mereka menjadi terlupakan.
- Berkurangnya privasi pribadi. Dalam sosial media kita bebas menuliskan dan men-share apa saja, Sering kali tanpa sadar kita mempublish hal yang seharusnya tidak perlu disampaikan ke lingkup sosial.
- Kejahatan dunia maya. Kejahatan dikenal dengan nama cyber crime. Kejahatan dunia maya sangatlah beragam. Diantaranya adalah penipuan dan berita hoax
- Pornografi. Dengan kemampuan penyampaian informasi yang dimiliki internet, pornografi pun merajalela. Terkadang seseorang memposting foto yang seharusnya menjadi privasi dia sendiri di sosial media, hal ini sangat berbahaya karena bisa jadi foto yang hanya di postingnya di sosial media disalah gunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Berkonsentrasi pada wajah kedua (wajah menakutkan), yang saya namakan sebagai wajah penuh patologi yang darinya banyak kerenggangan jarak sosial, baik antar individu maupun antar kelompok orang terjadi karena banyak kecurigaan orang atau kelompok orang terjadi karena media sosial memberi ruang pertarungan pesan tanpa bereferensi apapun pada standar etis masyarakat.
Masyarakat yang seharusnya mencintai perdamaian, media sosial menjelmakan dirinya sebagai monster penyebar teror dalam masyarakat yang secara sengaja didisain untuk bertarung satu sama lain.
Oleh : Bani Irawansyah. S.Pd.