
Serang, Sumbawanews.com.- Banten telah dicanangkan bebas stunting sejak 13 Mei 2018 yang lalu. Dalam Riskesdas 2018 pun prevalensi stunting Banten turun dari 29% menjadi 26%. Meski demikian, penanganan stunting di propinsi paling barat pulau Jawa ini tetap diprioritaskan, terutama di Lebak dan Pandeglag, dua wilayan yang angka stuntingnya paling tinggi.
Kasie Kesga Gizi Dinas Kesehatan Propinsi Banten Tiara Luthfie SKM, MM, mengatakan berdasarkan penyebab gizi buruk di Banten, sebanyak 13% karena faktor kesehatan, 37% karena kurangnya pengetahuan/ kesalahan pola asuh dan 50% karena faktor ekonomi.
“Masih banyak orang tua yang tidak tahu tentang pentingnya ASI, kapan seharusnya MPASI diberikan dan apa saja yang dibutuhkan anak,” ujar Tiara saat menjadi narasumber dalam edukasi bijak mengkonsumsi SKM yang diadakan YAICI dan PP Aisyiyah di Banten, pada Selasa (30/4).
Lebih lanjut, Tiara mengungkapkan di tingkat kabupaten kota masih ditemukan anak-anak dibawah usia 12 bulan yang tidak diberi ASI, melainkan susu bubuk dan susu kental manis. “Banyak yang beralasan ASInya tidak ada, ASI nya kurang, padahal lebih karena tidak tahu,” jelas Tiara. Karena harga yang murah dan rasanya enak , sehingga susu kental manis jadi disukai anak-anak.
“Susu seharusnya adalah sumber protein, karena itu jika susu kental manis mau disebut susu , maka kadar proteinnya harus dinaikkan, bukan kadar gulanya yang tinggi,” imbuhnya. Ia juga mengungkapkan keprihatinannya akan iklan makanan minuman yang tinggi kandungan gula garam lemak yang sangat gencar. Akibatnya anak-anak sekarang lebih suka mengkonsumsi makanan instan sehingga tidak heran bila sekarang PTM sangat tinggi di usia produktif.
Ketua Majelis Kesehatan (MK) Pimpinan Pusat Aisyiyah (PPA), Chaerunnisa mengatakan bahwa susu kental manis (SKM) tidak untuk memenuhi gizi bayi.
Untuk memenuhi gizi, masyarakat Indonesia bisa dengan mudah mendapatkan protein dari tahu, tempe dan lainnya yang sudah menjadi budaya.
“Gizi bisa dari tahu, tempe, yang sudah menjadi budaya di kita. Tidak harus daging dan ikan kalau mahal. SKM itu tidak untuk memenuhi gizi bayi,” kata Chaerunnisa.
Disamping itu, Chaerunnisa menegaskan pentingnya pendidikan gizi serta pola hidup sehat di masyarakat. Ia berharap, agar kegiatan sosialisasi tersebut dapat dilakukan semua pihak.
“Pendidikan gizi dan pola hidup sehat harus dilakukan oleh semua pihak, tidak hanya tugas pemerintah,” ujarnya. (sn01)