Pengorbanan terbesar yang pernah dilakukan “Tau ke Tanah Samawa” (orang dan tanah Sumbawa) adalah ketika menyerahkan diri lebur menjadi bagian dari Sunda Kecil, sebelum menjadi Nusa Tenggara Barat tahun 1959. Sejak saat itu seluruh kebesarannya tenggelam di balik nama yang sama sekali tidak memiliki akar pada sejarah, budaya dan peradaban.
Sumbawa pernah mengalami masa2 keemasan ketika dipimpin raja dan Sultan. Menjadi bagian dari perdagangan bangsa2 Eropa, penghasil kuda kayu gaharu dan beras. Menjadi bagian dari jalur perdagangan yang menghubungkan pantai utara Pulau Melaka dan Jawa dengan daerah penghasil rempah2 di Maluku.
Kebesaran nama Dewa Awan Kuning, Mas Cini, Mas Goa. Mas Bantan, Sultan Kaharudin I s/d IV, hanya tersimpan dalam buku2 kumuh di rak2 buku. Tidak pernah menjadi bacaan- anak2 sekolah. Para pemuka agama yang namanya tersohor seatero dunia, hanya menjadi percakapan sunyi tanpa peminat.
Bahasa ibu pun sudah semakin asing, anak2 lebih bangga berbahasa Indonesia dan merasa minder berbahasa Sumbawa. Sastra dan adat hanya jadi seremoni ala kadarnya. Secara tidak langsung peleburan ke dalam NTB telah mengubur semua memori kebanggan masa lalu.
Sumbawa sejak dulu dikenal “tanah Intan Bulaeng”. Kekayaan mineralnya, emas, perak, dan tembaga. Terbesar kedua industri emas di indonesia. Selama lebih dari seperempat abad menjadi tulang punggung ekonomi NTB. Menjadi tempat berusaha sejumlah korporasi besar kelas dunia. Mempekerjakan ribuan orang dari luar daerah.
Sampai sekarang menjadi lumbung pangan Nasional beras dan jagung. Luanya 3 x P Lombok. Penyuplai utama ternak (sapi) Nasional di hari besar keagamaan. Jagungnya menyuplai indstri ternak dan pakan raksasa.
Hasil alam itu memberikan keberkahan bagi semua kabupaten dan kota yang ada di dlm NTB dalam bentuk Dana Bagi Hasil (DBH). Walaupun di sekitarnya juga masih banyak kemiskinan stunting dan pengangguran. Terbelakang dalam ekonomi dan infrastruktur. Bahkan untuk melihat mall dan keramaian musti menyebrang ke pulau sebelah.
Jika pun kemudian keinginan menjadi provinsi sendiri, perjuangan yang sangat melelahkan lebih dari 25 tahun, semata2 keinginan mengurus diri sendiri.
Agar memori kebanggaan dan spirit masa lalu dapat dijaga dengan baik sebagai modal kebangkitan dan titik balik. Agar hasil2 alam di darat dan laut dapat digunakan untuk sebesar2nya bagi kemakmuran rakyat. Agar tidak ada lagi orang kesulitan hidup justru di tengah sumber daya yang berlimpah. Karunia Allah SWT. (Mada Gandhi)