Teheran, sumbawanews.com – Menteri Luar Negeri Seyyed Iran, Abbas Araghchi, dalam sebuah wawancara, Minggu (23/03) mengatakan, jalur diplomasi tidak pernah bisa dikatakan telah berakhir. Karena alternatif diplomasi adalah perang. Oleh karena itu, semua negara menggunakan diplomasi semaksimal mungkin. Karena terkadang perang tidak bisa dihindari.
Baca Juga: Ingatkan Peningkatan Konsekuensi, Menlu Iran Minta Tindakan PBB Atas Serangan ke Gaza dan Yaman
“Kami selalu menghindari perang. Kami siap berperang dan kami tidak takut akan hal itu. Tapi kami tidak bermaksud perang dan itu sudah jelas,” katanya.
Oleh karena itu, politik luar negeri Republik Islam Iran jelas terfokus pada diplomasi dan menghindari perang. Kecuali jika perang tidak bisa dihindari, yang memiliki syaratnya sendiri.
Menurutnya, JCPOA (Joint Comprehensive Plan of Action) dalam bentuk dan teksnya saat ini tidak dapat dihidupkan kembali. “Itu juga tidak baik bagi kita. Karena situasi nuklir kita sudah jauh berkembang dan kita tidak bisa lagi kembali ke kondisi JCPOA. Sanksi dari pihak lain juga sama. Namun JCPOA tetap bisa menjadi dasar dan model negosiasi,” ucapnya.
Ditegaskan, Iran sudah bernegosiasi berkali-kali dan itu sudah lama sekali. Bahkan sekarang, ketika bernegosiasi dengan tiga negara Eropa, sebenarnya itu adalah semacam negosiasi tidak langsung mengenai program nuklir Iran.
“Kami sedang bernegosiasi dengan tiga negara Eropa untuk membuat formula yang sama seperti JCPOA dan membangun kepercayaan terhadap program nuklir, dan mereka akan mencabut sanksi. Sanksi ada di tangan Amerika dan bukan di tangan Eropa. Orang-orang Eropa seharusnya berperang dengan Amerika dalam hal ini,” jelasnya.
Menurut, dalam kondisi seperti ini, tidak mungkin lagi melakukan perundingan dengan Amerika. Kecuali ada beberapa hal yang berubah. Oleh karena itu, persoalan tidak adanya perundingan dengan Amerika tidak boleh dianggap sebagai tanda stagnasi.
“Politik kita tidak stagnan,” jelas dia.
Dikatakan, Kemungkinan terjadinya perang yang komprehensif dan berskala penuh merupakan kemungkinan serius dimana diplomasi memainkan perannya. Dengan perkembangan yang terjadi kemudian di Suriah dan tempat-tempat lain. (Using)